12

1.9K 244 20
                                    

full flashback

Mobil itu berhenti dijarak yang cukup jauh dari rumah yang dituju. Jihoon menurunkan kacamata hitamnya dan menatap tak fokus, bagaimana kedua bola matanya bergerak risau dan dadanya berdetak tak karuan saat melihat banyak sekali orang-orang dirumah Hyunsuk memakai baju serba hitam.

Awalnya Jihoon mencoba untuk tenang dan menyingkirkan pikiran-pikiran buruk yang hinggap. Namun matanya semakin berair saat melihat Hyunsuk yang baru saja turun dari sebuah ambulan dengan raungan pilu juga tatapan kosong- memanggil ibu.

Buru-buru Jihoon bergerak hendak membuka pintu mobil saat Donghyuk dengan sigap menguncinya terlebih dahulu.

"Banyak orang, Ji"

Jihoon mendesah kesal dan terus melihat Hyunsuk yang kini dituntun untuk masuk kedalam rumah.

"Biarin gue keluar, please.." katanya dengan suara bergetar penuh permohonan.

"Tadi kesepakatannya cuma lewat sebentar, kan? Lo ada rekaman sebentar lagi-"

"Gue janji nggak bakal buat masalah, please, Hyunsuk butuh gue bang, gue mohon"

"Ji.."

Donghyuk menatap Jihoon yang matanya sudah memerah. Jujur, ia tidak tega saat artistnya yang sudah ia anggap adik itu memohon terus menerus untuk lelaki mungil itu.

"10 menit, gue tunggu disini" setelahnya Donghyuk membuka kunci mobil dan Jihoon bergegas keluar usai memakai masker hitamnya.

Dirinya berjalan perlahan, melewati banyaknya tetangga yang sedang duduk didepan.

Lantas matanya mencari keberadaan Hyunsuk yang kini tengah menangis dan menyandar di pojokan. Jihoon hendak menghampiri saat gerakannya terlebih dulu berhenti ketika Hyunsuk berteriak dan menangis memanggil ibunya.

"Maafin Hyunsuk! Ibu nggak boleh pergi kayak gini, maafin Hyunsuk- hiks.."

Jihoon tak sempat mendekat karena dua orang perempuan kini berusaha menenangakannya.

"Nggak mau- ibu! Ibu.. aku mau ibu.."

Mendengarnya berteriak pilu seperti itu tentu membuat hati Jihoon mencelos. Pun saat suaranya tak kembali terdengar dan Jihoon mendongak dari tundukannya, dirinya melihat si mungil kehilangan kesadarannya. Lantas Jihoon bergegas mendekat untuk membantu.

"Biar saya aja bu yang angkat" katanya pelan mulai menggendong Hyunsuk dan membawa si mungil di dekapnya untuk masuk kedalam kamar.

"Kamu temennya Hyunsuk?"

Jihoon meletakkan Hyunsuk dengan hati-hati dan menyelimutinya. Ia menoleh pada sosok wanita paruh baya yang kini menatapnya penuh tanya.

"Iya" jawabnya pelan.

"Kalo gitu saya titip Hyunsuk sebentar ya, saya mau ambilin dia makan dulu, dari semalem dia belum makan. Oh iya- saya budenya Hyunsuk"

Jihoon mengangguk canggung dan membiarkan wanita paruh baya itu keluar. Menyisahkannya dengan Hyunsuk berdua saja dalam kamar kecil yang biasanya terlihat rapi itu kini berantakan.

Dengan telaten Jihoon memungut baju baju yang berserakan dibawah, buku buku yang berantakan di meja, barang barang yang ada dimana mana tak sesuai tempatnya- benar benar bukan seperti Hyunsuk sekali.

Saat asik membersihkan, Jihoon tak sengaja melihat satu amplop putih cukup besar dengan nama Hyunsuk disana. Ia menoleh kearah Hyunsuk yang masih tenang menutup sipitnya.

Entah mengapa Jihoon ingin sekali lancang dan membukanya. Dengan pelan tangan Jihoon mengeluarkan kertas didalamnya, membukanya dan membaca hasil medis yang tertulis di bagian atas itu. Matanya tentu membola kaget saat membaca kalimat demi kalimat. Ia kembali melihat Hyunsuk dengan tatapan yang sulit diartikan.

anymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang