~~~Matahari yang seharusnya muncul membawa hawa panas dengan semilir angin hangat justru mulai hilang ditimbun awan hitam yang entah sejak kapan mulai menggantikan cerahnya langit dengan gelapnya. Walau belum sepenuhnya gelap, angin dingin sudah datang, berhembus hingga mampu memberikan sengatan dingin membuat orang-orang menggigil kedinginan. Padahal tadi sebelum mereka berangkat cuaca begitu indah seolah mendukung keberangkatan mereka untuk berlibur.
Sebuah mobil sedan berhenti tepat didepan sebuah tempat pemakaman umum. Tak lama empat remaja laki-laki turun dari dalam mobil dan bergegas masuk kedalam area pemakaman.
"Kenapa kita kesini?" tanya Riky pada Haksa.
"Pamitan dulu," ujar Haksa sembari merangkul pundak Adiknya.
Riky hanya mengangguk dan mengikuti langkah kaki ketiga Abangnya. Hingga mereka sampai pada salah satu dari tiga makam yang menjadi tujuan mereka kesini.
Haksa berjongkok menaburkan bunga yang tadi sempat ia beli. Mereka juga mencabuti rumput liar yang mulai tumbuh diatas makam Senja. Keempatnya mulai memejamkan mata berdo'a dengan khusyuk. Namun ketika tengah khusyuk berdo'a, angin yang semula hanya berhembus semilir entah kenapa tiba tiba menyapu bumi dengan kencang.
"Kayaknya bakal hujan deres nih," celetuk Haksa menatap langit yang kian menggelap.
Riky turut mengalihkan pandangannya keatas. Baru saja hendak berdiri dari jongkoknya, tapi sebuah bingkai foto meluncur jatuh dari tas yang dibawanya hingga membuatnya pecah. Tentunya hal tersebut membuat mereka berempat memekik kaget.
"Eh itu apaan?"
"Yah yahhh, fotonya jatoh." Riky kembali berjongkok mengambil kertas foto diantara pecahan kaca tersebut.
"Bawa apa aja sih lo, Rik? Segala begituan dibawa bawa," kesal Joe ikut memunguti pecahan beling yang beececeran.
Riky berdiri tegap memperlihatkan foto yang ia bawa dengan senyum cerah ditambah jempol terangkat.
"Foto nya Bang Jega." Katanya masih menghadapkan foto tersebut kearah Abang-abangnya.
Sastra yang tak paham mengerutkan keningnya sambil bertanya, "buat apa?"
Riky berdecak malas lalu kembali merogoh tas-nya, tak lama dua buah bingkai foto lainnya diperlihatkan pada saudara-saudaranya.
"Lah?"
Sastra yang masih belum faham melongo heran.
"Ck elah, lemot lu, Bang. Ini biar nanti kita foto disana bareng bareng bertujuh."
Kini Sastra membentuk mulutnya huruf O tanda ia sudah faham. Kayanya emang pengen banget Riky foto bertujuh, pikir Sastra mengingat seberapa niatnya Riky membawa tiga buah bingkai foto.
Satu foto yang jatuh tadi milik Jega, satu yang lain milik Senja dan terakhir milik Jean. Riky sengaja membawa ketiganya, ia ingin mereka berswafoto dengan anggota lengkap. Nantinya foto tersebut akan ia cetak dengan ukuran besar agar bisa dipajang di ruang keluarga.
"Bang Jega, maafin gue. Ini foto yang Abang pajang diatas meja belajar Abang, nanti mau dibalikin kok, tapi bingkainya pecah." Riky menekuk bibirnya kebawah menghadap kearah makam Jega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Of Happiness [✓]
Novela JuvenilTentang mereka, tujuh luka yang berusaha mencari cahaya kebahagiaannya di tengah gelapnya harapan. Hadirnya orang tua mereka bukan lagi untuk mencium kening atau sekedar mengucapkan segala kata-kata kasih sayang serta penyemangatnya. Keduanya hadir...