Jihoon dengan telaten menyingkirkan beberapa udang yang ada diatas pasta Aluna. Tau pasti jika Aluna alergi pada seafood, dan Jihoon lupa meminta pada penyaji untuk tidak menggunakannya.
"Masa ya tadi dia ngetawain aku pas lagi penilaian lompat jauh!"
Juga tak lupa mendengarkan ocehan antusias remaja didepannya. "Siapa? cowok kemaren itu?"
"Huum! dia nyebelin banget"
Bahkan Jihoon tau- atau malah hafal dengan teman teman Aluna. Karena disetiap kesempatan Aluna kerap kali membicarakan mereka pada Jihoon.
"Dia suka sama Alu itu"
"Dia nyebelin!"
"Cowok kalo suka tuh gitu, sukanya caper"
"Kenapa dia suka sama aku?"
"Karena apa lagi? Alu cantik, Alu baik"
"Alu cantik?!"
"Iya"
Aluna tersenyum senang saat dipuji demikian. Menyuap pastanya dengan semangat dan memekik senang saat rasa favoritnya masuk kedalam mulut.
"Alu seneng setiap ketemu om Jihoon"
Jihoon membalas senyuman lembut yang lebih muda. "Saya juga seneng setiap ketemu kamu"
"Rasanya pengen ketemu tiap hari kayak dulu waktu aku masih kecil. Om Jihoon selalu dateng ke sekolah buat ngajakin main sebelum dijemput papa"
Jihoon hanya sedikit bingung dan menaikkan alisnnya saat Aluna kembali membicarakan masa lalu.
Memang benar, jika hubungannya dengan Aluna sudah terjalin sejak gadis yang sekarang tumbuh cantik itu masih sangat kecil. Tepatnya saat pertama kalinya Aluna memasuki pre-school.
Saat itu, Aluna masih berusia lima tahun. Menangis karena tidak didampingi siapapun di hari pertamanya. Namun Jihoon datang, membawa sebungkus jelly berbentuk hewan yang kebetulan ada di kantong sakunya, dan menghibur Aluna kecil yang bahkan tidak mau memasuki gedung sekolahnya setelah turun dari mobil yang diantar supir.
Dan disitulah hubungan yang Aluna anggap sebagai 'pertemanan' itu terjalin erat, sampai sekarang.
Bagaimana keduanya selalu menikmati waktu berdua setiap minggu. Atau bisa saja lebih dari sekali dalam seminggu karena Aluna merengek ingin bertemu.
Aluna senang, sangat senang bisa berteman dengan lelaki dewasa yang telah membuat hidupnya lebih berwarna. Membuat Aluna merasa disayang lebih dari apapun.
"Alu seneeeeng banget kenal sama om Jihoon"
Lagi, ujaran tulusnya membuat yang lebih tua mendongak dan tersenyum.
Jihoon tersenyum manis menatap Aluna yang sudah semakin besar dan cantik.
Putrinya itu, tumbuh dengan baik.
↔
Aluna tidak masalah saat Jihoon harus mengenakan topi hitam juga masker senadanya saat keluar ke tempat yang ramai. Aluna sudah terbiasa akan hal itu.
Tepatnya di umurnya yang ke sembilan, Aluna menyadari jika 'teman bermain'nya itu adalah artist terkenal! sosok penyanyi berbakat yang disukai seluruh orang.
Dan diumurnya yang kesebelas, tepatnya setahun lalu. Aluna mulai menyadari jika ia mengagumi sosok 'temannya'.
Bukan mengagumi dalam hal romansa, tapi Aluna mengagumi bagaimana suara om Jihoonnya bisa membuat dirinya tertidur nyenyak setiap malam, bagaimana dia diperlakukan sangat baik dan selalu diberikan apapun yang Aluna mau, pun bagaimana om Jihoonnya mampu membuat senyum Aluna tak pernah luntur setiap bertemu. Sebahagia itu Aluna mengenal sosok om Jihoonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
anymore
Fanfictionsemesta seolah memperkenalkannya sebagai tokoh antagonis sejak awal. ⚠️ bxb, m-preg