"Acha dari kemarin ngeluh punggungnya sakit ditambah Aldean rewel kayaknya nyariin kamu nak Pram."
Pramudipa menggigit ujung ibu jarinya sementara tangan kirinya melonggarkan dasi yang mengikat di lehernya. Ikatan itu seolah menyekiknya setelah membaca pesan dari ibu mertua. Setelah dua hari lalu ia lega dapat melihat Alsha tertawa lebar, kini saat mendapat kabar jika sang istri sedang sakit membuatnya ikut sakit.
Sudah hampir tiga bulan mereka berpisah. Ia ingat ucapan Shavira, tentang istri dapat mengajukan perceraian jika keduanya tidak berinteraksi selama tiga bulan lamanya.
Pramudipa berdiri begitu saja, ia mencari benda kotak berisikan benda silindris yang beberapa waktu belakangan ini ia pakai saat sedang gundah. Sialnya Pramudipa tak menemukan rokoknya dimanapun.
"Bangsat!" kesalnya membanting tubuhnya ke ranjang.
Ia sempat terdiam sejenak memandangi langit-langit sebelum menyadari sesuatu. Dalam beberapa detik ia beranjak dari ranjang, kemeja yang membalut tubuhnya terlepas, begitu juga celana kain dan pakaian dalam miliknya. Ia berjalan masuk ke dalam kamar mandi mengguyur tubuhnya dengan air dingin shower.
Otaknya berkecamuk. Ia tak ingin pisah dengan Alsha. Ia tak mau merusak keluarga kecilnya. Ia tak mau jauh dari Aldean dan anak keduanya nanti. Pramudipa tak dapat membayangkan jika ia hidup sendiri tanpa suara dan kehangatan mereka. Ia mencintai Alsha, sangat mencintainya.
Tak igin membuang waktu. Tepat setelah berpakaian setelah menyegarkan badan, Pramudipa segera menancapkan gas menuju Bogor malam itu. Ia berpergian hanya membawa dompet dan ponselnya saja.
• ♡ •
Alinka terkejut bukan main saat mendapati Pramudipa berada di depan rumahnya pukul sebelas malam. Tadinya Alinka sudah tertidur lalu terbangun saat mendengar ponselnya berbunyi panggilan masuk dari Pramudipa yang mengatakan jika pria itu di depan rumah. Tak disangka ia akhirnya dapat melihat kembali wajah sang menantu setelah lama tak sempat ke Jakarta. Alinka segera memeluk erat Pramudia sembari menepuk punggung tegap pria yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.
"Kamu sudah bisa bawa mobil sendiri Pram?" tanya Alinka melerai pelukannya demi memandang wajah sang menantu.
"Sudah ma. Udah dari seminggu lalu mulai balik bawa mobil sendiri kemana-mana." jawab Pramudipa tersenyum sembari sedikit mencuri pandang ke dalam rumah lalu kembali memandang Alinka.
Melihat ekspresi Alinka setenang ini saat ia datang sepertinya Alsha sudah tidur.
"Cari siapa?" tanya Alinka. Padahal ia sudah tahu kedatangan Pramudipa kesini pasti untuk bertemu dengan anaknya.
"Acha udah tidur ya ma?" tanya Pramudipa tersenyum ditatap penuh oleh Alinka sarat akan kerinduan dan kesedihan.
Alinka mengangguk sambil mengulum bibir menahan diri agar tidak menangis haru.
"Kamu udah makan belum? Kalau belum mama angetin makanan tadi dulu, masih ada kok."
Pramudipa tersenyum di balik wajah lelahnya, "Udah makan tadi ma. Aku cuma pengen liat Acha tapi dia udah tidur."
"Kemaleman sih kamu. Kamu susul aja, tidur di kamar Acha, temani dia. Kayaknya sih gak di kunci."
"Aku tidur di sofa aja ma." Ucap Pramudipa panik. Ia tak ada kepikiran untuk menginap bersama Alsha. Ia hanya ingin melihat sang istri saja.
"Heh enggak. Sana tidur di kamar Acha."
"G—gak apa-apa ma?"
"Kalian suami istri! Kenapa kayak kalian pasangan belum sah aja?! Kalau mau ajak ngomong, besok pagi aja, sekarang tidur di kamar Acha." Alinka menepuk lengan Pramudipa, "Cepat ke kamar, cuci kaki dan tangan terus tidur temenin Acha. Mama udah ngantuk, papamu yang lagi kelonin Aldean."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearly Household [✔]
General FictionTentang cerita keluarga kecil Pramudipa Khai Alfaranda (Pram) dan Alsha Bitha Valencia (Acha). vrene | mature (21+) | marriage ©statetruly, 2023.