20

1.6K 200 29
                                    

Jihoon kembali ke apartmentnya usai mengantar Aluna pulang. Ia kembali ke apartment dimana Hyunsuk kini ikut tinggal didalamnya.

Jihoon pikir, Hyunsuk sudah terlelap karena ini sudah malam. Namun sayup-sayup Jihoon dengar suara langkah kaki mendekat kearahnya yang tengah duduk dengan sekaleng cola di genggaman tangan.

"Hyunsuk? kenapa belum tidur?"

Jihoon tentunya bingung saat Hyunsuk hanya diam untuk waktu yang cukup lama. Setelahnya dibuat melotot kaget karena Hyunsuk yang dengan tiba-tiba memeluknya.

Dan hal yang tidak Jihoon duga setelahnya adalah Hyunsuk terisak kecil.

"Hyunsuk, kenapa?!" tanyanya khawatir.

"Kenapa?! Kenapa Jihoon?! kenapa kamu bohong sama aku?! kenapa kamu nggak bilang dari awal soal semua ini?!"

Lidah Jihoon kelu saat Hyunsuk memukulnya berkali kali. Rasa takutnya kian menjadi dan prasangka buruknya seolah berputar dikepala. Apakah Hyunsuk sudah ingat semuanya?

"Hyun, a-aku.."

"Kamu jahat! kenapa sembunyiin hal besar kayak gini dari aku?! kamu kira aku nggak bakalan sedih?"

Jihoon menunduk, matanya berkaca kaca menahan sesak dan rasa bersalah. "Hyun, aku nggak bermaksut buat bohong, aku ngelakuin ini semua buat kebaikan kamuㅡ"

"Kenapa buat kebaikan aku?! aku nggak tau kalo kamu ngelakuin hal sebesar ini tanpa bilang ke aku. Aku tau itu tubuh kamu, tapi kamu ngga boleh diem aja"

Seolah menemukan perkataan yang mengganjal. Jihoon pun mendongak untuk menemukan maksut dari perkataan Hyunsuk. Itu bukanlah hal yang Jihoon bayangkan. Bagaimana Hyunsuk dengan erat menggengam kedua tangannya saat ini, Jihoon yakin ingatan Hyunsuk belum kembali seperti yang ia pikirkan sebelumnya. Karena jika ingatan Hyunsuk kembali, Jihoon tidak akan mendapat pelukan seerat ini, melainkan sebuah tamparan cukup keras atau pukulan yang pantas.

"Hyun, kenapaㅡ"

"Kamu donorin ginjal kamu buat Aluna? Aku gak sengaja baca, a-aku masuk ruangan kamu aku nggak sengaja nemuin dokumen rumah sakit dan aku bacaㅡ"

Entah harus merasa lega atau tidak, namun Jihoon merasa bersyukur jika itu bukan tentang ingatan Hyunsuk yang kembali.

"Kamu- kenapa nggak bilang?!"

"Hyun, maaf.."

Jihoon mengatakan kata sederhana berupa maaf karena sejatinya bingung harus memberi pembelaan seperti apa disaat Hyunsuk tengah menangis begitu sedihnya, seolah yang Jihoon lakukan benar-benar membuat Hyunsuk terpukul.

Jihoon membawa Hyunsuk kedalam pelukannya, mengusap terus menerus rambut panjang Hyunsuk dan memberikan si mungil ketenangan.

Cukup lama sampai tangis si mungil benar-benar berhenti.

Jihoon melepas pelukannya pelan dan melihat wajah memerah Hyunsuk yang sudah basah. Tangannya dengan telaten menghapus jejak jejak air mata di pipi gembil Hyunsuk.

"Udah lebih baik?"

Hyunsuk mengangguk dengan hidungnya yang memerah, membuat Jihoon menahan gemas setengah mati untuk tidak mencubitnya. Jihoon memberikan Hyunsuk minum, membiarkan si mungil menenangkan diri untuk beberapa menit.

"Aku harus lebih baik sama kamu setelah ini"

Hyunsuk mengatakannya dengan muka menahan tangis. Membuat Jihoon hampir saja tergelak karena alasan yang baru saja dirinya dengar.

"Kenapa kamu ngelakuin itu Jihoon?"

Jihoon tersenyum kecil menatap raut penasaran Hyunsuk, menyelipkan beberapa rambut Hyunsuk kebelakang telinga sebelum memberikannya senyuman tulus dan juga jawaban santai. "Karena aku sayang sama Aluna"

anymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang