Setelah mendapat telfon dari panti, Maira langsung pergi dengan perasaan berkecambuk kehawatirannya terhadap anak-anak panti menghantuinya membuat ia teringat akan masalalunya yang menjadi traumanya. Tangannya bergetar, isak tangis mulai tedengar memenuhi kesunyian di dalam mobilnya. Tak lama ia pun sampai disana.
"Ummi Abah!" panggil Maira menghampiri mereka.
"Mi, anak-anak di mana?" tanga Maira gelisah dengan melihat ke sekitarnya, terdapat beberapa anak-anak yang duduk di tepi sedangkan warga sekitar masih berusahah memadamkan api di bangunan panti itu. Maira langsung memeluk semua anak-anak itu dengan tangis yang tak bisa ia bendung.
"Kak Maira, yang lain masih di dalam. Tolongin mereka kak" ujar Devo dia salah satu anak panti yang berhasil selamat dari kebakaran panti
Tanpa berfikir apapun Maira langsung berlari masuk ke bangunan yang terbakar itu. Ummi sama Abah yang melihat nya terkejut namun mereka tidak sempat menghentikan Maira
Maira berjalan melewati kobaran api dengan hati-hati sambil berteriak mencari keberadaan anak-anak. Tak lama ia mendengar suara teriakan anak-anak di kamar putra. Ia pun mendobrak pintunya. Hatinya lega telah berhasil menemukan anak-anak.
Ia pun segera membawa anak-anak itu keluar dengan hati-hati. Namun di ujung pintu keluar telah terpenuhi oleh kobaran api, dan tak ada cara lain selain melewati jendela samping yang masih belum banyak api. Ia menyuruh ank anak keluar dulu dengan melompat keluar jendela, kini tinggal ia saja yang belum keluar, saat hendak melompat kalungnya terjatuh ia kembali turun dan mengambilnya.
Namun ia tak menemukanya karna asab yang terlalu tebal menghalagi penglihatannya.jika kalung itu bukan peninggalan mamanya mungkin ia akan membiarkannya hilang begitu saja, ia berusahah keras mencari hingga ia mulai sesak nafas karna asap yang sangat tebal. Dii tak bisa melihat apa-apa, matanya terasa berat hingga ia terjatuh dan semuanya terlihat gelap
******
"Mama....mama....mama...." ujar Maira lirih. membuat Gus Azhar tersenyum lega disampingnya.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar" ujar Gus Azhar.
Maira berusahah untuk bangun namun tubuh nya masih terasa lemas.
"Kamu tidur aja, jangan banyak gerak, karna luka bakar kamu masih basah" ujar Gus Azhar lembut, namun ia ingin duduk ahirnya Gus Azhar membantunya untuk duduk.
Sambil bantu maira Gus Azhar berbicara dalam hati
"yaallah ampuni hambah yang berani menyentuh lawan jenis"Btw Lo kali ini loh Gus pegang lawan jenis ,:)
"Anak-anak gimana?, Nggak ada luka yang parah kan ya?, Apa ada yang meninggal atau ada yang luka?" Tanyanya berturut-turut
Gus Azhar hanya bisa pasrah mendengar pertanyaan yang di lontarkan Maira barusan, tetapi Gus Azhar sangat salut kepadanya karna dia sudah menyaruhkan nyawanya demi menyelamatkan anak-anak panti
"Alhamdulillah mereka semua selamat meski ada beberap luka yang mereka dapat rapi tidak parah jadi kamu jangan terlalu khawatir sama mereka semua" ujar nya
Gus Azhar bisa melihat begitu jelas raut wajah kehawatiran Maira terhadap anak-anak, apalagi ia sampai terluka demi menyelamatkan mereka semua ketulusannya Maira tak perlu di tanyakan lagi.
Air mata Maira lolos begitu saja membasahi pipinya. Hal itu membuat gus azhar hawatir.
"Kenapa nangis? ada yang sakit, bentar saya panggilkan dokter"
"Tidak perlu Gus, saya cuma lega aja dengar anak-anak semua selamat" ucap nya nunduk
"Ck Lo cengeng amat sih Ra, malu tau nangis di depan cowo" ujar Maira dengan nada yang sangat dikit asal ceplos pada diri sendiri, meski begitu Gus Azhar mendengarnya dan itu membuat Gus Azhar tersenyum sendiri hingga Maira tidak tau kalau Gus Azhar sedang tersenyum karnah tingkah nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/333568415-288-k859102.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Written In The Love Of Allah (On Going)
RandomSetelah 5 tahun berjuang untuk mendapatkan hati seseorang yang ia cintai tiba-tiba suatu hari mereka berdua di temukan kembali oleh keadaan apakah Gus Azhar bisa mendapatkan hati perempuan itu kembali apa sebaliknya?