WITLOA 9

1.5K 98 1
                                    

Selepas berbincang-bincang dengan Zea kedua pasangan itu menuju ndalem, jujur saja Maira masih takut untuk menemui Gus Ivan apalagi Ummi Hafsah yang memang pernah mengatakan akan melamar Maira namun Maira selalu menolaknya karna ia tak ingin merebut salah satu kebahagiaan Zea. Dan pernikahan ini ia terima salah satunya karna hal itu, ia berharap dengan dia menikah dengan Gus Azhar, Gus ivan tidak lagi mengharapkannya.

"Sayang kenapa malah bengong ayo!" ajak Gus Azhar yang kini perada di halaman depan ndalem dengan menggandeng tangannya.

"Assalamualaikum" ujar Gus Azhar dengan mengatuk pintu tak lama tuan rumah pun keluar yaitu Ummi Hafsah.

"Waalaikumsalam, eh ada Gus Azhar loh barengan sama Nak Maira ayo masuk" ujar Ummi Hafsah mempersilahkan masuk, keduanya pun masuk dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu itu.

"Bentar ya, tak panggilkan dulu Gus Ivan sama Abah" ujar Ummi meninggalakan sang tamu tersebut,

Tak lama Abah beserta Gus Ivan pun datang dengan Ummi Hafsah di belakangnya serta membawa 2 cangkir teh.

"Gus!" sapa Gus Ivan lalu mereka bersalaman dan berpelukan, lalu Gus Azhar menyalami Abah nya Gus Ivan

"Tumben kesini barengan lagi sama Nak Maira" ujar Abah

"Begini, mungkin kalian terkejut dengan kabar ini, tapi bukanya saya tidak mau mengundang Abah dan sekeluarga, tapi memang ini di adakan sangat mendadak" ucap nya

"Alhamdulillah saya dan Maira telah menikah tadi pagi" lanjutnya Gus Azhar yang membuat semuanya terkejut

Apalagi Gus Ivan entah betapa sakitnya hati Gus Ivan saat ini, dimana seseorang yang ia cintai kini telah menikah dengan sahabatnya sendiri haruskah ia bahagia karna sahabatnya menikah dengan pujaan hatinya atau harus sebaliknya nya?, Kecewa tentu Gus Ivan sangat kecewa dengan semua ini, kenapa disaat dia mendoakan nama nya di sepertiga malam nya kenapa harus orang lain yang jadi pendamping hidupnya.

Abah dan umminya Gus Ivan yang tau perasaan putra tunggalnya itu juga bingung harus bagaimana disisi lain ia tak tega melihat putranya itu sedih.

"S-selamat ya Gus" ujar Gus Ivan dengan memeluk Gus Azhar

Gus Azhar yang tidak tau kenyataannya itu pun membalas pelukan dari sahabatnya itu dengan bahagia, sedangkan Gus Ivan dibalik pelukannya itu tengah menatap Maira dengan matah yang sudah memerah dan basah lalu mata itu terpejam, merasakan pelukan dari sahabatnya itu mengendur dan tak kunjung dilepaskan Gus Zahar melepas pelukannya, dan benar saja Gus Ivan kini pingsan.

"Lah Gus, kok pingsan" ujar Gus Azhar panik dan bingung dengan sebisanya ia menepuk-nepuk pipi sahabatnya itu untuk menyadarkanya. Namun Gus Ivan tak kunjung sadar

"Gus Azhar tolong bawa Ivan ke kamarnya!" titah abahnya yang langsung dilaksana oleh Gus Azhar

"Maaf Gus, sebaiknya Gus Azhar pulang dulu biar saya yang mengurusnya tak perlu hawatir dia mungkin kecapean" Ujar Ummi Hafsah berusahah menutupu kenyataanya.

"Tapi" sela Gus Azhar

"Mas, yuk pulang kasihan Gus Ivan butuh istirahat" ucap Maira tidak enak hati dengan ekspresi kedua orang tua Gus Ivan

"Yah udah kita pamit pulang nggeh Ummi Abah, assalamualaikum" ujar Gus Azhar menyalami keduanya begitupula Maira.

"Ummi maaf" ujar Maira lirih sahat menyalami Ummi Hafsah sedangkan Ummi Hafsah hanya diam tak berbicara membuat Maira tak enak hati.

Keduanya kini kembali pulang ke rumah Maira disepanjang jalan Maira hanya termenung guys Azhar yang menyadari itu juga bingung dengan keaadaan istrinya itu.

Written In The Love Of Allah (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang