WITLOA 17

1.4K 90 4
                                    

Maira keluar dari kamar mandi masi dengan wajah kesalnya karna ngga di ijinin untuk pergi ke asrama mencari teman, tapi dia akan terus rayu suamia agar dibolehin keluar.

Sebelumnya berjalan kearah Gus Azhar Maira tarik nafas terlebih dahulu dan setelah itu dia berjalan ke arah suaminya yang saat ini sedang sibuk sama laptopnya lagi.

"Mas beneran ngga di bolehin ni?."

"Disini kan sudah ada mas yang, ngapain juga ngobrol sama yang lain"

"Nggak mau, aku maunya sama temen aku nanti nya, tapi kalau ada yang mau temenan sama aku sih" lirihnya di ucapan terakhir.

"Apa bedanya kamu ngobrol sama mas dan yang lain, kan sama-sama ngobrol sayang" ucapnya. Tetapi matanya masi fukus pada laptopnya

"Bedah lah, beda banget malahan" ujarnya dengan nada sewot

Gus Azhar menghelah nafasnya dan menutup leptopnya. Setelah itu ia menghadap kerarah istrinya untuk fokus ngobrol bersama istrinya.

"Mau ngobrol apa?" Tanyanya sambil menatap istrinya yang sedang cemberut

Maira mengerjapkan matanya dengan lucu "Apanya?"

"Katanya ma ngobrol sama mas kan?, Ini mas sudah dengerin"

Maira mengelah nafas sambil geleng kepala "maksudnya aku itu, aku nggk mau ngobrol sama kamu, tapi aku mau nyari teman di asrama putri dan bisa di ajak ngobrol bareng" jelasnya

"Kenapa nggk sama saya aja ngobrol nya.?

"Nggk mau, aku maunya ngobrol sama santri putri"

"Sama saya aja, kan sama-sama ngobrol sayang" ucap nya sambil mengelus tangan Maira

Maira semakin gugup di tatap lekat oleh suaminya, kalau ia mengajak suaminya mengobrol apa yang harus di bahas?, Dan lagi saat ini posisi jantung Maira tidak aman, bagaimana tidak aman tatapan suaminya bikin hati maira berdebar-debar.

"Kalau ngobrol sama kamu nggk tau apa yang mau di bahas, mangkanya Maira mau nyari teman aja di asrama itung-itung buat perkenalan bukan?"

"Kata siapa nggak ada yang diomongin di antara kita berdua hm?, Ada kok" jawab Gus Azhar

"Apa?" Tanya Maira bingung

Gus Azhar tersenyum tengil ke arah istrinya "Bahas anak lah sayang!, Kan kata kamu kemaren-kemaren kepengen punya anak bukan?" Dan itu sukses bikin pipi Maira memerah seperti kepiting rebus

"Mampus gue" ujar Maira dalam hati

"Ap- apaan sih Gus kapan saya bilang gitu ha?" Elak nya

"Kemaren"

"Udah ihh ngapain bahasa itu lagi sih" gerutunya

"Itu harus di bahas sayang, kan itu penting buat kita berdua" godanya lagi

"Ng-ggak" gelengan dengan gugup

"Itu kan kemarin beda lagi lah sama sekarang ck" lanjutnya.

"Harus di bahas sayang" ucapnya lagi dengan tatapan menggoda

Maira berdiri dari duduknya. "Kalau bahas ini lagi Maira marah nih sama mas Azhar"

"Ya jangan atu sayang cukup kemarin saja kamu diemin Mas dan sekarang jangan" pintanya dengan wajah memelas

"Mangkanya udah stop jangan bahas itu lagi" ujarnya dengan sewotan dan di jawab anggukan sama Gus Azhar

"Jadi di ijinin nggk nih Maira buat keluar?"

"Iya udah saya ijin" final Gus Azhar

Maira tersenyum bahagia mendengarnya, tetapi senyum itu seketika lenyap setelah mendengar perkataan terakhir suaminya

Written In The Love Of Allah (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang