"Maaf Stef, lain kali aja kita ketemu, rasanya ga sopan aja ketemu diam-diam tanpa persetujuan tunangan Maya. Nanti aku kenalin juga istri sama anakku ke kalian, kita atur nanti."
Hati Stefani mencelos seketika mendengar jika Pramudipa ternyata sudah memiliki istri dan anak. Sejak tadi ia tak menyadari bahwa ada cincin yang melingkar di jari manis milik Pramudipa dan bodohnya baru sadar saat pria itu mengatakan jika sudah menikah.
Tok.. tok.. tok...
Suara ketukan kaca mobil Stefani membubarkan lamunannya. Dengan cepat Stefani lantas membuka kunci mobil.
"Sorry kak, tadi ngelamun." ucap Stefani sewaktu Maya masuk ke dalam mobil lalu duduk disampingnya.
"Gapapa," ujar Maya memakai seatbeltnya. "Koko tadi nelpon katanya habis dari Lombok dia ke Jilin buat jenguk yeye."
"Sama Koko Glenn?"
Maya mengangguk. "Iya. Kayaknya aku juga bakal ikut. Aku sama Glenn harus ngomongin pernikahan tahun depan ke yeye."
Meskipun Stefani mendengar rumor rencana pernikahan Maya dan Glenn, tapi Stefani masih saja terkesiap mendengarnya langsung dari mulut kakaknya.
"Hmm, baunya daging panggang, kamu abis dari resto?" tanya Maya.
"Eh iya kak bentar" Stefani melepas seatbeltnya demi mengambil bungkus plastik berisikan daging panggang dan gyoza di kursi belakang.
"Apa ini?" tanya Maya saat menerima bungkusan dari Stefani. "Wih buat aku? Kamu yang beliin?"
Stefani tersenyum miris melihat wajah bahagia sang kakak saat menerima bungkusan yang baru saja ia berikan.
"Itu dari Kak Dipa" ucap Stefani membuat Maya menoleh kearahnya dengan raut wajah penuh tanya. "Kak Dipa ada di Surabaya, aku tadi ga sengaja ketemu dia di Coffee Shop."
• ♡ •
Pramudipa tersenyum melihat sang istri sayu-sayu mengantuk di layar ponselnya. Saat ini sudah pukul sebelas malam, seharusnya jam segini Alsha tidur. Tapi berhubung Pramudipa baru saja selesai mengerjakan laporannya dan Alsha ingin minum susu ditemani Pramudipa jadi keduanya melakukan video call hampir tengah malam.
Berbeda dengan Alsha yang setengah ngantuk, Pramudipa masih sepenuhnya terjaga apalagi melihat pakaian yang dipakai istrinya. Hal yang menyiksanya saat dinas d luar kota adalah harus menahan diri. Pramudipa meneguk ludahnya kasar membayangkan hal panas yang biasa ia lakukan bersama sang istri. Sesaat ia tersadar lalu dengan cepat meminum soda dingin disampingnya agar dapat menahan gejolak membara yang ada di dadanya.
"Bentar, airnya udah mendidih." Pamit Alsha meletakkan ponselnya dengan kamera menghadapnya, sedangkan Alsha sibuk menuangkan air panas ke gelas yang berisikan susu ibu hamil.
"Kamu tidur di rumah Ibu sampai kapan?" tanya Pramudipa.
"Besok sore pulang. Kesini pun buat nurutin anak laki-lakimu itu yang pengen berenang." Alsha menjawab masih membelakangi kamera. "Lagian ga nyaman kalau rumah ditinggal lama takut ada apa-apa." Imbuhnya lantas berbalik dengan membawa segelas susu diletakkan di depan kamera.
Pramudipa melihat sang istri sibuk berkutat sendirian di dapur. Ia menyadari perut sang istri kini terlihat membuncit dibalik baju tidurnya. Bibir pramudipa tersenyum saat mendapati Alsha akhirnya duduk di depan kamera dengan sepiring kue.
"Udah?" tanya Pramudipa setelah sang istri duduk tenang.
Alsha menunjukkan deretan giginya sambil mengangguk Pipi tembamnya naik. Terlihat sangat menggemaskan di mata Pramudipa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearly Household [✔]
General FictionTentang cerita keluarga kecil Pramudipa Khai Alfaranda (Pram) dan Alsha Bitha Valencia (Acha). vrene | mature (21+) | marriage ©statetruly, 2023.