Hari ini hari terakhir di Bandung, besok Alsha dan Aldean beserta keluarga Shavira akan terbang kembali ke Jakarta. Iya, mereka tidak langsung ke Kalimantan tapi mereka ingin berkunjung ke rumah Bapak dan Ibu Shavira terlebih dahulu. Makanya agenda hari ini mereka sibukkan untuk mencari oleh-oleh untuk keluarga di Jakarta dan keluarga Devan di Kalimantan.
"Alsha?"
Tak ada yang mengejutkan selain bertemu dengan mantan kekasih di siang bolong. Alsha menelan bulat-bulat mochi yang masih belum sepenuhnya hancur di mulutnya. Ia tahu siapa pemilik suara yang memanggilnya dari arah belakang.
Ia menoleh sambil menegak botol air mineral agar mochi yang ia telan tadi turun dari tenggorokan.
"Hasnan?" ucap Alsha setelah tenggorokannya lega.
"Ah benar kan itu kamu. Aku hafal banget sama kamu walaupun tadi kamu membelakangiku. Kamu— Kamu lagi ngapain disini?"
Hasnan berjalan mendekat mengikis jarak diantara keduanya.
Sementara Alsha memandang sekitar lalu ia mundur saat ia tahu Hasnan mendekat. Ngomong-ngomong Shavira dan dua bocah cilik beserta Nanny tadi pergi mencari toilet. Sedangkan dirinya sibuk mencoba tester oleh-oleh di pedagang pinggir jalan karena ia belum tahu mana jajanan yang enak.
"Lagi cari oleh-oleh," Alsha memegang troli yang berisi tumpukan jajan. Ia menjawab singkat karena memang ia tak mau berlama-lama dengan pria di depannya ini. Terlalu banyak luka yang ia dapatkan dari Hasnan.
Uh bisa ga sih dia pergi sekarang.
"Aku kebetulan lagi anter tante aku cari oleh-oleh juga"
Alsha melirik singkat kearah wanita yang ditunjuk Hasnan lalu ia tersenyum kikuk. "Oh okay, lanjutin aja. Gue mau cari jajan lain." ucap Alsha yang hendak pergi namun tiba-tiba tangannya di tahan. Sontak Alsha segera menangkisnya.
Tidak hanya Hasnan yang shock karena hentakan yang di dapat. Tapi Alsha jelas lebih kaget. Alsha tak suka di pegang olehnya apalagi setelah apa yang ia perbuat di masa lalu.
"Alsha— kenapa?"
Tubuh Alsha masih berdiri tegang merapat ke lemari kayu tumpukan penjual oleh-oleh pinggir jalan. Ia berharap tidak ada yang melihat keduanya. Takut saja jika dikira Alsha benar-benar mencari suami baru jika ia jadi janda. Tidak. Alsha tidak siap dan tidak akan pernah berpisah dengan Pramudipa.
Alsha memberi jarak menatap tajam kearah Hasnan yang kini mencoba mendekat dan ingin menyentuhnya lagi.
"Stop!" pekik Alsha.
"Kamu kenapa sih? Aku cuma pengen deket sama kamu. Aku rindu kamu, pengen ngobrol sama kamu."
Alsha menggeleng. "Engga, gue ga mau ngobrol. Maaf, lo harusnya temenin tante kamu." Entah benar tante atau sugar mommy, apalagi ia tahu benar Hasnan sangat mesum. Pasti lelaki ini memacari wanita yang mau ia ajak bercinta. Alsha heran kenapa dulu ia mau berpacaran dengan pria ini selama dua tahun.
"Tante aku lagi sibuk keliling sendiri" jawab Hasnan. "Kamu makin cantik Alsh, kamu masih sibuk dengan kegiatan model kamu? Boleh tau ga kamu sekarang di agensi mana? Aku lama ga lihat iklan kamu di majalah."
"Gue off dunia permodelan dari tiga tahun lalu sejak gue— "
"Loh kenapa?!" seru Hasnan "Apa pacar kamu sekarang ga dukung kamu jadi model? Kalau aku jadi pacar kamu pasti aku dukung kamu Alsh, aku bakal nemenin kamu pemotretat dan aku bisa jadi yang kamu andalkan."
"Lo ngomong apa sih Nan?" Alsha mengernyitkan dahinya tidak suka. Pacar? Rasanya Alsha ingin tertawa kencang di muka Hasnan dan mengatakan jika dirinya sudah menikah. "Gue mau lanjut belanja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearly Household [✔]
Fiksi UmumTentang cerita keluarga kecil Pramudipa Khai Alfaranda (Pram) dan Alsha Bitha Valencia (Acha). vrene | mature (21+) | marriage ©statetruly, 2023.