Senandung kecil dari mulutnya itu terus terdengar di sepanjang koridor sekolah. Tangannya dengan riang menggoyangkan tas kecil berisikan kotak bekal istimewa.
Istimewa karena untuk pertama kali, Aluna membawa bekal yag dibuatkan khusus untuknya, oleh om Jihoon, atau Aluna sudah bisa mengatakan jika itu dariㅡ ayahnya?
"Kadang kalo diem ya diem, nangis ya nangis, giliran senyum kayak orang gila, senyum senyum sendiri"
Aluna menoleh, menemukan Kenzo yang sangat menyebalkan, atau saat ini bisa Aluna definisikan sebagai sosok baik hati yang mau menampungnya sehari semalam.
"Apasih kamu?!"
"Lagian senyum-senyum sendiri kaya orang gila"
"Terserah aku dong?!"
Aluna berkata sewot dan mencebi kesal, tetap pada langkah riangnya meninggalkan Kenzo yang tengah menggeleng heran akan sikap bahagia temannya yang tak biasa.
Sampai di pintu gerbang, Aluna masih tersenyum begitu lebar dan menoleh ke sembarang arah untuk menemukan mobil familiar yang selalu dirinya naiki selama dua bulan terakhir.
"Na, nggak pulang?"
Aluna menoleh dan mengangguk kecil pada pertanyaan retoris Kenzo yang kini tengah menatapnya dengan menyipitkan mata akibat siang itu begitu terik.
"Tumben belum dijemput om Jihoon?"
"Mungkin belum dateng, kayaknya masih dijalan"
"Oh, aku pulang dulu ya?"
"Hum? oke! hati hati Zouzouuu!"
"Panggil aku yang bener!"
"Gamau! wlek!"
Kenzo hendak menyentuh rambutnya dan Aluna menghindar cepet. "Ditungguin pak supir tuh! sana pulang!"
"Iyaa, dadah cengeng"
"Aku nggak!" Aluna sedikit meninggikan suara saat Kenzo berjalan pergi dengan kekehannya.
Kembali Aluna menatap kotak bekal yang telah kosong di pangkuannya, tersenyum lagi begitu manis kemudian.
Tak sabar bagaimana ia akan bercerita jika makanannya Aluna habiskan, dan bagaimana Kenzo menatap iri menu makanan dengan bentuk lucu dihadapannya terus menerus saat istirahat tadi.
Akan Aluna ceritakan hari harinya di sekolah seperti biasa, pada om Jihoon yang akan menanggapi ceritanya dengan kekehan kecil dan usakan di rambut.
Aluna tidak sabar, akan bertemu om Jihoon dan kembali kerumah sakit untuk menunggu papa bangun bersama sama. Aluna terus saja tersenyum begitu senangnya sampai sebuah mobil hitam tak asing berhenti didepannya.
"Loh? kok bapak disini? Aluna udah dijemput om Jihoon, pak. Bapak nggak perlu jemput"
Remaja 13 tahun itu bingung saat mendapati supirnya berada dihadapannya. Padahal sang supir sudah tau bagaimana Aluna akan pulang diantar om Jihoon akhir akhir ini.
"Aluna juga mau langsung kerumah sakit sama om Ji, mungkin sebentar lagi om Ji dateng"
"Maaf non, tapi papa non Luna yang nyuruh bapak secara langsung"
Aluna menyerngit bingung. "Papa? tapiㅡ" lantas Aluna tersadar akan sesuatu, ada yang mengganjal tentang papa. Tentang papa? yang menyuruh bapak supir untuk menjemputnya? Itu artinyaㅡ
"Papa? papa? se-serius, papa udah sadar? nggak, maksutnya, papa udah inget aku?"
Aluna bermonolog sendiri, mencengkram kuat tas bekalnya dengan pandangan gusar. Hatinya menjadi tak karuan karena kabar yang harusnya membuat ia bahagia terdengar.

KAMU SEDANG MEMBACA
anymore
Fanfictionsemesta seolah memperkenalkannya sebagai tokoh antagonis sejak awal. ⚠️ bxb, m-preg