20; Dendam Masa Lalu

883 80 56
                                    


~~~

"Acennya Abang kenapa sedih?" tutur seseorang lembut, mengusap tangan gemetar Joe.

Deg

Detak jantung Joe berpacu lebih cepat, dadanya seolah dihantam bebatuan membuatnya begitu sesak, matanya mulai memanas, air matanya seolah terus keluar namun kali ini tanpa isakan.

Perlahan Joe mengangkat kepalanya. Maniknya berbinar kala mendapati Abang dan Adik adiknya berada tepat didepannya. Ya, disana Haksa, dengan Jega dan Riky. Mereka masih hidup, mereka kembali, Bang Haksa-nya kembali.

Tapi tunggu sebentar, Joe menggelengkan kepalanya keras, "I-ini halusinasi?" tanyanya entah kepada siapa, bibirnya terus bergetar menahan isakannya.

Sementara sosok Haksa dan dua Adiknya itu nampak mengerutkan keningnya bingung mereka saling pandang dan mengedikkan bahunya, "Huh?"

Brukk

Tanpa aba aba Joe berhambur memeluk sang Abang begitu erat, "Kemana aja sih!? lama ba-nget. Bikin kha-watir orang!" gerutunya didalam pelukan Haksa, isakannya kembali terdengar walau pelan.

"Abang gak papa Joe, tenang. Kita udah disini, kita gakpapa." awalnya Haksa tertegun, namun tak lama kemudian ia sadar jika sang Adik tengah mengkhawatirkannya. Ia mencoba menenangkan Joe dengan mengusap usap punggungnya lembut.

"Tapi Bang, tadi-- Joe lihat di berita, ada-- ada yang--dan itu-tiga--" ocehnya tak jelas.

"Sstt, udah, Itu bukan kita, kita ada didepan Joe sekarang." kata Haksa menenangkan.

Sementara itu Jega menghela nafas panjangnya mengingat kejadian barusan yang hampir saja merenggut nyawa mereka bertiga, "Untungnya kita gak terlibat kecelakaan itu. Kita berhenti tepat sebelum sampai perempatan, dan kecelakaan terjadi." Joe mengusap jejak air mata pada pipinya seraya membuang muka. Oh astaga, ini sangat memalukan. Pikir Joe yang memang paling jarang bahkan hampir gak pernah nangis. "Apa banget gue kaya bocah, ah tai males malu banget gue bajingannn!!!" Batinnya begitu menyesali sudah menangis seperti bocah yang ditinggalkan orang tuanya di tengah kerumunan. Tapi disisi lain ia juga bersyukur karena ketiga saudaranya kembali, setidaknya ia tak sendirian sekarang.

Sementara suara tabrakan mobil yang nyaring kala itu adalah suara tabrakan antara sebuah mob dengan truk di perempatan jalan cempaka. Tabrakan itu terjadi tepat didepan mata mereka. Untungnya Haksa sempat menginjak pedal rem sebelum mobil mereka join dalam tabrakan tersebut. Dan kebetulannya, penumpang korban tabrakan itu sama seperti mereka bertiga yang masih remaja.

"Bang Joe, Bang Jean mana??" celetuk Riky melihat ke sekeliling tak menemukan dimana Jean berada, raut khawatir terlihat jelas diwajahnya.

Joe hanya diam tak menjawab, matanya tertuju pada pintu IGD yang belum terbuka. Hanya dengan arah mata, mereka semua sudah bisa menebak jika Jean mereka berada didalam sana.

"Joe, bisa tolong jelasin ini semua ke Abang?"

~~~

"J-jadi, ada kemungkinan itu ulah Mama?" Haksa masih tak menyangka, mendengar penjelasan dari sang Adik yang mengatakan bahwa ada kemungkinan Mama yang telah mencelakakan Jean. Apa alasannya? dan bagaimana bisa?

"Joe ga yakin Bang, tapi Joe liat pake mata kepala Joe sendiri. Mama duduk bersimpuh didekat tubuh Jean yang waktu itu sudah digenangi darah. Disekitar tempat itu juga berceceran pecahan vas bunga kaca,"

Light Of Happiness [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang