17

1.5K 229 50
                                    

Ruangan itu kosong, tidak ada siapapun, tidak ada suara sedikitpun. Namun demikian, Jihoon tetap merasa terganggu, pikirannya ramai, pikirannya terus berperang.

Jihoon menunduk dengan sedikit meremat setelan hitamnya. Menunduk untuk berusaha meredam berisik di kepalanya. Dirinya takut, Jihoon sangat takut sampai rasanya ia tidak berani untuk keluar dari gudang rumah sakit itu barang sejenak.

Bagaimana semuanya menjadi kacau dalam semalam, Jihoon tidak tau bagaimana harus mengatasi semua yang telah terjadi. Dirinya kehilangan arah, buntu untuk melanjutkan langkah saat semuanya terjadi begitu tiba tiba.

Apa yang harus Jihoon katakan pada Aluna? apa yang harus dirinya beritahu pada remaja itu saat mereka bertemu nantinya? Jihoon menggeleng pelan dan memukul kepalanya berkali kali.

Ponselnya terus bergetar, membuatnya semakin frustasi dan menggeram menahan kesal. Jihoon melirik nama Donghyuk yang muncul disana, menelponnya berkali kali dan terus menanyakan dimana keberadaannya usai pemakaman.

Jihoon tidak membalas apapun. Sungguh, ia butuh waktu untuk sendiri saat ini. Jihoon tidak lagi bisa melakukan apapun selain menatap putihnya marmer yang kini ia duduki dengan pandangan kosong.

Jihoon merenung dan terus berperang dengan pikirannya sendiri malam itu.

Langkahnya berjalan gontai di lorong rumah sakit pagi itu. Dibarengi matanya yang hitam juga sayu karena tidak tidur semalaman.

"Jihoon! lo dari mana aja?!" pertanyaan dari Donghyuk memasuki indra pendengarannya.

"Dia udah masuk ruang operasi tadi"

Jihoon hanya mengangguk kecil menanggapi, melewati Donghyuk dengan tatapan kosongnya dan berjalan pada ranjang rumah sakit di sana.

"Sahi, dia udah mendingan?" Jihoon menoleh kearah Donghyuk setelah menatap raut teduh Asahi yang tengah tertidur.

"Iya, dia udah baik-baik aja dan bisa pulang hari ini. Sekarang anaknya masih tidur habis minum obat"

Setelahnya Jihoon mengangguk paham, mengelus perlahan dahi Asahi sebelum berjalan untuk menggapai sofa di belakangnya.

"Lo bisa tidur duluㅡ"

"Gue harus cari Aluna" jawabnya tegas, walau dengan sedikit memijat pelipisnya lantaran Jihoon mulai merasakan pusing.

"Lo belum tidur dua hari ini Ji"

Jihoon terkekeh kecil dan menepuk asal dada Donghyuk. "Gue Jihoon kalo lo lupa, gak tidur dua hari udah biasa buat gue"

"Ck, setidaknyaㅡ"

"Lo udah bilang, kan, ke agensi? soal itu?"

"Em mereka awalnya nggak mau karena lo udah dijadwalin buat tour. Tapi kayaknya mereka bakal pertimbangin lagi kali ini. Gue bilang kalo gak dibolehin buat rehat, lo bakal keluar. Satu tahun, cukup kan?"

"Kalo bisa sih selamanya ya ngga apa-apa"

"Jangan becanda!"

Jihoon dibuat tertawa walau terkesan dipaksakan. Dirinya menatap raut kesal managernya itu dan terdiam setelahnya.

"Apa?!"

anymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang