9. Alon/Lian?

2.8K 245 2
                                    

Bagas menyeringai lebih lebar dia mengepalkan tangannya dengan kuat sehingga muncul darah dari telapak tangannya, lagi. Ean? Dia mah setuju setuju aja siapa yang takut sama adiknya ralat anak tak tau diri yang lemah ini. Namun siapa sangka di balik sifat Bagas yang termasuk pembawaannya yang santai ada iblis mengerikan di sisinya.

"Mari pergi ke lapangan Garean...Dian.."

"Mari!!"

Mereka berjalan ke arah lapangan. Sedangkan untuk kedua teman Bagas mereka hanya menatap tak percaya dengan sikap Bagas yang mengerikan terutama Reus. Em tunggu bukan mereka tapi hanya Reus saja. Alon? Dia menyeringai tunggu tidak dia tersenyum bahagia dan sedikit menyeringai dan penuh dengan obsesi.

"Alon! Kita harus mencegah Baga.....s?"

"Alon?" Reus berbalik melihat muka Alon yang emhh berbeda?? Reus seketika raut wajahnya berubah menjadi serius.

"Wait a minute... That's..? .. LIANN!!!" Reus membelalakkan matanya kaget ia memegang pundak Alon/Lian?.

"Lian!! Ini bukan waktu yang tepat untuk muncul.. ARGghhh!!" Reus frustasi satu masalah belum selesai muncul masalah baru. Alon tidak menggubris perkataan Reus dan mulai berbicara

"He's so interesting  Reus, i want him..." Alon(Lian?) Tersenyum penuh arti. Sedangkan Reus ia kembali stress

"C'mon  Lian kenapa kau harus muncul sekarang hah?.." Reus mendekati Alon(Lian?)

"Reus you know it if he has a demon in his side... And I love it...." Alon atau Lian menyeringai lebih lebar lagi.

"I know man.." Reus hanya bisa pasrah akan kepribadian ganda dari Alon, ya dia punya kepribadian ganda yang dimana sisi satunya bernama Lian mempunyai kepribadian psikopat.. dan pembunuh yang kejam. Hanya Reus saja yang tau akan kepribadian ganda dari Alon. Karena dialah yang selalu bersama Alon dari kecil.

"Lian kita harus pergi mencegah Bagas berkelahi gue takut malah terjadi sesuatu pada yang lain..."

"Don't worry  Reus...Bagas can handle it "  Lian masih kukuh untuk melihat pertarungan Bagas. Sedangkan Reus sudah berkeringat dingin

"Bukan itu yang  gue maksud tapi si Dian babi sama Eanjing yang bakal sekarat gegara smakdon nya si Bagas.." Reus prustasi dan akhirnya dia menyeret paksa Lian. Menggeret tangan Lian dan langsung pergi ke lapangan basket.

Setelah beberapa langkah Reus akhirnya sampai ke lapangan basket dengan Lian disampingnya. Reus menatap dingin pemandangan yang didepannya ini dan mulai berbicara dengan nada yang tinggi

"Ngab! Belum apa apa Lo woy!!!"

"Gila!! BAGASSS STOP kasian mereka 1woyyy!!!" Reus berlari ke arah Bagas dengan masih memegang tangan Lian. Lian? Jangan tanya di hanya pasrah di geret paksa oleh Reus sudah biasa katanya.

"Reus can you shut up your mouth ?!" Lian jengah dengan suara Reus yang bagaikan toa itu.

Owh. Sepertinya kita melupakan seseorang yang tengah bertarung di lapangan basket. Dimana banyak siswa yang juga menonton pertunjukan 1 vs 2 itu.

Dian dan Ean nampak sudah bonyok dan sekarat. Pukulan Bagas memang tak main main. Dan kalian jangan lupa Bagas Xavier dulu adalah seorang atlet taekwondo sabuk hitam dengan banyak prestasi di bidang kyourigi (sparing). Oleh karena itu Bagas dengan mudah melawan Dian dan Ean tentu saja mereka kan main nyerang aja tidak seperti Bagas yang menyerang dengan lancar dan tertata rapi.

Disisi Lilia dia tercengang kakak kakaknya begitu mudah di kalahkan oleh satu orang saja. Ia sekarang sedang menangis sesenggukan di pelukan Raffles. Bagaimana dengan Raffles?. Dia hanya menatap ke arah Dian dan Ean dengan biasa tapi berbeda saat matanya menatap ke arah Bagas. Dia menatap Bagas dengan matanya yang berbinar binar

'gilaa Bagas keceh men dua lawan satu dan dia yang menang.... Wahh kayaknya gue harus berguru sama tu anak...' Batin Raffles masih dengan mata yang berbinar, dan Lilia yang di pelukannya

"Lilia adek ku yang manissnya minta ampun... Berhenti menangis ya sayang kakak kakak mu bakalan baik baik aja kok..." Raffles menenangkan Lilia yang masih berada di pelukannya

"Hiks hiks kak Bagas jahat dia bikin kakak Lilia terluka kak Bagas harus di hukum pokoknya huhu hiks hiks..."

"Cup cup iya iya nanti kak Raffles yang tamvan ini bakal hukum Bagas..." Raffles mengucapkannya hanya dimulut bukan berarti dia akan melakukannya sendiri.

"Hiks hiks kakak~" Lilia masih senantiasa di pelukan pemuda berandalan Yang terkenal di berbagai sekolah, Raffles




°°°

One More Chance, BagasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang