Tentang Bella dan Chia.
***
Perundungan yang Bella dapatkan dari Chia dan orang-orang di sekolah rasanya sudah melampaui batas. Ini semua berawal dari kesalahan dirinya yang berselingkuh dengan Farel -pacar Chia.
Hari-hari mengerikan berlanjut hing...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
37. Penghalau rasa sepi
Mereka memanas, dan gejolak libido itu mendadak dipancing memuncak. Cumbuan itu masih bertaut, terus mengecap saliva yang sudah tak lagi di kenal siapa pemiliknya. Desahan erotis teredam suara musik tempat hiburan malam itu. Sepasang manusia itu seolah tengah berlomba untuk membuktikan siapa kah yang paling panas lagi ganas.
Chia mengangkat dagunya lebih tinggi begitu lidah Edgar mulai mengeksploitasi lebih liar. Gerakan lidah Edgar memberikan beberapa pola acak, yang mana sesekali diselipi sebuah hisapan kuat membuat Chia nyaris berteriak. Kakinya gemetar, lemas, dan tangannya hanya bisa sedikit berkutik dengan memberikan remasan lemah kepada rambut Edgar.
Hingga akhirnya sebuah desahan erotis kembali lepas dari celah bibir tipis Chia kala Edgar mulai menggerayangi pahanya di bawah sana. Ketika terasa sejengkal lagi menuju titik sensitifnya, Chia mendorong pelan tubuh Edgar. Menyudahi ciuman panas yang baru saja mereka lakukan.
Edgar kecewa. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"That was hot," ujar Edgar.
Chia tersenyum tipis.
Edgar tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum ketika melihat betapa menggairahkannya seorang Chia. Satu tahun menghilang, cewek itu kembali dengan penampilan yang lebih dewasa dan tentu saja lebih seksi.
Waktu itu, dua bulan yang lalu, Edgar menatap Chia dari atas sampai bawah. Ia takjub melihat perubahan pada diri Chia yang terlihat begitu kentara. Wajah Chia sudah jauh lebih dewasa sekarang dan Chia pun terlihat lebih berisi dibandingkan terakhir kali mereka bertemu.
Mana Edgar sangka, Chia langsung menyapanya ketika mereka bertatap muka setelah 1 tahun lebih tidak bertemu. Bahkan kurang dari dua jam, bibir mereka telah bertaut mencari kenikmatan masing-masing. Edgar sangka, Chia melakukan itu karena tengah mabuk. Namun, ketika pertemuan selanjutnya terjadi, Chia tetap membalas ciuman dan mengikuti alurnya.
Makanya, berciuman menjadi hal rutin yang mereka lakukan setiap kali bertemu. Sayangnya, Chia selalu menyudahi cumbuan itu sebelum Edgar melakukan hal yang lebih jauh.
"Jadi gimana kehidupan lo sebagai maba?"
Chia menarik nafas panjang. Semua di sekitarnya terasa familiar, namun di saat bersamaan terasa asing. Entah apa Chia siap kembali menetap di sini lagi. Dia sendiri lupa kapan terakhir kali dirinya berada di kota kelahirannya ini. Satu-satunya yang akan selalu Chia ingat mengenai kota ini adalah betapa kota ini memberikannya banyak kenangan beragam. Dari yang paling indah hingga yang paling sakit. Mungkin tanpa ia sadari, sebagian dirinya memang selalu tertinggal di sini.
Ia bahkan tidak mengerti kenapa ia mendaftar universitas di kota ini. Bukan kota lain. Padahal bertemu dengan teman-teman SMA nya menjadi halangan terberat Chia dulu setiap kali ia berpikiran untuk pulang.
"Biasa aja."
"Rencana lo ke depan apa?" tanya Edgar lagi. Ini pertama kalinya ia membicarakan hal ini pada Chia.