35; Berdamai Dengan Keadaan

583 59 13
                                    


~~~

"Kamu sudah bilang sama Joe?"

Pria bertubuh tegap itu menatap Haksa dengan penuh harap.

"Sudah, tapi dia tetep gak mau."  Kata Haksa seraya mengalihkan pandangannya menuju tepi lautan lepas yang kini menjadi tempat pertemuan mereka.

Rendi, seorang pria paruh baya yang mengaku sebagai Ayah kandung Joe itu terlihat memijat pelipisnya frustasi.

"Fuck!" Umpatnya emosi.

"Kamu tau perjanjian itu gak bisa dibatalin kan?" Haksa mengangguk mengiyakan, rasanya ia kini menjadi orang yang paling jahat. Haksa tau jika Joe tidak mau, Haksa tau jika Joe akan sangat membencinya, terlepas dari niatnya yang memang untuk kebaikan Joe, Haksa sendiri tak tega melepas Joe yang sedari dulu sudah hidup dan tumbuh bersamanya.

Saat ini rasanya otak Haksa tengah dibebani sebuah batu yang begitu berat hingga membuatnya ingin meledak. Banyak yang harus ia fikirkan, otaknya sudah lelah diajak untuk bertahan dan bangkit. Tapi melihat tiga Adiknya, rasanya perlahan batu itu diangkat, namun disisi lain masalah ini juga menghantuinya dan membuat beban baru pada fikirannya.

"Saya gak mau tau, mau dia menolak ataupun enggak, saya bakal tetep bawa dia. Mungkin jika tinggal disana beberapa lama Joe akan terbiasa dan mulai menerima, saya gak tega lihat Anak saya di perlakukan begitu kejam disini. Saya ingin masa remajanya bahagia sebagaimana anak remaja pada umumnya." Celotehnya panjang lebar mengingat berbagai masalah yang membuat Joe menderita dimasa mudanya.

Haksa menyunggingkan senyuman miring serta berdecih pelan, "kenapa gak dari dulu?"

"What?"

"Kenapa baru jemput Joe sekarang kalau emang Anda sayang dengan putra Anda. Jangan Anda fikir saya tidak tau bagaimana Joe bisa datang dan hidup bersama kami di rumah itu." Haksa mulai angkat bicara mengingat masa lalu Joe perihal kedatangannya yang sungguh diluar nalar, kenapa begitu tega jika memang Pak Rendi se sayang itu pada Joe.

Rendi terlihat menggeleng dengan raut sesal. "Kamu tidak tau, kamu masih kecil pada saat itu."

"Joe juga masih kecil pada saat itu." Sahut Haksa masih belum mengerti dengan akal fikiran manusia didepannya itu.

"Sebenarnya saat itu saya terlilit hutang, perihal keluarga memang benar adanya saya terbang ke Singapore berniat menemukan kebahagiaan kami. Saya fikir setidaknya keluarga saya dapat menerima Joe jika mereka tidak dapat menerima Rani. Tapi ternyata tepat sebelum keberangkatan kami, seorang rentenir datang mengejar saya bahkan menargetkan Joe. Karena saat itu saya juga benar benar sedang dalam krisis keuangan, tanpa banyak berfikir saya menyembunyikan Joe didalam koper lalu membawanya ke rumah baru Rani." Jelas Rendi panjang lebar menceritakan semua yang selama ini telah ia sembunyikan.

"Saya tidak memaksa kamu untuk percaya, but please yakinkan Joe untuk ikut dengan saya. Terserah jika dia mau menganggap saya sebagai Ayah yang buruk, saya akan mencoba kembali menjalin hubungan Ayah dan Anak yang selama ini telah lama renggang." Rendi meraih bahu Haksa mencoba membujuknya agar mau membantunya mengembalikan Putranya.

Haksa menunduk memejamkan matanya lelah. Ternyata memang benar Pak Rendi punya alasan, tapi Haksa yakin Joe tidak akan menerima semua alasan itu dengan mudah. Mengingat betapa keras kepalanya Joe ternyata menurun dari Pak Rendi. Pak Rendi yang gigih akan usahanya membangun kembali kepercayaan Joe dan membawa Putranya kembali padanya. Serta Joe yang pasti juga tak akan dengan mudah dibujuk untuk kembali dengan orang yang selama ini telah dilihat sebagai penjahat sedari dulu, ditambah rumah yang kini berdiri tanpa tiga pilar yang telah gugur membuatnya kembali tegas pada pendiriannya untuk hidup dan bangkit kembali bersama saudaranya yang masih bertahan.

Light Of Happiness [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang