Haris mengalihkan penglihatannya dari layar ponsel di depannya kearah Dahlia yang turun dari lantai dua dengan pakaian serba rapi. Rambut digerai ke bawah dengan bandana bak masih remaja, heels tiga senti, dan tas Hermes hadiah dari Pramudipa di lengannya.
"Mau kemana?" tanya Haris yang ternyata mengagetkan Dahlia yang sedang membenahi scarf yang melingkar di lehernya.
Dahlia yang memang ingin pergi keluar dengan mengendap-endap terkejut karena keberadaan Haris di ruang tengah. Ia pikir Haris masih sibuk berbincang dengan tetangga depan rumah yang kebetulan juga teman sewaktu kuliah. Ia berniat berpamitan ke Haris saat ia sudah ada di jalan, tapi sepertinya rencananya gagal.
"Aku ada janji belanja"
"Sama siapa?" Haris menurunkan ponselnya, tatapan intimidasi kearah Dahlia yang membuat wanita paruh baya itu seketika tersenyum kaku.
"Ah, Maya ngajak shopping. Katanya dia dapat info kalau koleksi Spring Fall Dior udah ready di Jakarta dan itu limited." Ucap Dahlia, "Maya kebetulan jadi pelanggan VIP jadi aku mau lihat."
"Aku ga kasih izin kamu keluar."
Bahu Dahlia merosot. Ia tak menyangka sang suami melarangnya pergi belanja. Biasanya Haris akan membiarkannya menghabiskan uang tanpa protes.
Dahlia berjalan mendekat lalu duduk di sebelah Haris. "Maya mau balik ke Surabaya dan ini tuh kesempatan beli sandal yang aku pengen. Nanti aku belikan belt baru yang hilang itu."
"Apa kamu ga mikir siapa wanita yang ngajak kamu keluar itu?" tanya Haris.
"Dia orang baik. Dia tuh mau bawa kerjaan punya Pramudipa ke rumah waktu Pramudipa sakit." Dahlia berusaha melunakkan hati Haris. "Bayangin deh, aku waktu bilang mau belanja, si Maya mau temenin dan dia bahkan bolehin mama ikut acara VIP Dior loh ini yah."
Tak habis pikir dengan apa yang ada di kepala Dahlia, bagaimana bisa ia bersantai memilih untuk berbelanja daripada mengkhawatirkan keadaan anaknya.
"Jujur, kamu keterlaluan." Kesal Haris, "Kamu memang belum pernah merasakan suamimu sedang digoda wanita lain dan bagaimana bisa kamu berada di pihak wanita penggoda yang merusak rumah tangga orang?"
Dahlia seketika tak bergeming, ia takut.
"Aku saja sebagai lelaki, bisa ngerasain gimana perasaan Acha. Acha sedang hamil anak Pram, tapi Pram di Surabaya sedang bersama wanita lain. Mereka keluar bareng malam-malam lalu kecelakaan. Istri mana yang tidak kepikiran, Dahlia?" Haris meninggikan intonasi setiap kata, bahkan Dahlia mencelos saat sang suami menyebut namanya. Ia sadar jika sang suami sedang marah padanya.
"Acha berhak kesal. Ia ga bisa merawat Pram itupun juga bukan salah dia." Imbuh Haris.
"Tapi Acha keterlaluan sampai harus ninggalin Pram sendirian waktu dia sakit."
"Acha hamil. Kondisi dia terakhir sedang buruk, kamu tau sendiri kan gimana fisik Acha? Pram mencintai Acha begitu pula bayi yang ada di kandungan Acha. Kalau ada apa-apa dengan bayi itu, siapa yang akan disalahkan?" Haris menggeleng tak habis pikir, "Kamu juga nanti akan menyalahkan Acha karena ga bisa rawat kandungannya? Entah, aku ga tau apa yang ada di pikiran kamu. Kalau kamu masih tetep mau keluar, aku cabut semua credit card."
Lagi-lagi Dahlia terdiam, mood untuk berbelanja sekarang musnah sudah. Detik kemudian ponsel Haris berbunyi panggilan masuk. Dahlia sekilas dapat melihat nama Pramudipa ada di layar ponsel milik Haris.
Haris menggeser ikon hijau lalu meletakkan speaker ponsel di sisi telingannya, "Hallo, ada apa Pram?"
"Ayah, aku secepatnya akan mengurus berkas resign minggu ini. Aku ambil pekerjaan di Alfaranda, nanti aku kirim berkas ke HRD dan aku siap interview kapanpun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearly Household [✔]
General FictionTentang cerita keluarga kecil Pramudipa Khai Alfaranda (Pram) dan Alsha Bitha Valencia (Acha). vrene | mature (21+) | marriage ©statetruly, 2023.