Jihoon kembali dengan handuk bersih dan sebaskom air dingin, juga obat merah yang ia minta pada Mia baru saja.
Dengan gerakan yakin ia mengambil posisi duduk disamping Hyunsuk yang tengah menghadap miring ke arahnya.
Tatap mereka bertemu, walau keduanya tak lagi membuka suara usai pelukan sebelumnya. Hanya deru nafas masing-masing yang mengisi ruangan.
Jihoon mencelupkan jarinya sendiri kedalam baskom, setelahnya dengan pelan mengarahkan jari jempolnya ke bibir Hyunsuk yang lukanya tampak masih baru. Ia bersihkan terlebih dahulu, menggunakan jari yang menurutnya lebih baik ketimbang handuk besar yang diberikan Mia.
Jihoon membawa cotton bud dan melumurinya dengan obat merah, menatap Hyunsuk sekilas sebelum fokus pada luka dihadapannya.
"Ahh shhㅡ"
"Maaf, perih ya?"
Hyunsuk mengangguk namun Jihoon kembali melanjutkan kegiatannya.
Sampai Jihoon rasakan bagaimana kaosnya dibawah sana dicengkram kuat oleh Hyunsuk.
Usai dengan luka di sudut bibir, kini Jihoon beralih untuk mengompres pipi merah itu dengan handuk.
Berharap merahnya cepat pudar.
"Aku di rampok, barang barang aku dibawa semua"
"Tapi kamu baik baik aja? atau ada yang luka selain ini?"
Hyunsuk hanya menggeleng. "Passport, visa, debit, semuanya ada di koper aku"
"Kamu udah lapor polisi?"
Jihoon kembali mendapat gelengan.
"Aku baru nyampe tadi subuh, langsung mau kesini. Maaf sebelumnya lancang, aku beli informasi kamu dari fans, katanya kamu ada disini, mereka kasih informasi tempat kamu menetap, maaf kalo aku beli informasi yang terkesan privasi, tapi aku ngga punya pilihan lain"
Jihoon mendengarkan dengan seksama, menatap dalam raut muka Hyunsuk yang begitu bingung dan sedikit ketakutan.
"Aku kesini dengan harapan beneran ketemu kamu, tadi pagi aku ketemu dua orang, penampilannya nggak mencurigakan, aku tanya alamat penginapan kamu. Mereka bilang tau walau awalnya mereka pake Bahasa Belanda, mereka berusaha reach out aku pake google translate. Ya aku percaya aja, aku ikutin mereka, yang sialnya bawa aku ke gang sepi, disitu mereka ambil semua barangku, aku sempet ngelawan dan teriak, terus mereka nampar aku"
Hyunsuk tak berani menatap Jihoon, karena bagaimana sosok didepannya itu terus menatapnya begitu dalam. Membuatnya merasa canggung sekaligus bingung harus bertingkah seperti apa disaat yang bersamaan. Posisi duduk yang begitu dekat dan berhadapan pun membuat Hyunsuk tak berani berlama lama beradu tatap dengan Jihoon. Berakhir ia bercerita dengan menatap kerah baju Jihoon.
"Aku cuma takut tadi, hopeless banget, banyak orang orang yang cuma bisa bahasa Belanda, aku nggak bisa minta tolong. Aku cuma terus jalan dan muter muter, sampe akhirnya aku liat kamu karena denger suara ketawa kamu yang familiar, aku lega, karena setidaknya ngga perlu takut lagi"
Jihoon terus menenangkannya, tanpa sadar menggenggam kedua tangan milik Hyunsuk dibawah sana dan sesekali mengusapnya.
"Kita batalin dulu semua kartu kamu, habis itu kita lapor kalo pasport dan visa kamu hilangㅡ aku siap siap dulu, aku mau tanya ke Aya dimana tempatnya, kamu bisa minum dulu dan tenangin diri kamu, ya?"
Jihoon beranjak, begitu cepat memberinya penjelasan dan Hyunsuk hanya mengangguk paham.
Keduanya tak begitu peduli dan sejenak melupakan apa yang terjadi diantara mereka. Hari itu mereka hanya begitu sibuk mengurus semua kehilangan yang Hyunsuk alami sampai langit berubah petang ketika mereka kembali ke penginapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
anymore
Фанфікиsemesta seolah memperkenalkannya sebagai tokoh antagonis sejak awal. ⚠️ bxb, m-preg