pt. 13 - roller coaster

2K 164 33
                                    

Pernah tidak kalian merasakan jika kalian rindu seseorang walaupun kalian berada dalam satu tempat?

Itulah yang dirasakan Alsha saat ini.

Ia baru saja melepas pandangannya dari punggung Pramudipa yang hilang dibalik mobil BMW yang kini sudah melaju keluar dari gerbang rumah. Punggung itu menjadi pemandangan yang sering Alsha lihat beberapa hari ini.

Walaupun mereka satu rumah, Alsha rindu saat Pramudipa pulang dengan tersenyum kearahnya. Biasanya, Pramudipa akan segera menghamburkan tubuhnya memeluk Alsha dan memberi kecupan singkat melepas penat. Sesibuk dan selelahnya Pramudipa, pria itu biasanya selalu menampilkan wajah terbaiknya di depan Alsha. Semua itu saat mereka belum bertengkar hebat seperti ini.

Semakin pening ia memikirkannya, semuanya terlihat tidak masuk akal. Pramudipa, suaminya yang mencintainya dan menyayanginya percaya dengan rumor murahan itu. Bahkan juga melabeli Aldean bukan anaknya.

Melewati jalan penuh kerikil dan batu terjal sendirian sangatlah menyakitkan. Tidak ada yang membantunya. Orang tua Pramudipa dan Alsha tidak tahu permasalahan ini, ia tak mau melibatkan mereka semua. Saat ini Alsha hanya ingin adalah tangan Pramudipa yang membawanya ke jalan yang mulus.

Alsha menghela nafasnya, memang benar, ia tidak dapat berbuat banyak sendirian. Kemarin Camilla menelponnya menyarankan seharusnya Alsha menyewa pengacara untuk menghukum pelaku penyebar foto telanjang yang dituduhkan padanya. Awalnya Alsha setuju dengan saran Camilla namun kemudian ia urungkan. Beberapa hari ini berita tentangnya mulai meredup, jika ia membawa ke pengadilan dengan kurangnya bukti dapat menjadi boomerang bagi Alsha. Bukannya masalah selesai, foto itu akan kembali tersebar dengan Alsha yang dianggap wanita di foto itu.

Kepala Alsha rasanya ingin pecah. Ia ingin segera mengetahui pelaku penyebaran dan alasan mereka melakukan tindakan menjijikan itu.

"Bu, ada paket." ujar Bi Mirnah, asisten rumah tangga Alsha dan Pramudipa datang sambil membawa kotak yang dibungkus plastik berwarna hitam.

"Makasih ya Bi Mir, taruh meja ruang tengah aja nanti aku buka disana." ucap Alsha tersenyum sambil menuangkan air panas kedalam cangkir yang berisikan teh dengan potongan lemon.

"Iya Bu, sama-sama" balas Bi Mirnah lantas ia menyapa Aldean yang sedang menonton TV di ruang tengah dengan Nanny Orin menyuapi putra tampannya.

Alsha dari kejauhan tersenyum melihatnya.

Jadi ada penghuni baru di rumah Pramudipa. Semua adalah perintah dari nyonya besar Dahlia Alfaranda. Pak Beni, umur 53 tahun, bekerja menjadi supir pribadi sekaligus pengurus taman. Bi Mirnah, umur 47 tahun, bekerja sebagai asisten rumah tangga, dan Orin, umur 29 tahun, bekerja sebagai personal nanny Aldean.

Kedatangan mereka berada di waktu yang tepat, situasi seperti ini membuatnya malas melakukan apapun. Bebannya mengurus Aldean pun sedikit berkurang, karena ada Orin yang membantunya merawat balita kecil yang saat ini tak mau diam.

"Bu, sepatunya bapak sobek yang belakang."

Saat Alsha asik membuka paket tiba-tiba Bi Mirnah muncul sambil membawa sepatu Pramudipa.

Kebiasan suaminya adalah menginjak bagian belakang sepatu. Pria itu sadar melakukan itu dan akan menimbulkan bekas tapi Pramudipa tetap melakukan kebiasaan itu. Alsha sebenarnya juga tidak jauh berbeda hanya saja bahan sepatu Alsha adalah cotton keluaran merk Converse dan Nike sedangkan sepatu Pramudipa kebanyakan terbuat dari kulit.

Alsha miris melihat garis panjang tak beraturan bahkan ada yang sudah terkelupas. Ia masih ingat Pramudipa membeli ini bersamaan dengan heels Alsha yang dipesan langsung dari Kanada setahun lalu. Miliknya masih terpajang cantik di lemari closet rak kedua, sedangkan milik Pramudipa, yah begitulah bentuknya sepatu kulit yang sering tertekuk.

Dearly Household [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang