Pagi di kediaman Pramudipa Alfaranda, seorang perempuan yang semalam menyodorkan dirinya sendiri untuk bercinta kini sedang mondar mandir menyiapkan sarapan sebelum sang suami berangkat kerja.
Semalam sangat luar biasa. Biasanya Pramudipa menyimpan energinya agar tidak membuat Alsha lelah, tapi semalam Alsha benar-benar menurutinya sampai ia lebih dari puas. Hampir lima jam mereka bergelut di kasur. Dari jam setengah sepuluh hingga jam dua dini hari.
Seusai mereka bercinta, Alsha langsung mengatakan jika dirinya ingin liburan bersama Shavira. Pramudipa yang setengah ngantuk pun menyetujui begitu saja.
Namun saat pagi tiba, Pramudipa tiba-tiba saja tak rela jika jauh dengan sang istri.
"Berapa lama?" tanya Pramudipa meletakkan gelas berisi kopi hitam hangat.
"Satu minggu" jawab Alsha masih memunggungi Pramudipa.
Pramudipa tegelak. Satu minggu? Selama tujuh hari ia tak melihat istrinya di rumah?
Semalam Pramudipa pikir Alsha akan meminta uang lebih dari uang bulanan untuk membeli skincare, tas, atau barang branded. Ternyata salah. Kalau begini Pramudipa lebih suka jika Alsha menghabiskan uangnya tapi saat pulang ia dapat melihat Alsha.
"Kok lama?"
Alsha yang sedang menata lauk pauk lantas mendongak, menghentikan kegiatannya saat mendengar nada suara Pramudipa seolah tak setuju.
"Kenapa Mbak Shavira sama Priscilla ga nginep aja disini? Kalian jalan-jalan bisa di Jakarta, banyak tempat yang kalian bisa kunjungi." Pramudipa memandang lurus kearah Alsha. "Itu ada Taman Kota deket Istora yang baru dibuka lagi. Kenapa jauh?"
"Bandung tuh deket."
"Apa dalam tiga puluh menit aku bisa liat wajah kamu? Atau mungkin paling lama satu jam gitu kayak biasa aku pulang?" Pramudipa berucap tegas menatap kearah Alsha.
Oke. Alsha sedikit takut dengan nada tegas Pramudipa.
Melihat wajah Alsha yang tersentak membuat Pramudipa berdehem. "Bandung jauh dari sini. Aku ga bisa lihat wajah kamu, wajah Aldean, selama seminggu. Kamu ninggalin aku disini sendirian selama seminggu?" Ujar Pramudipa sedikit melembut namun tatapannya masih tajam.
Jika sudah begini, Alsha jelas tahu kemana arahnya. Kesenangannya semalam musnah sudah. Persiapannya sejak kemarin siang hingga pagi ini demi mendapatkan izin Pramudipa terasa sia-sia.
Padahal sebenarnya sudah biasa Alsha bangun pagi menyiapkan sarapan dan melayani Pramudipa. Tapi setelah ucapan Pramudipa barusan, semua jadi terasa sia-sia.
Mood Alsha buruk pagi itu dan Pramudipa meyadarinya.
Tepat setelah menyajikan sarapan untuknya, Alsha pergi begitu saja meninggalkannya di meja makan. Awalnya Pramudipa berpikir jika Alsha pergi untuk membangunkan Aldean, namun sampai Pramudipa menghabiskan makanannya Alsha belum muncul juga.
Perasaan bersalah pun terasa. Dadanya tiba-tiba terasa nyeri. Bayangan wajah istrinya kecewa dengannya terpampang jelas dalam pikirannya. Tapi bagaimana lagi? Ia tak mau jauh-jauh dari sang istri dan putranya. Seminggu tanpa melihat mereka berdua? Tidur sendirian di rumah? Tidak bisa Pramudipa bayangkan.
Pramudipa meletakkan piring kotornya ke dishwaser lalu berjalan menuju lantai atas ke kamar Aldean. Ia berharap sang istri disana.
Jika berbicara tentang mereka tidak satu suara sudah terhitung berulang kali. Mereka bertengkar pun juga pernah, sebelum dan sesudah menikah. Permasalahan mereka hanya kecil sebenarnya, tapi Pramudipa percaya jika masalah kecil dapat membesar jika tidak diselesaikan dengan baik. Ia ingin membicarakan dan menyelesaikan masalahnya dengan Alsha sebelum ia berangkat kerja.
![](https://img.wattpad.com/cover/332566799-288-k417381.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearly Household [✔]
Ficción GeneralTentang cerita keluarga kecil Pramudipa Khai Alfaranda (Pram) dan Alsha Bitha Valencia (Acha). vrene | mature (21+) | marriage ©statetruly, 2023.