"Mau kemana kak ipar" tanya Ning Laila adik nya Gus Azhar, setelah Maira menuruni kakinya dari tangga
Rumah Gus Azhar bertingkat, yang di atas berisi 4 kamar sedangkan di bawah berisi ruang tamu, ruang tv, dapur dan ruang keluarga hanya itu yang Maira tau selebihnya tidak tau
"Mau kedapur"
"Mau aku teminin Ndak kak"
"Boleh" Setelah itu mereka berdua berjalan kearah dapur, sesampai di dapur Maira mengambil gelas dan air untuk ia minum
"Em kak Maira punya saudara cowo ndak?" Tanya Ning Laila
Maira menoleh ke arah Adik ipar nya itu dan menaikan sebelah alis nya "kenapa?"
"Hehe nanya aja"
"Ngga jelas kamu ini" ujar nya sambil terkekeh
"Aku mau nanya ngga kak?"
"Dari tadi kamu juga lagi nanya La"
"Eh iya, ya heheh"
Setelah selesai minum Maira mengajak Laila keluar dari dapur menuju ruang tv biar mereka leluasa untuk saling mengenal atau mengobrol
"Sebelumnya Kaka belum kenal sama kamu sama sekali, terakhir kita ketemu waktu akad pernikahan kakak" ujar Maira
"Gimana nggak kenal orang waktu itu aku mau ke kamar Kakak saja ngga di bolehin sama Abi katanya takut ganggu pengantin baru gitu"
Maira tersenyum kala mendengar perkataan terakhir dari adik ipar nya itu, bisa-bisanya sang Abi bilang seperti itu Kepada adik ipar kan dia jadi malu
"Jadi kamu masi kulia apa gimana ni La" tanya Maira
"Masi kulia kak, sebenarnya sih aku di suruh mondok sekalian kulia juga tapi aku nggak mau, karna menurut aku itu tidak menyenangkan secara aku udah pernah mondok 6 tahun masa aku sekarang kuliah sambil mondok kan ngga seruh kak" curhatnya
"Dan lagi ni ya kak, kalau aku kulia sambil mondok akunya harus bolak balik ke pondok trs ke kampus aku"
"Meskipun kamu nggak mondok tapi kamu kan berangkat dari rumah terus ke kampus, sama aja dong kamu bolak balik pulang dan berangkat nya" sela Maira
"Bukan itu maksudnya, aku kan kulia di Surabaya jadi setiap liburan semester pulangnya jadi itu memudahkan aku menghemat uang, sedangkan kalau aku mondok pasti ngeluarin uang banyak buat ongkos pulang ples berangkat juga ya kan"
"Ya juga sih, kamu ngambil jurusan apa?" Tanya Maira
"Kedokteran kak"
"Enak banget ya jadi kamu bisa sekolah dan kulia setinggi ini" ujarnya dengan raut wajah sedih
"Dulu kakak aja sekolah harus nyari uang dulu buat bayar sekolah Kakak dan adik kakak, belum lagi kebutuhan lainnya, sampai sekarang pun begitu harus ngebiayayai sekolah adik kakak yang ada di pesantren, ya meskipun Kakak punya tokoh kue peninggalan almarhum mama kakak, tapi tetep aja kakak bekerja keras sampai tokoh kue kakak serame ini, dulu ma nggak paling-paling yang beli cuma beberapa orang aja, tapi alhamdulilah sekarang banyak banget yang suka dan juga ada yang pesan kue buat hajat dan lain nya, dan kakak sangat bersyukur banget" lanjutnya
Sedangkan Laila hanya mendengarkan cerita dari kakak ipar nya ini, menurutnya kakak ipar nya ini definisi orang yang bekerja keras buktinya bisa sesukses ini, bagaimana dengan dirinya yang masih pakek uang orang tuanya.
Hidup itu tidak gampang yang orang lain bayangkan, orang lain cuma bisa lihat di depannya saja tanpa tau di belakangnya, Sebenarnya manusia itu tidak pernah puas akan kerja nya dan merasa kurang terus padahal Allah sudah memberikan yang terbaik untuknya.
"Hiks hiks..." Tangis Laila
"Loh, kamu kenapa nangis" kaget Maira karna dari awal ia cerita dia tidak menatap ke Laila melainkan ke arah lain
"Kakak kuat banget hadapin semuanya, bahkan kalau aku jadi kakak mungkin aku akan bunuh diri aja" ujarnya sambil sesenggukan
"Hanya manusia yang otak nya pendek yang mau bunuh diri" jawabnya sambil menghapus sisia air mata yang menetes dari air mata adik iparnya itu.
"Setiap manusia itu pasti memiliki takdirnya masing-masing begitu dengan kakak yang di takdir kan seperti ini sama Allah, jadi kita harus banyak bersyukur sangat atas semua yang Allah berikan pada kita saat ini"
Laila memeluk Maira dengan sangat erat, entalah dia merasa sangat ibah mendengar cerita kehidupan Maira selama ini, dan dia sangat bersyukur karna masih mempunyai orang tua yang selalu ada untuknya.
"Aku cariin kemana-mana ternyata ada di sini" ujar laki-laki yang baru datang ke ruang tv
Laila melepaskan pelukannya lalu dia mengusap air matanya. Dan melihat asal suara yang baru saja ia dengar "Ganggu aja ihh Abang ini"
"Kok jadi Abang yang di salahin dek"
"Yalah, orang lagi enak-enak berpelukan kok"
"Yaudah, maafkan Abang"
"Kamu kenapa?"
"Apanya kenapa?" Jawab Laila
"Mata kamu habis nangis ada masalah?"
"Nggak ada, sejak kapan pula Laila nangis kalau ada masalah ha, Laila ini stong women nggk pernah nangis kalau ada masalah"
"Yakan siapa tau"
"Ya nggak lah, orang Laila nangis karna dengerin cerita dari kak Maira kok" jawabnya
Gus Azhar berpindah tempat duduk di sebelah kiri istrinya.
"Kenapa sayang" tanyanya lembut
"Nggak papa, tadi aku cuma cerita tentang kehidupan aku aja ke Laila eh dianya malah nangis" ujar nya sambil tersenyum di akhir kalimat
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Written In The Love Of Allah (On Going)
SonstigesSetelah 5 tahun berjuang untuk mendapatkan hati seseorang yang ia cintai tiba-tiba suatu hari mereka berdua di temukan kembali oleh keadaan apakah Gus Azhar bisa mendapatkan hati perempuan itu kembali apa sebaliknya?