Sepanjang perjalanan Alsha dan Pramudipa sama sekali tak berbicara. Selama tiga puluh menit suasana di dalam mobil sangat hening, berbeda jauh dengan situasi pagi tadi saat berada di dalam kamar. Sesekali Alsha melirik kearah Pramudipa, sang suami hanya fokus menatap lurus jalan yang ada di depannya.
Di sela keheningan mobil mereka yang terjebak macet karena traffic light. Pramudipa tiba-tiba membuka kaca, memberhentikan penjual boneka keliling, dan menunjuk salah satu mainan anak-anak yang jika digerakkan akan berbunyi suara aneh. Tak hanya itu, Pramudipa juga memilih satu boneka rajut berbentuk panda membawa bambu.
"Berapa pak semuanya?" tanya Pramudipa
"Lima puluh ribu mas" jawab sang penjual.
Pramudipa segera mengambil satu lembar uang seratus ribu lalu dijulurkannya. "Ini Pak, ambil saja kembaliannya."
"Beneran Pak? Ini masih banyak kembaliannya."
Pramudipa menganguk sambil tersenyum. "Iya Pak"
Alsha dapat melihat raut wajah sendu dari sang penjual boneka keliling sambil mencium uang yang baru saja ia terima.
"Terima kasih Pak, Bu. Semoga Bapak dan Ibu sehat selalu dan dijauhkan dari hal buruk."
"Terima kasih. Sehat terus ya Pak." Balas Pramudipa. Lalu ia meletakkan kresek berisikan boneka di atas paha Alsha, "Buat Aldean. Aku tau harganya ga semahal mainan punya dia lainnya tapi kayaknya dia bakal suka." Ucapnya lalu segera melajukan mobilnya saat jalanan kembali berjalan normal.
Melalui jendela mobil Alsha dapat melihat bangunan restoran berwarna hitam dan kuning keemasan. Dari luar terlihat bangunan dengan konsep Italia. Alsha yang masih terbengong melihat restoran yang baru pertama kali dia lihat tak sadar jika pintu mobilnya terbuka.
"Pramudipa?" Sapa seorang lelaki bertubuh berisi dengan tinggi diatas Pramudipa sedikit.
"Iya. Sorry gue minta lokasi ketemuan diganti dadakan soalnya istri gue tiba-tiba pengen ikut." Ucap Pramudipa membalas jabat tangan sang lelaki. "Ini istri gue, Alsha. Dia lagi hamil anak kedua gue makanya gue minta pindah tempat."
"Hallo Alsha, salam kenal. Gue Glenn, temen barunya Pramudipa."
"Iya, salam kenal juga Glenn."
Iya, Glenn, tunangan Maya. Awalnya keduanya ingin bertemu di salah satu bar elit di Bogor tapi Pramudipa batalkan karena Alsha ikut. Ia tak mau Alsha yang sedang mengandung anaknya terkena bau rokok, vape, ataupun pod yang ada disana. Ia juga meminta tolong Glenn untuk mencari tempat yang memiliki ruangan bebas asap rokok. Glenn pun merekomendasikan restoran Italia.
Setelah satu jam berbincang, betapa terkejutnya Alsha jika pria di depannya ini adalah tunangan Maya. Pria matang bertubuh tegap besar dan berwibawa seperti Glenn di sia-siakan oleh Maya? Bahkan selama Glenn berbicara, Alsha menilai Glenn menjunjung tinggi attitude dan ia terlihat baik. Maya benar-benar bodoh mengkhanati pria ini demi mengejar suami orang.
"Gue harusnya ke Jilin dua bulan lalu sama Maya. Tapi katanya dia lagi sibuk banget karena abis merger ama perusahaan lo itu." Ucap Glenn, "Gue ga tau ternyata ada alasan dia ngerengek minta merger ama perusahaan konstruksi tempat lo kerja. Gue iyain bantu dia buat bikin bokapnya setuju karena ya gue sayang dia, apapun gue lakuin buat dia, asal dia masih bertahan ama gue."
Mendengar pengakuan Glenn entah kenapa membuat hati Alsha nyeri. Sedangkan Pramudipa sangat kesal mendengarnya. Wanita yang dulu ia cintai ternyata selicik itu. Ia tak bisa membayangkan jika dulu ia bertahan dengan Maya, ia pasti sudah tak tahan dengan sikap Maya dan begitu pula keluarga Maya yang sejak awal tak menyukainya.
"Gue dulu kenal dia ga kayak gini."
"Gue juga ga kepikiran soal dia main kotor di belakang gue. Makanya waktu lo bilang di telpon waktu itu gue kira lo cuma omong kosong doang. Maya yang gue kenal ga kayak gitu." Ujar Glenn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearly Household [✔]
General FictionTentang cerita keluarga kecil Pramudipa Khai Alfaranda (Pram) dan Alsha Bitha Valencia (Acha). vrene | mature (21+) | marriage ©statetruly, 2023.