31

1.9K 230 31
                                    

Di tempat duduknya, Hyunsuk pandangi pemandangan dibawah sana dari balik jendela pesawat. Ingatannya kembali berputar pada obrolannya dengan Jihoon yang tampak tak memiliki penengah.

'Ayo jalani dulu aja'

Katanya begitu menenangkan.

Berhasil membuat Hyunsuk terperangah dan terus terusan berpikir di tengah perjalanan pulangnya. Bisakah?

Membayangkan bagaimana jika ia dan Jihoon kembali bersama saja masih terasa abu baginya. Tak tau mengapa, hatinya sedikit meragu karenanya. Bisakah itu terjadi?

Apa yang sebenernya hatinya inginkan pun masih terasa kacau. Hyunsuk tidak benar benar tau, apakah harus hubungan itu kembali terjalin hanya karena alasan masih saling memiliki rasa?

Dan di dua minggu lamanya itu, Jihoon benar benar menepati ucapannya ketika lelaki itu bilang dua minggu.

Terbukti usai dua minggu itu, ketika Hyunsuk baru saja hendak memasuki mobil untuk menjemput Aluna, gerakannya lebih dulu dihentikkan oleh mobil lain yang baru saja berhenti didepan gerbang rumahnya. Memunculkan Aluna dengan wajah sumringah meneriakinya.

"Papa! Alu pulaaang!"

Riangnya menghampiri. Tak lantas membuat Hyunsuk terpengaruh. Semakin dalam jalinan mata dengan sosok berkacamata yang kini tersenyum, berjalan kearahnya, dengan tatanan rambut lebih rapi dan telah dipotong lebih pendek.

"Om Ji jemput Alu! hehehe"

Hyunsuk menunduk dan tersenyum pada putrinya. Lantas kembali menatap Jihoon yang juga tersenyum.

Nyatanya, 2 minggu itu terasa lebih lama daripada 13 tahun. Tanpa merasakan kehadiran Jihoon benar benar membuatnya tersiksa.

"Om Ji ayo masuk! nggak pernah kan main kerumah Alu!"

Hyunsuk hanya diam, membiarkan putrinya menarik narik tangan Jihoon antusias. Lalu Jihoon memandangnya lagi, seolah tengah meminta persetujuan tentang kehadirannya kedalam rumah, dan tak membutuhkan waktu lama untuk Hyunsuk mengangguk menyetujui.

Hyunsuk menatap sekilas mobilnya dan memutuskan untuk masuk kemudian. Mendapati suara gaduh yang Aluna ciptakan dari kamarnya. Hyunsuk tidak tau jika putrinya bisa menjadi sesenang itu selain bersama Yoshi.

"Bi, tolong bikinin minum sama cemilan ya, terus bawa ke kamarnya Aluna. Buat dua orang"

Tak ingin mengganggu kesenangan Aluna, Hyunsuk lebih memilih untuk duduk dihalaman belakang. Dimana ada sofa begitu nyaman yang terbiasa dirinya gunakan bersama Yoshi untuk menikmati teh dipagi hari.

Ah, mengenai Yoshi. Hyunsuk sedikit merindukannya.

Walau mungkin terasa aneh ketika ia mengetahui semua perbuatan Yoshi padanya dan Jihoon. Tapi itu tetap saja tak menutup fakta jika selama 13 tahun terakhir Yoshi memperlakukannya begitu baik.

Tak pernah sekalipun Yoshi membuatnya kecewa, lelaki itu selalu memiliki caranya sendiri untuk membuatnya bahagia selama ini. Terkadang hal itu membuatnya merasa kian bersalah karena tak bisa benar benar membalas perasaan Yoshi.

Bahkan sampai Hyunsuk tak lagi bisa melihat kehadirannya, ia benar benar tak bisa membalas semua kebaikan Yoshi yang begitu peduli padanya dan juga menyayangi Aluna seperti anaknya.

Tanpa sadar, pipinya mulai basah karena tangis. Hyunsuk menutup wajahnya dengan kedua tangannya untuk meredan tangis yang lagi lagi tak bisa dirinya tahan.

Usai mencuci tangannya sampai bersih, Jihoon keluar dari kamar mandi dengan tisu yang ia gunakan untuk mengelap kedua tangan. Jihoon hendak kembali menaiki tangga dan pergi ke kamar Aluna saat secara samar telinganya mendengar suara tangis.

anymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang