Pertanyaan

3.5K 313 52
                                    

"Apa itu tadi?" serang Salma begitu mendapati Rony masuk ke dalam kamar.

"Apanya Sal?" berpura-pura tidak mengerti, Rony berusaha menemukan jawaban dari penjelasan Salma.

"Yang dibilang sama Flora." Tidak memberi penjelasan panjang, Salma justru menjawab pendek sambil melipat tangannya di depan dada.

Rony tertawa kecil, berusaha menampik suasana menegangkan ini, "Kamu percaya sama yang dikatakan Flora?"

Panggilan yang lembut dengan menggunakan aku kamu adalah opsi yang dipilih Rony agar tidak membuat Salma semakin emosi.

"Ron!" kesabaran Salma semakin menipis, apalagi setelah melihat tingkah Rony yang tidak segera menjelaskan apa yang dimaksud pada perkataan Flora.

"Gua tadi udah jelasin panjang lebar soal Diman, berusaha memahami perasaan lu dan perjanjian yang kita buat! Tapi apa? Lu ketemu sama Flora tanpa jelasin apapun ke gua?" kini suara Salma meninggi, dia yang sebelumnya duduk kini telah berdiri tepat di depan Rony.

"Jadi gini Sal---"

"Mau lu apa sih? Mau bikin gua marah? atau sengaja mau ketemu diam-diam, biar enggak ketahuan sama gua?" suara Salma lebih tinggi lagi.

Rony berusaha menenangkan Salma dengan memegang kedua pundaknya.

"Sal jangan teriak-teriak, nanti anak-anak denger dan ngira kita berantem."

"Bodo amat! Biar mereka tahu, kalau Papi mereka yang selalu mengajarkan tentang menepati janji, malah melanggar janjinya sendiri. Lu enggak mikir perasaan gua Ron?"

"Lu enggak mikir gimana gua kelihatan bodoh banget di depan Flora waktu dia bilang itu semua?"

"Lu ketemu sama dia diam-diam tanpa ngasih tahu gua. Tapi apa yang gua lakuin waktu Flora ngomong gitu? Gua belain lu, Ron! Gua enggak mau suami gua diremehkan sama masa lalunya!"

Kali ini Rony terduduk, mendengarkan semua kalimat panjang Salma dengan khidmat.

Bukan tidak ingin menyela, Rony hanya tahu waktu, jika dia memaksa bicara tidak akan membuat Salma berhenti, justru semakin panjang lagi kalimat yang harus didengarnya.

Beribu-ribu kalimat lanjutan masih menjadi melodi yang keluar masuk telinga Rony, hingga akhirnya Salma berhenti setelah menggebrak meja rias.

Sambil menatap kaca rias dengan naas, Salma menghirup oksigen yang banyak agar dapat kembali bernapas teratur.

"Sekarang, giliran aku yang ngomong ya," tutur Rony lembut sambil memegang kedua pundak Salma.

"Enggak!" tukas Salma sambil menggerakkan salah satu tangan ke belakang untuk menangkis tangan Rony di pundak.

Tetapi kekuatan yang berkali lipat karena diselubungi emosi ternyata tidak hanya membuat tangan Rony terlepas, melainkan juga punggung tangan Salma yang tidak sengaja mengenai dagu Rony, sebab wajah yang dipalingkan reflek oleh Rony.

"Aduh," rintih Rony sambil menggerakkan lehernya berusaha mengusir rasa nyeri yang menjalar sekejap.

Melihat hal itu membuat Salma sontak segera melihat dagu Rony yang memerah, ingin hati mengobati, tetapi amarah masih meninggikan gengsi.

"Sakit Sal," keluh Rony dengan wajah yang sengaja dibuatnya memelas.

"Sakit ya? ya maaf," balas Salma jutek berbanding dengan jawaban yang diharapkan Rony.

"Ini namanya KDRT." Rony berucap pelan sambil memegangi dagunya dan mengusap perlahan.

"Tindakan lu yang ingkar janji juga termasuk KDRT karena bikin gua sakit," tukas Salma tidak mau kalah.

Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang