~~~
Semua berawal saat hari pertama Senja memasuki Sekolah menengah pertamanya. Saat itu semuanya berjalan dengan lancar, Senja memiliki cukup banyak teman, penghargaan yang ia dapatkan juga lumayan banyak tentu berkat suaranya. Hingga salah satu siswa baru datang. Ghani Damarel, ia bilang dirinya datang untuk membalaskan dendam almarhum kakaknya pada Stroger, geng yang diketuai dan diwakili oleh kedua saudara Senja.
Entah hasutan buruk apa yang Ghani sebarkan pada teman-teman Senja hingga semuanya menjauhi bahkan sesekali ikut merundungnya. Walau tak semua ikut merundungnya, namun mereka memilih diam saat melihat Senja di rundung, tentu saja karena ancaman Ghani.
Sejujurnya Senja sendiri tak masalah jika mereka hanya mengganggu, namun jika sudah melibatkan kekerasan, Senja angkat tangan. Dia punya trauma sama kekerasan.
Trauma yang diberikan oleh keluarganya, orang tuanya, papanya sendiri. Semenjak perceraian Ardi dan Rani, entah kenapa Ardi terus menuntutnya untuk belajar, padahal papanya itu tahu bakatnya ada pada bidang seni musik.
Jika nilainya rendah Ardi akan memukulnya habis habisan lalu dengan tanpa hati mengurungnya di dalam kamar mandi sendirian. Semua saudaranya tak ada yang tahu, sebab Ardi sengaja melakukan hal keji tersebut di kantornya. Pun dengan alasan meyakinkan yaitu akan mengantar Senja ke tempat les. Siapa yang akan curiga dengan alasan tersebut?
Namun ada satu hal yang membuatnya bingung, entah apa penyebabnya tapi Ardi mulai jarang menanyakan nilainya, juga hanya memukulinya sebagai pelampiasan emosi, bukan lagi karena nilai. Dan sebenarnya itu masih berlanjut hingga sekarang, tapi Senja memilih bungkam.
Ok, back to topik.
Yang jadi pertanyaannya, masalah apa yang membuat Ghani bersikeras untuk membalaskan dendam kakaknya yang telah meninggal lewat dirinya? Dan apa sangkut pautnya ini dengan Stroger? Pertanyaan demi pertanyaan sering muncul di benaknya, berkali kali Senja coba menanyakan alasan Ghani merundungnya, namun jawabannya selalu sama, "Tanya abang lo!!"
Sebenarnya bisa saja Senja mengadu pada kedua abangnya, Joe dan Sastra. Namun ia tak mau urusan dendam masa lalu ini semakin panjang. Senja tak mau kedua abangnya berkelahi lagi, Senja juga tak mau melihat kedua abangnya pulang dengan banyak luka lebam di sekujur tubuhnya, hanya karena dendam masa lalu yang dibalaskan padanya. Lebih baik biarkan saja Ghani membalaskan dendamnya pada Senja hingga ia puas, Senja yakin suatu saat nanti Ghani akan sadar dan berhenti merundungnya.
"Huufftt!"
Langkahnya berhenti ketika berada tepat di depan pintu kelas bertulis, kelas 9.2.
Senja melangkahkan kakinya memasuki kelas, hadiah untuknya diberikan secara tak pantas. Gumpalan kertas, teriakan tak senonoh hingga coretan tip-ex bertulis kata-kata tak pantas yang ia temukan di mejanya. Itu semua ulah Ghani dan teman-temannya, yah siapa lagi kalau bukan mereka.
Sering kali Senja menjadi bahan gabutan Ghani dkk. Misal sedang bosan, mereka akan mengganggu Senja dengan melemparinya kertas, mengambil buku catatannya, atau menyembunyikan kotak pensilnya.
Tak jarang juga mereka mengambil paksa uang saku Senja, dan menyuruhnya membelikan jajanan untuk mereka dengan uang Senja. Kejam, tapi ia bisa apa?
Senja duduk di bangkunya tanpa menolehkan kepalanya sedikitpun, ia terus bersikap acuh berharap mereka tak lagi mengganggunya.
Ghani menarik kursi mendekat kearah Senja. "Bawa duit berapa lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Of Happiness [✓]
Novela JuvenilTentang mereka, tujuh luka yang berusaha mencari cahaya kebahagiaannya di tengah gelapnya harapan. Hadirnya orang tua mereka bukan lagi untuk mencium kening atau sekedar mengucapkan segala kata-kata kasih sayang serta penyemangatnya. Keduanya hadir...