35. Barasia Arnoldi

1.4K 147 13
                                    

[hanya sebagai lelucu saja↑]

[Apakah diantara kalian ada yang kenal Cale Henituse?]

Happy Reading°

"Bagas maafin gue waktu itu, huftt.... bisa bisanya aku percaya dengan dia...." Pemuda yang kini sedang berada di depan cermin dengan seragamnya yang sudah tertata rapi menghela nafas. Dia menuju kebawah menyiapkan 2 bekalnya, entah buat siapa bekal itu.

Dia keluar dari rumahnya? Mm mungkin tidak, itu terlalu besar untuk di sebut rumah.

"Selamat tinggal gue pergi kesekolah dulu.." dia mengucapkan kata pamit dan beranjak keluar dari mansion itu.
.

.

.

"Al..lo tau tentang keluarganya si Baras gak?" Bagas duduk di samping Alon. Reus sepertinya belum berangkat atau mungkin emang gak bakal masuk sebab papanya pasti akan menjauhkan anaknya dari bocah bitch itu.

"Oh keluarga Arnoldi..."

"Ya.."

"Mayan tau lah.."

'sudah kuduga dia pasti tau...' batin Bagas.

"Keluarga Arnoldi. Keluarga itu terkenal di Eropa karena memang pada dasarnya keluarga Arnoldi sudah mendirikan perusahaannya di sana. Di Indonesia cuman ada beberapa saja namun di Eropa begitu banyak hampir setiap perusahaan yang ditemui jika lo kesana adalah perusahaan dari keluarga Arnoldi, bisa di bilang keluarga itu lebih berkuasa dari pada Von Dehouvel..."

"Anak sulung keluarga Arnoldi atau ayah dari Baras hanya memiliki satu orang anak saja ya, itu adalah Baras. Mereka meninggalkan Baras di Indonesia saat umurnya mencapai 14 tahun, kemudian mereka pergi ke Eropa untuk mengurus perusahaan mereka, jadi bisa di bilang kalau Baras hanya di rumah sendiri..."

"Gue sempet tau, kalau Baras di rumah sendiri tanpa adanya maid. Tapi disana ada banyak bodyguard yang menjaga..."

"Ahh gue ngerti....lo ngerti banyak hal ya..." Bagas berucap

"Tentu!, Keluarga kami adalah keluarga yang suka sekali mengumpulkan informasi dan data dari semua orang yang berpengaruh. Alonawara Surian itu gue, dari keluarga Surian..."

"Dan gue juga tau kalau lo Bagas, merupakan anak ke tiga dari Leon..."

Alon menunjuk Bagas dengan jarinya, dia tersenyum licik. Bagas dia sedikit tersentak namun dengan cepat dia mengubah kembali raut wajahnya menjadi santai.

"Ya gue gak perlu terkejut juga sih...lo emang misterius-bukan tapi keluarga lo semua misterius..." Bagas menatap kearah Alon, mereka saling tatap menatap. Sampai-

"HELLO GES!! Reus yang pintar ini datang!!!!" Reus berteriak kencang membuat seisi kelas terkejut dengan teriakannya yang bagai toa masjid

"Berisik lo!! Lo gak usah sombong deh!!!" Salah satu dari mereka menjawab

"Loh kan emang bener..." Seketika semua diam. Emang apa yang di katakan Reus memang benar. Dia itu pintar, pintar banget malahan.

"Woy Reus duduk sini woy! Dari pada lo diem gak jelas di depan pintu mending sini duduk..." Alon berbicara, Reus mengangguk dan berjalan kearah mereka.

"Yo! gas, Al.." mereka melakukan tos khusus mereka.

"Lama bet lo datengnya.." Bagas bertanya

"Tau tuh papa gue, dia nahan gue di rumah woy lah! Katanya dia 'kamu bakal ketemu iblis nanti!! Papa gak mau kamu ketemu bocah setan itu.!!' ya seperti itu..." Reus memutar bola matanya mengingat kejadian tadi pagi. Namun karena bujukan Reus dan si kakaknya akhirnya dia bisa pergi ke sekolah.

One More Chance, BagasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang