Jika langit kota malam itu adalah sebuah dinding galeri penuh mahakarya, maka Chia yang Dion saksikan hari itu adalah pertunjukan utamanya. Seandainya mereka berdua bertemu dalam situasi dan kondisi yang samasekali berbeda, Dion yakin jalan mereka pasti akan lebih mulus.
Pada akhirnya mereka memilih berhenti atau lebih tepatnya, Chia yang memilih untuk lepas dan Dion menuruti keinginannya. Memutuskan kontak dianggap sebaik-baiknya usaha untuk melupakan netra kecokelatan milik yang lebih muda. Berhubungan dengan satu sama lain hanya akan menimbulkan hambatan baik bagi Chia maupun dirinya.
Lagipula, bukankah akan jauh lebih mudah bila Chia membencinya atas apa yang ia perbuat? Atau sebenarnya Dion hanya berusaha membenarkan tindakannya yang selalu terkesan paling tak punya hati?
Chia dan Dion adalah pasangan yang mendapat giliran terakhir untuk turun dari kubikel bianglala yang mereka naiki barusan. Langit yang tadinya berwarna jingga kemerahan telah begitu gelap saat mereka keluar. Namun pencahayaan dan lampu terang benderang membuat keadaan taman bermain tetap semarak.
Tidak ada satu rangkaian kalimat pun yang keluar dari mulut keduanya. Percakapan di tempat tinggi tadi membuat suasana jadi begitu jauh berbeda. Dion dengan kesedihannya karena hari itu akan tiba.
Sedangkan Chia dengan hati yang digeluti perasaan yang tak kalah aneh. Di saat seharusnya Chia merasa lega karena telah menyampaikan apa yang ingin ia utarakan sejak lama dan ia akan melangkah keluar dari jeratan ini, ia malah tetap gusar. Bahkan Chia sendiri tidak bisa mendeskripsikan kejanggalan yang ia rasakan saat ini.
Dion membiarkan Chia berjalan terlebih dahulu, mengikuti kemana pun tujuan cewek itu. Baru beberapa menit, langit sekonyong-konyongnya menurunkan hujan deras. Dion secara refleks menarik tangan Chia untuk berteduh di salah satu etalase toko terdekat bersama para pengunjung lain.
Melihat bagaimana derasnya hujan, tidak mungkin untuk menembusnya tanpa mendapat resiko basah kuyup. Dion tidak akan sekhawatir ini jika hanya dirinya yang basah kuyup. Tapi kali ini ia bersama Chia yang notabennya tidak bisa kehujanan dan kedinginan.
Dion lalu masuk ke salah satu toko, berniat membeli payung. Namun sayangnya, toko boneka tempat mereka berteduh sedang kehabisan stok payung. Membuat Dion kembali keluar dan menunggu bersama Chia.
Chia masih terlihat diam, tidak berkata apapun. Bibirnya bergetar tanda kedinginan. Walaupun tadi mereka berlari sesegera mungkin ketika hujan turun, namun derasnya volume hujan membuat mereka tetap basah.
Tanpa kata, Dion menarik tubuh Chia agar mendekat. Mengusap kedua lengan yang terasa dingin itu agar hangat. Untungnya tidak ada satu penolakan pun yang Chia keluarkan atas aksi tiba-tiba Dion.
Sama seperti Dion, Chia tengah menyembunyikan kegelisahannya.
"Kayaknya gak bakal reda," gumam Chia. "Kita lari aja ke parkiran."
Dion menggeleng cepat. "Lo bisa sakit kalo kehujanan."
"Ya kalo ditunggu bakal lama banget," ujar Chia kesal. Tanpa menunggu izin Dion, ia berlari menuju tempat parkir. Mau tak mau, Dion yang tidak sempat menahan tangan Chia juga berlari mengikuti cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD APPLE [21+] ✔
Ficción GeneralTentang Bella dan Chia. *** Perundungan yang Bella dapatkan dari Chia dan orang-orang di sekolah rasanya sudah melampaui batas. Ini semua berawal dari kesalahan dirinya yang berselingkuh dengan Farel -pacar Chia. Hari-hari mengerikan berlanjut hing...