Masih suka dimsum?

3.5K 280 29
                                    

"Sal.. Salma..." Rahman berulang kali memanggil Salma yang mendadak kehilangan fokus.

"Sorry Bang, sekilas kayak lihat Rony," ucap Salma jujur, tetapi keraguan menerpa dirinya.

Apakah laki-laki yang berjalan dari arah gerobak bubur memang benar Rony? Tetapi jika benar, mengapa dia sarapan lagi? Bukannya kami baru menyesaikan ritual makan pagi bersama? Dan perempuan yang berjalan bersamanya?

Salma kembali terdiam di antara pikiran yang berisik.

"Kayaknya kangen banget sama Rony, apa efek weekend selalu begitu?" canda Rahman yang membantu Salma mengembalikan fokus.

"Aduh maaf Ron, eh Bang Rahman. Yuk kita lanjut bahas yang tadi." Salma mencoba mengalihkan perhatian sambil menggelengkan kepala berusaha mengusir bayangan Rony.

Rahman yang melihat hal tersebut tertawa, sebab ia tahu bagaimana tingginya sikap profesional Salma.

Jadi melihat Salma yang mendadak terganggu dengan ingatan atau bayangan suaminya di saat jam kerja adalah suatu hal baru.

"Telepon dulu aja, Sal. Biar lega," saran Rahman membuat Salma menoleh ke arahnya, seakan meyakinkan apa iya dirinya harus menghubungi Rony yang baru saja ditemuinya beberapa jam yang lalu?

Sambil menggaruk tengkuknya yang mungkin tidak gatal, Salma akhirnya memutuskan untuk melakukan yang disarankan oleh Rahman.

Mengambil beberapa langkah dari tempat keduanya duduk, Salma segera menekan nomor Rony untuk menghubungkan diri dengan sang suami melalui saluran telepon.

Panggilan pertama tersambung, tetapi tidak segera diangkat, hingga masa tunggu berakhir.

Panggilan kedua mendapat hasil yang nihil juga.

Hingga panggilan ketiga, ketika Salma hampir menekan tombol batal, suara Rony menyapa telinganya.

"Iya Sal?" tanya Rony setelah kata halo yang diulang berulang kali dan tidak segera Salma tanggapi.

"Lu... di mana Ron?" tanya Salma akhirnya, segera meluncurkan pertanyaan yang membuatnya penasaran sedari tadi.

Bunyi alunan musik yang sedikit samar, membuat Salma menerka dimana keberadaan Rony saat ini.

"Masih di mobil, baru pulang nganter Syarla sama Nabila, macet banget ini Sal. Kenapa?"

Salma terdiam, pertanyaan kenapa yang diajukan oleh Rony tidak mungkin dijawabnya dengan apa adanya.

Tidak mungkin Salma mengaku bahwa dia melihat sosok Rony dan seorang perempuan.

Bisa-bisanya Salma akan digoda habis-habisan oleh suaminya tersebut.

Beberapa lama terdiam, akhirnya Salma menemukan alibi, "mau tanya aja Ron, charger  ponselku apa ketinggalan di mobil ya, atau di rumah Mamak?"

"Iya ini di sini, mau diantar ke kantor?"

Belum sempat Salma membalas, sebuah suara berhasil mencuri fokusnya, suara yang samar terdengar oleh Rony.

"Hai Man. Maaf terlambat datang," seorang laki-laki datang dengan topi koboi berwarna hitam.

Salma tercekat, kerongkongannya mendadak kering, panggilan suara Rony menjadi terabaikan, bahkan ketika panggilan itu tidak lagi tersambung.

Entah Salma yang tidak sadar mematikannya atau Rony yang mematikan panggilan itu lebih dulu.

Dengan ragu Salma melangkah mendekat setelah berhasil mengatur napas dan menyakinkan dirinya agar mampu bersikap normal.

"Hai Salma, lama tidak berkabar," sapa laki-laki itu ketika mendapati Salma berjalan ke arahnya.

Tidak seperti Salma yang berusaha menyembunyikan kegugupannya, laki-laki itu justru leluasa menyapanya.

Mencoba Mencari Celah dalam Hatimu (MMCDH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang