pt. 28 - dia bukan milikmu

1.8K 159 32
                                    

Gaun berwarna biru laut dengan panjang di bawah lutut terkena hembusan angin tepat saat ia keluar dari mobil. Siang ini ia berada di bandara untuk menjemput suami dan ayah mertuanya dari Surabaya.

Alsha berusaha keras menyembunyikan perasaan gundahnya. Ia mengangkat senyumnya saat dari kejauhan melihat Pramudipa yang duduk di kursi roda sedang di dorong oleh Haris. Hati Alsha mencelos melihat kondisi Pramudipa yang jelas berbeda seperti terakhir saat ia mengantarnya ke bandara.

Diraihnya tangan Pramudipa lalu dibawanya ke keningnya. Ia tak bisa menahannya, air matanya turun begitu saja saat berada di depan Pramudipa. Alsha masih bingung dengan apa yang ia rasakan, entah itu perasaan rindu atau kecewa saat tahu jika Pramudipa mengalami kecelakaan dengan wanita lain?

"I miss you" ucap Pramudipa membelai rambut Alsha lalu memberi kecupan singkat di bibir.

• ♡ •

Setibanya di Jakarta, Pramudipa langsung dibawa ke Rumah Sakit. Ruang inap Pramudipa sudah dipesan jauh hari agar Pramudipa segera ditangani. Operasi kedua dilakukan keesokan harinya di Jakarta dan semua berjalan lancar dengan Alsha yang selalu menemani disamping Pramudipa bersama juga Ayah dan Ibu Pramudipa.

Setelah kedua orang tua Pramudipa berpamitan pulang. Alsha bergabung naik ke brangkar Pramudipa, ia berbaring di samping Pramudipa dengan menjadikan dada sang suami sebagai bantalan.

"Kalau tanganku disini sakit ga?" Alsha mengarahkan tangannya hendak melingkar memeluk tubuh Pramudipa.

"Begini aja, sebelah sini." Tunjuk Pramudipa di bagian dada sebelah kanan. Alsha pun menurut, ia sedikit menekuk tangannya diletakkan pelan di tengah-tengah dada Pramudipa.

"Lukamu banyak sekali." Ucap Alsha lirih. Pramudipa dapat merasakan pilu dari nada yang keluar dari mulut Alsha. "Sakit banget?" imbuhnya memainkan tangan mungilnya di kancing pakaian rumah sakit yang dipakai Pramudipa.

"Rasanya ga seberapa dibanding pas aku bangun dari mimpi dimana kamu ninggalin aku." Pramudipa menjawab sambil mengusak rambut Alsha dengan pipinya. Harum sekali, ia rindu.

"Aku juga pernah mimpi kamu ninggalin aku sama wanita lain." Alsha mendongak menatap Pramudipa dengan mata bak kelinci.

Pramudipa tersenyum melihat Alsha dari posisinya. "Itu cuma mmpi buruk, gak perlu dipikir. Aku ga akan pergi sayang. Aku cuma sayang kamu titik. Ga ada wanita lain. Apalagi aku ga sabar nunggu dia lahir, kira-kira dia cowok apa cewek ya Cha?"

Alsha mengukir senyum. "Kalau mau tau kita harus nunggu dua minggu lagi, soalnya aku baru dpat jadwal kosong dokternya waktu hari itu. Oh ya, Dokternya beda sama dokternya Aldean dulu."

"Loh bukan Pak Arga? Kirain kapan llu cerita itu sama Pak Arga. Kenapa memang Bapaknya?" Tanya Pramudipa.

"Pak Arga pindah ke Singapura, anaknya juga pindah ke rumah sakit Singapura." jawab Alsha.

"Terus gimana yang Dokter baru ini? Atau kamu tetep mau sama Pak Arga buat kandungan kamu? Aku bisa cari sewa apart di Singapore selama kamu hamil." ucap Pramudipa dengan entengnya.

"Aku ga masalah kok sama Dokter Ghea ini, dia juga baik, track record dia juga bagus. Aku udah dua kali check-up dan sejauh ini vitamin yang dia kasih cocok sama aku. Terus nih, ternyata ibumu kenal sama keluarganya, jadi aku ngerasa lebih diperhatiin."

"Bagus dong. Ibu ama ayah tuh kenalannya udah kayak seluruh Jakarta dia kenal deh."

Alsha tertawa kecil. "Bener deh, ibu tuh sepulang nemenin aku check-up selalu ada aja yang dia sapa. Entah barisan depan atau belakang, ibu nih ngobrol ama mereka udah kayak kenal sepuluh tahun."

Dearly Household [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang