Mohon Pada Tuhan dan Bersujud

3.8K 387 59
                                    

Telah ditinggalkan oleh dua penghuninya, rumah keluarga Rony kini hanya menyisakan kepala keluarga yang sedang menyantap makanannya sendirian.

Salma harus berangkat pagi buta karena jadwal padat hari ini akan memenjarakan dirinya dengan pertemuan yang berderet.

Sementara Nabila sudah berangkat sekolah, tentu dengan pengawal setia yang telah ditugaskan Rony.

Sedangkan Syarla, masih belum menampakkan diri dengan keluar kamar.

Setelah menyelesaikan makanannya, Rony segera bangkit menuju kamar putri sulungnya.

"Syarla, Papi mau berangkat, kamu jangan lupa sarapan ya," tutur Rony mengingat putrinya sudah tidak ada kewajiban ke sekolah.

Mendengar tidak ada jawaban, Rony segera berbalik, tetapi belum sempat melangkah, sebuah gerakan pintu terbuka.

"Sarapan dulu Syar...." Rony tidak melanjutkan kalimatnya ketika mendapati wajah sembab Syarla dengan mata panda yang membola.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Rony segera meraup wajah putrinya, jika Syarla akan mengelak dengan mengatakan tidak apa-apa, tentu Rony tidak akan percaya.

Tangan Syarla yang sedang menggenggam ponselnya terangkat, "Apa semua yang dikatakan mereka di sini benar, Pi?" tanya Syarla dengan suara bergetar.

"Apa aku... bukan putri kandung Papi?" Air mata yang baru saja reda, kini lolos kembali.

Rony segera meraih ponsel Syarla, membaca banyak hujatan yang berjejer di kolom komentar postingan terbaru Syarla tentang duetnya dengan Alvin kemarin.

Oh jadi ini yang udah rebut Alvin dari calon tunangan? Dih. Enggak banget!

Aduh, masih cantikan Mbak Mantan, kenapa Alvin sampai buta mata gitu ya, apa karena pelet?

Anaknya Salma sih, pantes, dulu dia juga rebut Rony dari pacarnya. Bener ya buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Ini anak kandung Diman bukan sih? kmrn dibikinin lagu loh pas konser.

Kelakuan anak haram emang yang buruk-buruk ya, Iyuuuh!

Rony mengepalkan tangan, beberapa komentar menyakitkan tidak mampu dibacanya.

Ia segera memeluk Syarla yang masih tergugu, sambil dibawanya anak gadisnya itu untuk duduk di sofa.

Tidak tahu harus berkata apa, yang Rony tahu sekarang ia harus menenangkan putrinya.

Tetapi isi kepalanya tidak hanya di sana, ia juga memikirkan Salma yang sedang berada di tempat kerja, kalimat-kalimat menyakitkan itu beberapa juga tertuju pada istrinya.

Di tengah keheningan yang disebabkan oleh isi kepala yang berkecamuk, ponsel Rony berdering, sebuah panggilan atas nama Paul membuatnya harus mengangkat telepon itu segera.

"Hey Bro! Jangan lihat media sosial, jangan baca berita, jangan nyalakan tv," kalimat peringatan berderet dari Paul yang langsung diutarakan ketika telepon tersambung membuat Rony menghela napas.

"Nama Lu, Salma, sama Syarla lagi rame banget Ron, ini gua lagi makan di luar dan berita yang barusan gua dengar, benar-benar di luar nalar."

"Gua baru baca isi komentar di postingan Syarla, Paul," balas Rony sambil melirik putrinya yang masih terisak.

"Media lebih parah ngasih info di luaran Ron, seakan mendukung praduga netizen. Semoga Syarla sama Salma gak ada yang lihat berita."

Rony kembali melirik Syarla, "Semoga."

Telepon itu segera ditutup oleh Paul, membuat Rony semakin mengusap wajahnya kasar, tetapi tidak lama kemudian deru mobil terdengar memasuki pelataran rumah.

Syarla segera bangkit mengingat dirinya hapal dengan suara mobil siapa yang baru datang.

"Bilang sama Kak Alvin, Syarla enggak mau ketemu dia, Syarla bukan pengganggu hubungan Kak Alvin dengan siapapun."

Mengabaikan ponsel yang masih digenggaman Rony, Syarla segera berlari ke kamar.

Rony melangkah ke luar, ketika dirinya membuka pintu, sosok Alvin benar-benar tengah berdiri di sana.

"Ron, gua mau ketemu sama Syarla," ucapnya to the point, pasalnya usia keduanya tidak terlalu jauh membuat Alvin berbicara santai.

"Gak bisa!" jawab Rony tegas.

"Apa yang dikatakan netizen itu enggak benar, Ron. Syarla enggak ada kaitanya sama masa lalu gua."

"Gua tahu." Lagi-lagi Rony menjawab pendek.

Alvin terdiam, dua laki-laki yang saling berbicara tanpa ekspresi ini mendadak canggung.

Alvin yang sebelumnya melihat Rony sebagai teman, mendadak berubah pandangan.

Rony yang suka bercanda itu, terlihat serius, seperti seorang Ayah yang tidak mengizinkan Alvin bertemu dengan putrinya.

"Kapan gua bisa ketemu Syarla?" tanya Alvin akhirnya.

"Mohon pada Tuhan dan bersujud....." Rony menghentikan kalimatnya, menggantung sejenak.

"Gua tahu gimana tulusnya Syarla sama Lu, tapi gua gak tahu, bagaimana perasaan lu ke Syarla."

Kalimat Rony membuat Alvin terdiam.

"Lu harus ingat, Vin. Gua orang pertama yang harus lu hadapin, kalau lu jadi alasan Syarla sakit."

Alvin mengangguk, kata-kata yang diucapkan Rony seakan mengingatkannya, tentang bagaimana dilemanya hati ketika Alvin mendekati Syarla.

Sebab bayangan masa lalu belum sepenuhnya pergi.

0_0

Kedatangan Paul membuat Rony segera meninggalkan rumah, laki-laki itu sudah dipenuhi kekalutan atas pikiran terhadap istrinya.

"Pak Rony," sebuah suara berhasil mengejutkan Rony yang kini sedang berjalan di koridor kantor.

"Bu Salma sedang ada di ruangannya Pak, sepertinya beliau kelelahan sampai tertidur, saya tidak berani membangunkan, Pak," tutur sekretaris Salma.

Rony hanya mengangguk mengerti, "Biar saja istirahat, saya ke sana dulu ya."

"Pak Rony," panggil sekretaris salma lagi.

"Iya?"

"Bu Salma belum tahu semuanya," ungkap sekretaris salma sambil menggerakkan ponsel yang pegangnya.

Rony hanya mengangguk, seakan mengetahui arah pembicaraan sang sekretaris Salma.

Setelah perbincangan itu selesai, Rony segera menuju ruangan Salma dan didapatinya si istri tidur di sofa dengan lengan yang menutup wajah.

Rony mendekat, ia mengusap lembut kepala Salma sambil berucap, "kita adalah manusia yang bersama secara sadar. Tidak ada merebut dan direbut."

"Apa yang direbut, Ron?" tanya Salma yang mendadak bersuara.

🍣🍣🍣

Mohon maaf lahir batin teman-teman 🙏🙏🙏
Terima kasih untuk yang masih setia membaca MMCDH🥳

Bentar lagi kita bakal ketemu sama Rony dan Salma di Idol. Tgl 1 Mei bentar lagi kan?

Happy Reading 🥳




Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang