6. Pertama Sekolah

3.6K 278 2
                                    

Setelah sekian lama akhirnya sang figuran yang telah di tempati jiwa baru pergi ke sekolah, dan sekarang sang MC kita sedang berkaca di kamarnya.

"Kelazzz ni mukanya Radit kecweh juga men..." Bagas menyugar rambutnya ke belakang. Penampilannya yang acak acak-an menampilkan kesan bad boy pada Bagas.

"Bagas sama..?.." nampak seseorang mengetuk pintu kamar Bagas

"Nape masuk aja.."

"Ah tuan apakah anda sudah selesai bersiap siap..? Kalau sudah mari kita turun tuan.." Bachiko sang butler pribadi MC kita yang sangat setia pada tuannya

"Ohh tentu mari kita turun Chiko..." Bagas keluar dari kamarnya diikuti oleh Chiko. Bagas turun menggunakan tangga dengan seringainya yang mengerikan.

Sesampainya di bawah tepat di ruang makan dengan anggota keluarga yang lain beserta bocah PPB yang sedang berada di dekapan anak sulung keluarga Fanhouvel.

"Cih kenapa dia kesini mengganggu suasana saja ck..!" Anak sulung Fanhouvel, Karadian Fanhouvel melirik sinis pada Bagas yang hanya di balas seringai Bagas membuat Karadian bergidik ngeri atas perubahan tipu tipu dari adiknya yang terlihat nyata.

Di meja makan semua keluarga Fanhouvel berkumpul untuk sarapan bersama. Sang kepala keluarga Leon berada di samping anak sulungnya dengan bocah prik satu itu di samping Dian ada Abang ke dua dari Bagas yaitu Ean dan di sisi Leon yang satunya ada adik dari Bagas yaitu Gurian Fanhouvel.

Siapa Gurian Fanhouvel? Dia adik bungsu dari Fanhouvel sebelum bocah prik datang. Rian sangat menyayangi Abang abangnya apakah Bagas termasuk? Ya itu dulu sekarang setelah kejadian dimana sang bunda mengajak Bagas pergi dan berujung kecelakaan yang menyebabkan sang bunda tewas tapi tidak dengan Bagas yang hanya koma beberapa hari. Rian yang sebenarnya tidak percaya bahwa Bagas lah yang menyebabkan bundanya tewas karena ya takdir. Dia juga selalu melihat abang ketiganya yang selalu terkena pukulan dan cambukan dari ayah dan kedua abangnya..

apa kalian pikir Rian juga menyukai sang bocah prik Lilia. No! Dia lebih kearah membencinya secara diam diam selalu menatap sinis ke arah Lilia. Dia membencinya karena sifat cengeng dan yang selalu memfitnah Bagas membuat ia membenci Lilia secara diam diam. ya kali terang terangan bisa bisa sekarang dia hanya tinggal nama doang.

Sebenarnya Rian itu tu masih sayang sama Bagas cuman sayang ketutup gengsinya aja.
.

.

.
Rian menatap Bagas dengan tatapan tajamnya. Terlihat lucu di mata Bagas, Bagas hanya menatap Rian dengan santai dan senyum khasnya. Semua orang yang disana terkejut dengan senyuman Bagas yang sangat menawan itu bahkan bocah prik Lilia ini sampai terlena. Rian yang di suguhkan senyuman Bagas sedikit salah tingkah dan wajahnya mulai sedikit memerah, padahal kan dia natap tajam ke arah abangnya itu kenapa di balas kek gitu.

Lagi pula Bagas tau Rian lah yang sering mengobati Radit yang baru saja di jadikan samsak oleh abang dan ayahnya itu.

[Note: aku bakal manggil si Bagas yang di novel itu jadi Radit oke]

"Kau kenapa hah!?" Rian menegur Bagas masih sama dengan tatapan tajamnya yang di layangkan pada Bagas

Bagas hanya tersenyum lembut
"Ya gapapa, emg masalah kan gue punya mata.." ucap Bagas dan langsung pergi dari sana tanpa sarapan terlebih dahulu. Bagas pergi dari ruang makan bersama Chiko.

"Cik tidak sop--"

"Tidak sopan right?  hahaha i know it men ..." Ucap Bagas dengan terkekeh kecil, berbalik ia menatap Leon dengan tatapan datarnya

"Gak bosen apa pak ngomongnya...itu muluk bosen gue dengernya lu mesti ngomong gak sopan kek, kurang ajar kek, gue dah apal semua yang mau lu katakan.." Bagas terkekeh kecil dan langsung cabut pergi sebelum mendengar ocehan bapak prik itu
.

.

.

"Tuan are you okey?"

"I am okay Chiko..."

Bagas memasuki mobilnya.. tunggu mobilnya?? Tentu itu benar benar mobil miliknya benar benar miliknya. Dengan supirnya Bachiko.

"Baiklah tuan saya jalankan mobilnya.."

"Hm.."

Bagas terdiam dia sibuk memainkan handphonenya. setelah beberapa menit tapi gak nyampe belasan. Chiko sesekali melirik ke kaca melihat ke arah Bagas yang sepertinya sekarang tengah tidur.. ya jarak 'mansion' dan sekolah lumayan jauh jadi jangan hemran

Saat di lampu merah Chiko berbalik melihat ke arah Bagas dan benar saja ia sedang tertidur.

"Hhh tuan tuan... Gak sabar saya lihat tuan melihat bentuk asli ku dan saya juga tak sabar untuk membuat kontrak dengan mu tuan.. he is so very interesting.." Chiko terkekeh dengan senyuman yang misterius.
.

.

.

.

Sesampainya di sekolah Bagas langsung menuju ke kelasnya.  Bagas mulai berjalan ke arah tempat duduk Radit waktu dulu.

Woy dia saha

Lah mubar??

Salah masuk kelas kah?

Loh kok dia ke tempat duduk si kutu buku

Wait kok kek kenal

Anj tampan bener mas

Gans sekali anda banh

Begitulah suara dari kelas si Bagas. Bagas langsung meletakkan tasnya di kursi menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan.

Brak

"Woy lu saha napa duduk di sini? Ini tu tempat duduknya si kutu buku.. sono pergi!!" pemuda tersebut menggebrak meja yang mengagetkan Bagas. Dengan malasnya dia mendongak menatap malas ke arah pemuda tersebut

"Bacot lu diam napa gue lagi pengen tidur nyok!"

"Lagipula masalah apa gue duduk di tempat gue sendiri!!" Bagas menaikan nada bicaranya sehingga semua orang dapat mendengar apa yang di katakannya

"Tunggu lo si kutu buku itu??" Pemuda tersebut bertanya pada Bagas. Bagas memutar bola matanya malas

"Iye napa masalah hah??!" Bagas menatap sedikit tajam ke arah pemuda tersebut

"Kok Lo berubah sih?"

"Napa harus tanya ogeb setiap orang ya pasti berubah ege lo ada otak gak sih???!" Bagas berubah posisi menjadi duduk menyender kursi

"Woy sabar santai dong banh" pemuda tersebut mengelus dadanya kaget

"Ye"

"Lagian kan lo biasanya kan diem bae kan aing kaget dengan sikap baru ente"

"Hm"

"Oh ya kenalin gue Reus Rafex Lo bisa panggil gue Eus atau Reus?.." pemuda tersebut mengacungkan jempolnya dan beralih menjabat tangan si Bagas

"Lo tahu nama gue kan.??" Ucap Bagas sambil berusaha melepaskan tangan Reus

"Tahu dong.. oh ya gue berada tepat di depan Lo dan untuk temen sebangku Lo....." Reus terdiam sebelum melanjutkan perkataannya, perkataannya sudah di potong terlebih dahulu oleh Bagas

"Emg gada kan?"

"Iya"

"Oh ya ini my prend  sebangku namanya..." Reus menunjuk ke arah pemuda yang sedari tadi asik melihat obrolan mereka.

"My name is Alonawara Surian.. just call me Alon.." mengulurkan tangannya dan di balas oleh Bagas

"Sok Inggris dia tuh.." Eus menatap sinis kearah Alon

"Biarin napa suka suka gue lah" Alon mendelik gak suka dibilang sok Inggris sama Reus













"Bel istirahat akhirnya......"

"Anj-- bocah prik Lo napa nabrak gue blog!!"

°°°

One More Chance, BagasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang