30

1.9K 226 54
                                    

Jihoon merobohkan dirinya di samping Hyunsuk dan mendekap si mungil usai ciuman yang terjadi cukup lama itu berkahir. Jihoon kecup berkali kali pelipis Hyunsuk, menyalurkan afeksi menenangkan pada si mungil yang kini menggeliat dan masuk kedalam pelukannya.

Jihoon hirup aroma Hyunsuk dalam dalam saat si mungil terdengar bergumam di pelukannya.

"Capek, ngantuk.." katanya terdengar merengek.

Membuat yang lebih tinggi terkekeh dan semakin teratur menggerakkan tangan mengelus rambut halus Hyunsuk.

"Tidur aja" jawabnya dengan suara serak.

"Kamu masih panas?"

Jihoon merenggangkan pelukan saat Hyunsuk mendongak untuk melihanya, dapat Jihoon rasakan tangan dingin Hyunsuk menyentuh dahi, pipi, juga lehernya bergantian.

"Aku kompres ya?"

Namun tawaran itu Jihoon balas dengan gelengan. "Besok sembuh kok"

"Mana boleh gitu? aku kompres ya?"

"Emang ngga capek?"

"Capek"

"Yaudah ngga usah, tidur aja"

"Tapi kamu panas, aku aja dipeluk kamu gini ikutan panas"

"Yaudah ngga usah peluk biar kamu ngga ikutan ngerasa panasㅡ"

"Ngga mauuu"

Hyunsuk bersikap manja, dan Jihoon membiarkannya. Seolah mereka adalah sepasang kekasih yang baru saja memadu cinta. Entah apa yang akan terjadi besok pagi, yang jelas malam ini, keduanya hanya ingin tidur begitu dekat dengan saling mendekap.

"Jihoon?"

"Hum?"

Hyunsuk tak lantas mengucapkan perkataannya. Malah nyaman memainkan jarinya di kancing teratas kemeja Jihoon.

"Kenapa, Hyun?"

"Kalo dulu ya aku ngga balikin cincinnya, kalo dulu aku bisa nunggu kamu lebih lama lagi, kalo dulu aku percaya sama kamu, kalo dulu aku nggak pergi gitu aja, apa semuanya bakal baik baik aja sekarang?"

Jihoon tersenyum ditengah kegiatannya mengelus rambut Hyunsuk. Menjauhkan wajahnya dan menunduk untuk menarik dagu Hyunsuk, agar dapat bertatapan dengan miliknya.

"Kalo dulu kamu ngga balikin cincinnya, kalo dulu kamu bisa nunggu lebih lama, kalo dulu kamu percaya aku bakal balik, kalo kamu ngga pergiㅡ kamu belum tentu jadi pribadi yang sangat hebat dan besarin Aluna dengan baik sekarang. Hyun, semua yang udah terjadi diantara kita emang sangat disayangkan, tapi nggak semuanya harus kamu pikirin"

"Aku banyak salahnya, harusnya aku nggak pergi dari rumah Ibu karena kamu pasti nyariin aku kesana. Aku ngga tau berapa kesempatan yang udah aku sia-siain buat ketemu kamu dulu. Aku cuma mikirin diriku sendiri ya?"

"Nggak kok, keputusan kamu udah paling tepat. Siapapun yang ada diposisi kamu pasti akan milih hal yang sama, apalagi kamu ada Aluna waktu itu. Pasti berat banget ya? si brengsek ini malah asik-asik nyanyi diatas panggungㅡ"

Jihoon berhenti berucap saat mulutnya ditutup pelan oleh telapak tangan Hyunsuk. Bagaimana si mungil menatapnya dengan muka galak dan menggeleng karena tidak suka dengan perkataannya.

"Jihoon.."

"Hm?"

Hyunsuk semakin nyaman, tak lagi merasa canggung dengan kedua mata yang terus terjalin. Dengan berani berpindah memainkan jari jemarinya di wajah Jihoon.

"Aku ngga pernah punya perasaan lebih dari sekedar teman ke Yoshi"

"Huh?" Jihoon sempat terdiam, bingung harus menanggapi.

anymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang