~~~
Siang ini Joe tengah menonton televisi ditemani Riky yang sejak tadi entah kenapa senyum senyum sendiri.
"Rik, lo kenapa sih? Kesambet??" Heran Joe melihat Riky yang sedari tadi tersenyum sumringah padahal tayangan tv yang sedang mereka tonton membahas tentang kecelakaan.
"Sembarangan! Gue gak sabar anjir Bang."
Joe terkekeh pelan mendengar jawaban dari sang Adik. "Besok?"
Riky mengangguk antusias, dengan senyum terus merekah ia mulai menyusun berbagai kegiatan yang akan ia lakukan disana. Karena lokasinya di dekat pantai, Riky tidak akan menyia nyia kan kesempatan emas ini, Riky akan bermain air di laut, membuat istana pasir, minum air kelapa bareng Abang Abangnya, tak lupa mengambil potret kebersamaan mereka disana nantinya.
Memikirkannya saja sudah membuat hati Riky berbunga bunga.
Disisi lain Haksa yang tak sengaja mendengar percakapan kedua Adiknya terlihat menarik bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis. Namun beberapa saat setelahnya tiba-tiba ia teringat akan Pak Rendi, membuat senyum tipis yang sempat tercetak perlahan hilang digantikan rasa khawatir dan ketakutan yang kembali melanda. Itu artinya sisa waktu mereka bersama Joe semakin menipis, sementara Haksa belum bisa berbicara jujur perihal keberangkatan Joe beberapa hari lagi.
"Liat gue nemu apaa!!" Teriak Sastra berlari dari lantai atas dengan sebuahh kamera yang diangkat tinggi.
Riky yang melihat kamera tersebut tentu kegirangan, "mantap! Wah makin pas aja nih."
"Nemu dimana? Kemaren gue cari sampe blasak blusuk kaga ketemu tuh," sahut Joe heran, pasalnya kemarin dirinya dengan Haksa mencari cari keberadaan kamera tersebut berencana untuk membawanya ketika liburan. Tapi dicari punya cari mereka tak kunjung menemukan kamera tersebut, terakhir ia ingat kamera itu di letakkan di sebelah tv.
"Di lemarinya Senja," jawab Sastra singkat.
Joe hanya manggut manggut ngerti.
Sastra berdecak kesal ketika kamera yang ia pegang tak bisa menyala, rupanya baterai nya habis. Dengan segera Sastra naik kembali ke lantai atas guna mengecas kamera tersebut hingga full.
Sementara itu, Haksa menjatuhkan tubuhnya diatas sofa empuk tepat di sebelah Joe. Nafas berat dikeluarkan beberapa kali membuat Joe dan Riky saling memberi tatapan bertanya. Bahkan Sastra yang baru saja kembali dibuat terheran dengan Abang sulungnya itu.
"Bang Haksa kenapa?" Bisik Sastra tanpa suara kearah Riky dan Joe.
Yang ditanya hanya mengedikkan bahunya sama sama tidak tahu.
"Bang," panggil Riky pelan yang dibalas deheman singkat dari Haksa.
"Kenapa?" Timpal Joe turut bertanya kebingungan.
"Mikirin apa?" Sastra ikut bertanya khawatir melihat kondisi Abangnya yang sepertinya tengah memikirkan sesuatu yang begitu berat.
Haksa menegakkan tubuhnya menatap satu persatu Adiknya yang kini sudah siap duduk manis memperhatikan Haksa, bahkan tv didepan mereka sudah mati.
Nafas berat kembali di hembuskan oleh Haksa membuat ketiga Adiknya nampak begitu prihatin dengan Abangnya.
"Gue kebelet BAB."
![](https://img.wattpad.com/cover/324614200-288-k393603.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Light Of Happiness [✓]
Novela JuvenilTentang mereka, tujuh luka yang berusaha mencari cahaya kebahagiaannya di tengah gelapnya harapan. Hadirnya orang tua mereka bukan lagi untuk mencium kening atau sekedar mengucapkan segala kata-kata kasih sayang serta penyemangatnya. Keduanya hadir...