15; Flashback

751 84 8
                                    

~~~

"Rani, bisa bantu aku benerin dasi?"

Wanita berparas cantik itu menolehkan kepalanya kala sang suami memanggilnya. Kini dirinya tengah mengemas beberapa pakaian juga keperluan yang dibutuhkan oleh sang suami untuk urusan pekerjaan keluar kota.

Sang istri terkekeh pelan sambil berjalan menghampiri suaminya, "benerin dasi aja gak bisa." Ledeknya sambil tertawa pelan.

"Sengaja, biar dibenerin sama kamu." Sang Suami menoel hidung istrinya jahil.

Rani terkekeh pelan menanggapinya. Setelah selesai dengan dasi sang suami, Rani kembali kedalam rumah untuk membawakan barang-barang yang sudah ia siapkan untuk dibawa oleh suaminya.

"Hati-hati ya!!" Teriaknya seraya melambaikan tangan begitu mobil sang suami meluncur pergi meninggalkan perkarangan rumah.

Setelahnya, wanita paruh baya yang perawakannya masih cantik dan tampak awet muda itu kembali kedalam rumah guna menyelesaikan pekerjaannya membereskan rumah. Dimulai dari kamarnya dan sang suami.

Saat sedang disibukkan oleh beberapa barang yang sekiranya tidak berguna diatas lemari, Rani dibuat terkejut oleh suara benda jatuh dan beling pecah yang sudah bercecerab di awah kakinya.

Prangg

Rani menghentikan aktivitasnya sesaat ketika ia tak sengaja menjatuhkan sebuah bingkai foto yang terselip pada baju-baju lama yang berserakan di dalam lemari lamanya.

Matanya menyipit menajamkan indra penglihatannya guna mengetahui siapa dua orang dibalik bingkai kaca tersebut.

"M-mei," gumamnya dengan bibir bergetar, sorotnya mendadak sendu memandang foto dirinya dengan mendiang sahabatnya yang sudah lama meninggal. Dalam foto tersebut, tampak Rani dan Mei yang tengah berlibur dan berfoto ria bersama dengan senyum yang mengembang indah di bibir mereka.

Perlahan Rani membersihkan beberapa serpihan kaca bingkai yang pecah di atas kertas foto. Ketika hendak mengambil foto tersebut dari bingkainya, Rani menemukan sebuah kertas surat yang sudah menguning akibat tersimpan cukup lama dibalik sana.

Alisnya berkerut seraya membolak balikkan kertas tersebut, karena penasaran ia langsung membukanya.

Dear Rani~

Aku gak tau kapan kamu bakal nemuin surat ini, bisa jadi pas aku udah gaada, hahahaha. Aku cuma mau bilang, terimakasih udah mau jadi sahabatku, terimakasih buat memori indah yang kamu kasih ke aku. Aku tau ini agak lebay, tapi perlu kamu tahu, aku bersyukur banget bisa berteman sama kamu. Tetap jadi Rani yang aku kenal ya?

Walau kenyataannya memang kita berdua bukan wanita bersih dan suci. Tapi aku tau hatimu baik, hati kamu bersih dan suci Ran. Kita bisa jadi kaya gini, itu bukan salah siapa-siapa, aku seneng kamu bisa keluar dari dunia gelap ini lebih dulu daripada aku. Aku nyesel gak dengerin apa kata kamu.

Dan satu lagi, makasih udah mau rawat Sastra buat aku. Maaf aku pergi ninggalin kamu dan Sastra gitu aja. Tolong anggap dia anakmu sendiri, rawat dan jaga dia selayaknya anak kandungmu. Jangan pernah beritahu Sastra tentang aku, rasanya aku nggak pantes dipanggil Mama sama dia. Sekali lagi terimakasih dan maaf Ran, aku titip Sastra.

Light Of Happiness [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang