Semesta Mengirim Dirimu Untukku

8.1K 413 37
                                    

"Makanya Ron, besok-besok kalau tidur itu tahu tempat, biar gua nggak nyariin sampai gila gitu. Untung belum telepon polisi buat lapor orang hilang," sungut Salma dalam perjalanan menuju mobil setelah keluar dari kantor.

"Oh khawatir gua hilang?" tanya Rony dengan senyuman tertahan dan lirikan yang mematikan.

Salma menghentikan langkah, menatap ke arah Rony yang kini juga berhenti, "ya... ya.. iya... gimana gua bilang ke nyokap bokap lu kalau lu nya hilang pas pergi sama gua."

Meski berusaha mengatakan dengan gaya bicara Salma seperti biasa, tetapi bola mata Salma yang tidak berani menatap Rony ketika mengatakan hal tersebut seakan menggiring kesimpulan bahwa dirinya sedang salah tingkah.

Tawa Rony memenuhi ruang parkir, untung saja hanya mereka berdua yang berada di sana. Jika tidak image cool  yang diketahui penghuni kantor akan luntur.

"Ya udah sih Sal, tinggal ngaku aja kalau khawatir gua hilang. Gengsi amat."

"Emang... kalau gua hilang, lu nggak khawatir?" tanya Salma masih berusaha menyembunyikan sikap salah tingkahnya.

"Enggak," jawab Rony dengan spontan.

Salma terdiam beberapa detik setelah mendengar jawaban tersebut, "Ya udah." 

Salma lantas  melanjutkan langkahnya, mendadak pikirannya penuh dengan praduga, apakah Rony masih belum melupakan mantannya? Apakah Rony masih belum memiliki rasa kepadanya, bahkan setelah kehadiran dua orang anak yang sudah remaja?

Dengan kecamuk yang memenuhi pikiran, membuat Salma tidak sadar jika Rony telah kembali menyamakan langkah di sampingnya.

Salma baru menyadari ketika sebuah lengan tersampir di pundaknya, "Kalo lu hilang, gua nggak khawatir sih Sal. Gua cuma bakal nyariin lu sampai ketemu."

Kata-kata itu menyentuh lembut gendang telinga Salma dan membuat hatinya berdesir, sebuah senyuman memaksa terbit meski ditahannya sekuat tenaga.

Salma melepaskan tangan Rony yang berada di pundaknya, kemudian menariknya segera untuk menuju mobil.

"Ayok buruan, waktu gua sudah lama terbuang. Kita harus cepat ketemu Paul." Kalimat yang diucapkan Salma berhasil mematahkan senyum Rony setelah mendengar alasan mengapa mereka harus buru-buru. 

0_0

Siang ini matahari sedang menduduki tahtanya, membagikan sinar yang tidak lagi hangat, justru terasa panas membakar kulit.

Seorang laki-laki berkulit putih dengan tinggi badan sekitar 182 cm, membuat keputusan yang tepat dengan menjadikan studio milik Rony sebagai tempat berteduh setelah keluar dari taxi.

Seperti sudah tidak asing dengan tempat ini, ia segera memasuki studio dan penjaga studio juga menyapanya dengan ramah, tampak sudah mengenal dekat laki-laki tersebut.

PRIVATE ROOM menjadi ruang studio yang dipilihnya, di antara banyak pintu studio yang berbaris di sampingnya.

Wajah kelelahan laki-laki tersebut memudar ketika mendengar bunyi keyboard yang sedang dimainkan, seakan menunjukkan bahwa keputusannya datang ke tempat ini tidak salah, karena ada seseorang yang bisa ditemuinya setelah Mamak Novia yang telah menjemputnya di bandara tadi.

Sapaan hai yang hampir saja dilontarkan berhenti di langit-langit tidak jadi keluar, karena seseorang yang sedang memainkan keyboard adalah seseorang yang tidak dikenalinya.

Suara keyboard berpadu dengan suara lembut milik perempuan tersebut membuat laki-laki itu terhipnotis, ia memejamkan mata sambil berjalan mendekat.

"Astagfirullah,"perempuan yang sedang menyanyi menghentikan nyanyian beserta tarian jemarinya pada keyboard.

Ia terkejut mendapati seseorang yang tiba-tiba berdiri di belakangnya, tanpa terdengar suara langkahnya. Seperti jin yang mendadak muncul.

"Kamu anggota baru?" pertanyaan yang diajukan oleh laki-laki tersebut membuat perempuan itu seketika menggeleng.

"Saya bukan anggota di sini."

"Kok bisa akses private room?"

"Saya----"

Belum sempat melanjutkan kalimatnya, suara pintu terbuka membuat dua orang tersebut reflek menoleh, dan tidak hanya mereka yang di dalam ruangan terkejut, dua orang yang mendadak muncul di bingkai pintu juga menampakkan wajah keterkejutan.

"Kok kalian di sini berdua?" Salma berjalan masuk dan disusul Rony yang mengekor di belakangnya.

"Nabila, kamu bolos?" pertanyaan Salma segera berpindah ke anak bungsunya yang tidak menyangka akan ada di studio sebelum jam pulang sekolah.

"Enggak Mi, aku bisa jelasin," tutur Nabila dengan suara lirih karena takut menatap Salma yang sedang mode emosi.

Rony segera meraih lengan Nabila, "Sini jelasin sama Papi. Jangan takut, oke?"

"Biar dia jelasin di sini Ron, biar semua dengar." Tangan Salma menahan Rony yang hendak membawa Nabila pergi.

"Sal. Bukan gitu caranya untuk seseorang berani jujur sama kita," elak Rony, sambil melepas tangan Salma dari lengannya dengan perlahan.

"Aku enggak bolos Pi, Mi. Enggak apa-apa aku jelasin di sini saja." Nabila mengambil napas panjang. "Aku memang dapat kesempatan pulang lebih awal untuk latihan."

Kini tangan Nabila meraih tangan Rony dan Salma, "Nabila terpilih untuk lomba menyanyi mewakili sekolah," ucapnya dengan senyum yang merekah.

Salma yang sebelumnya dipenuhi emosi, seketika menarik tangan Nabila untuk mendekat dipelukannya. Salma memeluk putri bungsunya dengan bangga sambil mencium puncak kepalanya.

"Maafin Mami ya sudah marah duluan," bisik Salma dalam pelukannya meski tetap bisa didengar oleh Rony juga.

Sementara Rony hanya tersenyum lebar sambil menepuk punggung Nabila dengan bangga.

Di antara kehangatan keluarga ini, ada seseorang yang masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi di sini.

Hingga ia menginterupsi, "Wait wait wait! Dia anak kalian?"

Pertanyaan itu membuat pelukan Salma pada Nabila merenggang.

"Iya Paul! Makanya sering-sering pulang, biar tahu kalau keponakan Lu tuh udah pada gede. Jangan betah-betah di negeri orang!" seloroh Salma sambil memberikan pelukan apa kabar untuk Paul.

Hal tersebut tentu saja tidak lepas dari perhatian Rony, yang kini tengah sibuk berdeham, berusaha mengusaikan aksi berpelukan Paul dan Salma.

🍣🍣🍣

Terima kasih untuk antusiasnya teman-teman yang sudah membaca 🙏
Salam kenal, semoga cerita ini bisa menemani kalian semua 🤗

Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang