13; Misteri Kematian Ghani

837 92 4
                                    


~~~

Malam ini jalanan kota tak terlalu ramai oleh pengendara, hanya di lalulalangi oleh beberapa mobil serta pesepeda. Joe memacu motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, membelah dinginnya malam sendirian. Membiarkan angin dingin berhembus kencang menerpa tubuhnya.

"Sialan! Gila!" Teriaknya ketika dirasa jalan yang ia lalui mulai terasa sepi.

Joe menepikan sepeda motornya, melepaskan helm fullface-nya, sorotnya nampak menakutkan, tatapannya begitu tajam.

Joe mengacak rambutnya frustasi, "dasar perempuan sialan!!"

Joe yang tadinya berniat mampir ke rumah Syeila untuk meluruskan kesalah pahaman yang tengah terjadi diantara mereka dan juga meminta maaf. Namun justru Joe di kejutkan saat mengintip dari balik jendela, maniknya menangkap Syeila yang tengah bergelayut manja dengan seorang pria di depan TV, bercanda ria bersama dengan popcorn di pangkuannya.

Tangannya mengepal erat, rahangnya mengeras menahan amarah. Joe sudah sangat percaya pada Syeila, bahkan saat anggotanya menjelek-jelekkannya ia selalu membelanya, ia selalu mengalah pada Syeila. Karena ia pikir Syeila lah yang mampu membuatnya kembali merasakan apa itu kasih sayang serta cinta, yang seharusnya ingin ia dapatkan dari Mamanya.

Joe mengeluarkan benda pipih yang ia simpan di saku celananya, jarinya mengetikkan sebuah pesan pada satu kontak.

Cece bawel♡

Kt putus.|
21.33

Jangan hubungin gue lagi|
21.33

~~~

Dengan bantuan tongkat nya, Riky berkacak pinggang di belakang sofa ruang keluarga yang tengah diduduki ketiga Abangnya.

"

Lo mau gua pukul pake tongkat ajaib gue ya, Bang?" Katanya mengangkat tinggi-tinggi tongkat nya.

"Gue bantu Rik." Celetuk Jean dari belakang sambil membenarkan posisi Riky. Ni anak masih salah salah aja madepnya.

"Didiemin makin ngelunjak ni para tetua." Senja turut hadir di samping kedua Adiknya menatap sadis kearah Abang-abangnya.

Disisi lain, salah satu pihak lawan justru menjulurkan lidahnya mengejek. Membuat emosi para bocil the genk makin ngelunjak. 

"Emang gue peduli?" Sastra pelakunya.

"Songong bet tuh muka, kita ni beda setaun ye! Kagak usah belaga manggil kita-kita ni bocil, lo!" Sungut Senja, matanya melotot tak terima dikatain bocil.

"Bodo amat, dasar bocil SMP!" Sastra kembali menjulurkan lidahnya sambil ancang-ancang mau kabur.

"Lagak lo Bang, baru lulus kemaren aja bangga banget lo" kini Riky yang bersuara.

"Tau tuh, Abang-abang juga ngapain di belain sih?" Jean mendengus kesal melirik Haksa dan Jega yang hanya terkekeh melihat wajah kesal si para bocil. Tadinya yang memulai debat sebenarnya Haksa yang tiba-tiba manggil trio bocil pake sebutan bocil, yang mana ngundang Sastra untuk turut bergabung meledek ketiga Adiknya. Tak berselang lama, Jega yang niatnya melerai pun berakhir ngikut Sastra ngeledek.

"Seru juga ya jailin mereka." Cetus Jega terkikik melihat wajah masam ketiga Adiknya.

Sastra memukul bahu Jega lumayan keras, "yekann, gue bilang juga apa. Mangkanya ayo gabung gue sama Bang Joe. Dijamin terhibur tiap hari liat mereka kesel."

"HEH JANGAN SAMPE NTU KEPALA COPOT DARI TEMPATNYA YA!" Teriak Jean ketika mendengar hasutan Sastra.

Jega bergidik ngeri, "sadis! Moh gue!"

Light Of Happiness [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang