pt. 7 - mulut pedas

2.2K 191 8
                                    


Terhitung sudah lima hari Shavira dan Alsha beserta bontot kecilnya berada di Bandung. Liburan di Bandung benar-benar Alsha nikmati walaupun terkadang sedikit repot dengan tingkah Aldean yang mau tak mau ia harus mengurus sendirian. Biasanya jika Alsha lelah, Pramudipa akan mengambil alih.

Jarak antara villa dan lokasi Farm House cukup dekat hanya saja karena weekend jalanan cukup macet. Setelah beberapa jam mereka pun tiba di tempat wisata Farm House. Saat di pintu masuk Alsha benar-benar menahan Aldean untuk tidak turun dari troli untuk sementara karena ternyata pagi itu suasana Farm House sangat ramai akan pengunjung. Sedari tadi Aldean rasanya ingin berlari menghampiri patung sapi berukuran raksasa yang berada di pintu masuk.

Selain Alsha, ternyata putra kecilnya benar-benar menyukai liburan singkat di Bandung. Ia sedikit senang karena pria kecil itu tidak merengek ingin pulang, tapi rutinitas menelpon papanya sebelum tidur wajib dilakukan karena ia tidak bisa tidur tanpa mendengar suara Mas Pramudipa. Ah sebenarnya bukan Aldean saja, tapi Alsha juga.

"De, itu, kasih sayurnya ke mbekk," Alsha menunjuk kearah gerombolan domba sedangkan dirinya berada di balik pembatas pagar kurang lebih berjarak sepuluh meter dari tempatnya.

"Ahh da belani" rengek Dean yang berada di luar pagar namun menempel di sisinya.

"Itu kak Cila mau kesana nunggu kamu"

"Mau tama mama"

Alsha tersenyum miris melirik kearah gerombolan domba yang menurut Alsha sangat mengerikan seolah siap menyerbunya. Mengajak Aldean kesini adala untuk mengajarkan Aldean agar menjadi pemberani tidak seperti dirinya yang mudah takut dengan apapun. "Gapapa Aldean kesana aja. Aldean kan pemberani. Ayo mama rekam dari sini, nanti mama tunjukin ke papa. Kalau dari jauh keliatan bagus."

Aldean mencebik lantas menengok ke belakang melihat Priscilla dan Nanny Sarti melambai kearahnya untuk mendekat. Sebenarnya Aldean ingin sekali bermain kasih makan domba tapi ia berani jika ada Papa nya, sedangkan pria yang ia andalkan kini sedang ada jauh disana. Alsha tahu jika Aldean sebenarnya ingin tapi putranya merasakan rasa takut juga.

"Kalau Dean ga berani, gapapa sini aja sama Mam," Alsha merentangkan kedua tangannya ke depan tubuh Aldean seolah akan menggendongnya melewati pembatas ke tempat aman dimana Alsha berada.

Aldean menggeleng. Alsha dan Aldean langsung mencebik bersamaan.

"Mam ga berani De," Alsha memelas.

Selanjutnya Aldean menegakkan badannya tak lagi memegang pinggiran pagar. "Atu mau tacih atan omba. Mama yetam ya!" ucapnya bersemangat. (*Aku mau kasih makan domba. Mama rekam ya!).

Detik kemudian Aldean berlari menyusul Priscilla dan Nanny Sarti. Dari kejauhan Alsha langsung menyalakan ponselnya, membuka aplikasi kamera, dan memilih mode zoom saat Aldean bergabung dengan Priscilla memberi makan domba. Beberapa kali Aldean memekik karena gerombolan domba mendekat kearahnya bahkan hampir memakan tangan Aldean. Awalnya Aldean bersembunyi dibalik Nanny Sarti namun lama-lama Aldean berani maju mendekati gerombolan domba.

"Hih Aldean berani loh" ucap Shavira dari kejauhan mengamati Aldean dan Priscilla.

"Iya mbak, aku seneng sekaligus takut lihatnya. Itu tangannya Dean berkali-kali masuk ke mulut domba" Alsha meringis masih mengangkat ponselnya kearah Aldean.

"Biarin, nanti diajak cuci tangan."

"Aku takut tangan anakku digigit mbekk"

"Ga bakal lah Cha!" seru Shavira lalu keduanya tertawa bersamaan.

"Ekhmm" Sebuah dehaman membuat Alsha dan Shavira menoleh menghentikan fokus mereka dari Aldean dan Priscilla menjadi kearah seorang ibu paruh baya dengan potongan pendek sepundak, kacamata hitam digantung di celah belahan kemeja polo, dan tas Coach KW. Iya Alshs menyadari jika tas itu KW dari bentukannya. "Anaknya ya mbak?" tanya seorang ibu paruh baya yang berdiri disamping Alsha.

Dearly Household [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang