Alsha melihatnya, pria yang dicintai dan disayanginya menggenggam tangan wanita lain. Sekuat tenaga Alsha meneriakki sang pria. Bahkan sampai suaranya habis, pria itu tetap saja berjalan bersama sang wanita yang tak Alsha kenal tanpa sedikitpun menoleh kearahnya.
Air mata tak terbendung, tubuhnya jatuh terduduk melantai di rerumputan sambil memandang punggung sang suami yang perlahan hilang bersama wanita asing disebelahnya.
"Mas Pram" lirihnya perih.
Bersamaan itu, Alsha merasa tanah yang ia tempati bergetar, ia menoleh kearah samping. Iris mata coklat mendapati kereta yang sedang melaju akan melewati rel yang berada di depan tak jauh darinya.
Seolah ada yang memerintahnya, Alsha perlahan bangun. Matanya lurus menatap pada satu titik, perlintasan rel kereta api. Kaki mungil tanpa alas kaki perlahan melewati rerumputan, menginjak beberapa kerikil, dan semanggi.
Bel suara klakson kereta api terdengar jelas dan memekik, namun Alsha masih tetap berjalan maju.
Hingga,
BRAKK!
Alsha terlonjak bangun karena suara keras yang mengganggu tidurnya. Ia mengatur nafasnya tergagap sembari menarik nafas dalam lalu mengeluarkannya. Peluh keringat bercucuran di sekitar pelipisnya.
Mimpinya barusan terlihat seperti nyata, apalagi pakaian yang dipakai Pramudipa adalah batik biru dengan motif burung merak, baju yang sama Alsha masukkan ke koper Pramudipa sebelum pria itu berangkat ke Surabaya.
Ia menoleh kearah samping setelah berhasil menenangkan keadaannya sendiri. Tak ada siapapun, namun ia mendapati mainan Aldean yang semula berada di jendela kamar Alsha kini jatuh berantakan.
• ♡ •
Tinggal seminggu lagi Pramudipa berada di Surabaya. Rasanya waktu berjalan lama saat berada disini, apalagi setelah ia mendengar sang istri sedang hamil trisemester pertama. Setiap hari Pramudipa menyempatkan untuk menghubungi Alsha demi mengetahui keadaan sang istri yang sedang hamil anak keduanya.
Pramudipa ingat jelas dulu bagaimana sang istri sedang hamil Aldean.
"Mas, rasanya aneh di perut aku."
"Mas, dia segede apa ya sekarang? Buah stroberi atau cherry?"
"Mas, temenin olah raga, ayo jangan tidur!"
"Mas, di rumah ada pisang tapi aku pengen kamu beli pisang di Indomaret yang satu tangkainya isinya tiga, kamu ga boleh pulang kalau ga tiga."
"Mas, aku jadi gendut, kusem, pemalas, kamu masih sayang aku ga?"
"Mas, pijitin kakiku, pungung, tangan, ah leherku juga bareng semua pijit!"
Menggemaskan jika mengingat betapa manjanya Alsha saat istrinya hamil. Walaupun cukup menguras tenaganya ketika menuruti kemauan sang istri, tapi Pramudipa tak pernah sekalipun mengeluh. Sebut saja Pramudipa budak cinta alias bucin.
"Kak Dipa?"
Suara lembut memanggil namanya membuat Pramudipa tersadar.
Pramudipa hampir menjatuhkan paper cup berisi macchiato yang ada di genggamannya saat melihat wanita yang baru saja menyapanya.
Sebenarnya Pramudipa akan pulang setelah menyelesaikan meeting dengan client di coffee shop, namun sepertinya ia mengurungkan niatnya melihat seseorang yang baru saja menyapanya.
"Benar kan Kak Dipa?" tanya sang wanita kini berdiri berhadapan di depan Pramudipa dengan wajah tersenyum senang.
"Stefani?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearly Household [✔]
General FictionTentang cerita keluarga kecil Pramudipa Khai Alfaranda (Pram) dan Alsha Bitha Valencia (Acha). vrene | mature (21+) | marriage ©statetruly, 2023.