12; Misi Penyelamatan

1.1K 109 2
                                    

~~~

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum, sapa mau piscok??" Seru Senja ketika baru menginjakkan kakinya kedalam rumah.

Sementara yang lain menatap terkejut kearah Senja, ini mereka lagi khawatirin dia loh, tiba-tiba nongol nawarin piscok, siapa yang gak kaget coba?

Jean berlari kearah Senja, memeluknya begitu erat, "Bang, lo gak papa kan? Gaada yang luka?" Jean memutar mutar tubuh Senja memastikan tak ada lecet tambahan, karena luka dari Papa waktu itu sudah cukup membuat tubuh Abangnya begitu sakit.

Senja yang tiba tiba dapat perlakuan kaya gitu langsung bingung dong. "Eh eh, Je, lo kenapa dah? gue gak papa lah, lo sih ninggalin gue, Handphone gue ilang kan jadinya."

"Lah, bukannya elo yang ngilang?" Jean bertanya balik.

Senja mengerutkan keningnya bingung, "Ilang? ilang gimana sih, orang gue cuma beli piscok di stan deket sana kok. Balik-balik lo udah gaada di toilet, mana HP gue ilang gatau kemana lagi, jadi gabisa ngabarin." Jelas Senja mengangkat kresek berisi pisang coklat yang ia tenteng.

Bersamaan dengan itu Jean mengangkat HP Senja, membuat sang pemilik menatap binar kearah Handphone nya.

"Lah ini HP gue, lo nemu dimana?" Senja kegirangan mencoba meraih ponselnya.

"Gila lo?! Kita semua khawatir sama lo! Lo gak tau, tadi ada yang neror rumah, dan posisinya lo gak ada, kita semua mikir lo yang jadi sasaran si peneror itu!" Sungut Sastra terbawa emosi, bukan maksudnya menyentak Senja namun kebiasaannya jika sedang khawatir memang seperti itu.

"Udah-udah Sa! Senja juga gak tau " Haksa mencoba menenangkan Sastra. Setelah itu ia beralih menekan nomor Joe untuk memberi kabar.

Sementara Senja hanya mampu menundukkan kepalanya, jujur ia kaget, siapa yang berani-beraninya neror rumah ini? Bahkan musuh-musuh Joe dan Sastra pun gak pernah ada yang sampai neror neror gitu.

Tok tok tok!!!

Tok tok tok!!

Seseorang mengetuk brutal pagar di depan, membuat atensi semua yang ada di dalam tertuju kepadanya. Mereka semua lantas menghampiri asal suara.

"Alsa? Kok balik?"

"Huh..huh...huh.. Kak Riky..... dia di seret sama orang." ucap Alsa dengan nafas yang belum teratur karena habis berlari.

Haksa langsung menolehkan kepalanya mencari keberadaan Riky, benar saja, Riky tak ada disini. Sejak kapan Adik bungsunya itu keluar? Bahkan mereka sama sekali tak menjumpai Riky menuju kedepan.

"Loh iya, Riky kemana?? Sastra, tadi kan dia sama lo." Panik Jega menyadari Adik bungsunya tak ada di antara mereka.

Sastra ikut panik, ia nampak mengingat ingat. Seingatnya tadi dirinya masih bersama Riky, sampai Riky bilang....dia mau nenangin diri dulu sendirian di teras, karena kejadian teror itu. Walau ia tak bisa melihat, mendengar jeritan Jean dan mencium bau busuk darah itu saja sudah membuatnya ketakutan, ia khawatir dengan keadaan Senja.

"Oh iya! Tadi Riky bilang mau nenangin diri dulu, sendirian!" Pekik Sastra mengingat kalimat terakhir Riky.

"Sial!" Haksa segera menekan nomor Joe di ponsel nya.

Light Of Happiness [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang