***
Chia terbangun dengan Dion yang tertidur dengan kepala berada di kasurnya dan tubuh yang duduk di atas kursi. Cowok itu juga menggenggam tangannya. Seingat Chia, semalam Dion tidur di kasur yang memang disediakan untuk keluarga pasien. Namun entah sejak kapan dan untuk alasan apa, cowok itu malah memilih tidur dengan posisi tidak nyaman seperti ini.
"Dion," panggil Chia lemah.
Dion langsung terbangun mendengar panggilan tersebut. Dalam keadaan sekarang, ia memang tidak sepenuhnya tidur. Dion lalu melirik ke arah Chia. Lirikannya ragu-ragu di awal karena tidak menduga Chia memanggilnya, tapi toh pada akhirnya manik itu memandang dengan tegas juga.
Chia sendiri membangunkan Dion agar cowok itu mau pindah. Memalukan, sebetulnya. Pasti wajah Chia sedang berada dalam fase jelek-jeleknya. Pucat dan bibirnya kering. Pasti wajah Chia ini, akan dijadikan bahan olok satu benua. Pasti Chia terlihat sangat menyedihkan.
Namun kemudian Dion mengangkat tangannya untuk membelai puncak kepala Chia pelan. Belaian itu terasa aman dan nyaman hingga Chia ingin diperlakukan begitu sepanjang malam. Pada telapak tangan yang berada di atas rambut-rambut itu, Chia menciut layaknya kucing yang tengah disayang oleh sang pemilik. Namun alih-alih kucing, Chia adalah seorang panda kecil dengan wajah yang merana.
"Kenapa, sayang?" tanya Dion lembut.
Jantung Chia agak... jatuh ke perut dengan bagaimana mata Dion memandang; fokus, tak berpindah, dan penuh determinasi. Seakan-akan seluruh dunia sedang menelannya. Seakan-akan dirinya telah menjadi sebangsa plankton di samudera luas.
Chia benar-benar menciut saat dipanggil sayang. Mungkin benar kata orang, dipanggil sayang memang menjadikan kita seolah disihir oleh kata magis. Entah mantra apa yang sebenarnya terkandung di dalam kata sayang hingga mampu melumpuhkan seluruh syarafnya.
Membuat Chia merasa benar-benar disayang di saat tidak ada orang terdekatnya yang memperlakukan begitu. Bahkan Mami tidak sempat untuk menjenguknya saat ini. Papi-nya? Entah di mana laki-laki itu sekarang.
Belaian lembut Dion kembali menyadarkan Chia untuk menyudahi lamunannya. Tapi detak jantung masih tidak beraturan seperti seharusnya.
"Gak kenapa-kenapa," cicit Chia.
Dion terkekeh pelan. Entah kenapa sedikit mensyukuri keadaan di mana mereka tidak saling keras kepala. Tensi di antara mereka juga tidak tegang seperti dahulu. Sekarang tempo dan segala sesuatunya berjalan lebih pelan hingga Dion tidak ingin menyia-nyiakan banyak kesempatan yang ada.
"Chia..." Kini giliran Dion yang memanggil cewek itu.
"Hm?"
Dion, bajingan paling brengsek di seluruh jagad raya. Karena apa yang akan dia sampaikan sesaat lagi, yang akan Dion sampaikan di ujung narasi ini, adalah bentuk dari egoisme semata. Tapi Dion bersungguh-sungguh akan setiap katanya. Dan semua sudah ada di ujung lidah sejak dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD APPLE [21+] ✔
General FictionTentang Bella dan Chia. *** Perundungan yang Bella dapatkan dari Chia dan orang-orang di sekolah rasanya sudah melampaui batas. Ini semua berawal dari kesalahan dirinya yang berselingkuh dengan Farel -pacar Chia. Hari-hari mengerikan berlanjut hing...