7

1.9K 270 22
                                    

Jihoon berteriak frustasi di ruang latihannya, berkali kali memukulkan tangannya sendiri pada dinding kedap suara dan merintih sesekali.

Jihoon menangis, sampai rasanya ia kesulitan bernafas. Dadanya sesak seperti ada yang terus menekannya, kepalanya sakit seolah ada yang terus menghantamnya.

"Jihoon! Buka pintunya Ji! Park Jihoon!"

Seruan lantang juga ketukan tak beranturan itu Jihoon hirauhkan, dirinya terus menangis dan merutuki dirinya sendiri, memukul kepalanya sendiri berkali kali dan kembali menyerukan nama seseorang nestapa.

"Hyun.. maaf Hyun.."

"Ji buka pintunya! lo gila hah?! lo udah seharian gak keluar! kita ada scheduled bentar lagi!"

18 tahun, Jihoon yang berusia 18 tahun itu tidak tau harus berbuat apa. Dirinya terus terisak dan terduduk sambil terus menunduk, mengabaikan teriakan dari managernya diluar sana.

Tangannya memegang erat kotak kecil yang sempat mamanya beri tadi pagi saat pulang kerumah sejenak mengambil baju untuk diletakkan di dormnya.

Dan Jihoon tidak pernah menduga jika isinya sukses membuatnya kacau. Jihoon kacau seharian ini.

Jihoon terbangun dengan gerakan kaget, seperti biasa. Tidurnya terganggu mimpi buruk itu lagi dan lagi.

Jihoon memijat pelipisnya yang terasa sakit dan mengambil segelas air putih di nakas untuk ia minum. Dirinya baru saja tertidur pukul tiga pagi, dan ini masih pukul lima. Masih terlalu dini untuk bangun dan kembali memulai kegiatan.

Tapi Jihoon harus, dirinya sudah terbiasa. Pun tidak akan bisa tertidur lagi setelah terbangun. Setidaknya 2 jam ini cukup untuk mengobati lelahnya.

Lelaki yang akan berusia 31 dalam waktu dekat itu berjalan keluar kamar menuju ruangan gym pribadinya. Menekan tombol di alat treadmill kemudian mulai berjalan perlahan. Tangannya yang bebas memainkan acak ipad di hadapannya, membaca beberapa artikel tentangnya yang sudah dirilis semalam.

anymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang