15. Pagi yang Indah

2.3K 185 0
                                    

"erghh..." Lenguhan pemuda yang berada di ranjang. Dia terbangun, duduk dengan perlahan

"Sakit banget ngab...aduh..." Dia, Bagas mengaduh kesakitan di bagian leher—tidak di seluruh tubuh

"Gak usah sekolah dulu aja lah.. gue ngechat guru sama temen temen lah" Bagas bergerak mengambil hpnya di meja belajar. Dia mulai mengetik sesuatu dan mengirimnya.

"Hah... Enaknya ngapain ya.." Bagas melempar hpnya dia kembali rebahan seperti biasa. Dia meraba raba area yang di perban.

"Udh gak terlalu sakit jadi enaknya jalan jalan aja kali ya..." Bagas berdiri (lagi) ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sendiri.
.

.
"Urghh..." Bagas mendengus kesal dia tak tau cara untuk melilit kan perban ke tubuhnya. Mungkin kalau dia mencoba tidak akan baik

"Masak gue harus minta tolong ma Rian sih...." Bagas melihat kearah cermin yang ada di depannya, menatap dirinya sendiri dengan tubuh yang penuh luka.

"Anjing ya tu bapak setan.. akan gue balas loo ishh..." Bagas menggertakan Giginya.

Tok

Tok

"Tuan apa kau di dalam...??" Suara pintu di ketuk dan suara seseorang terdengar. Bachiko Aureus

'bagus gue suruh dia aja kali ya yang bantu gue...' dia tersenyum

"Yeah!"

Click

"Ah. Tuan mau saya bantu untuk melilit kan perban itu??" Chiko, dia membawa nampan berisi makanan. Dia menaruhnya di meja dan mulai berjalan mendekat ke arah Bagas.

"Wawww Chiko Lo begitu peka terhadap sekitar..." Bagas tersenyum licik.

"Ah, semua orang selalu mengatakan seperti itu tuan..." Chiko meraih perban. Berdiri di depan Bagas, mengambil obat luka lalu mengoleskannya. Chiko menaruh obat luka itu, dan mulai dengan perlahan melilitkan perban tersebut.

"Ishh..." Bagas meringis, lukanya masih terasah ternyata

"Ah tuan sakit?? Maafkan saya.." Chiko selesai dengan tugasnya. Dia menunduk

"Itu saya membawakan sarapan anda tuan..." Dia mengangkat tubuhnya dan berjalan keluar

"Saya permisi..."

Click

"Hah...masih sakit ternyata ck.." Bagas menghela nafas kemudian dia duduk di kursi

"Oh Radit, Radit hidup mu sangat menyedihkan..." Bagas menaruh kepalanya di lipatan tangan.

Tok

Tok

Tok

"Ck siapa lagi sih..."

"Masuk aja!" Bagas berteriak, disana nampak seorang pemuda yang lebih muda dari Bagas masuk ke kamarnya

"Mmm bang...." Dia Rian

"Eh Rian kenapa??" Bagas melihat ke mata Rian dan ditatap balik sebelum Rian memalingkan wajahnya.

"Mmm anu....erhhh..." Rian terlihat ragu untuk mengatakannya

"Katakan saja...hn...?" Bagas berbicara dengan nada lembut.

"Mm itu..abang mau gak jalan jalan sama Rian...?" Rian bertanya dengan kepalanya yang menunduk

"Ehh...jangan menunduk abang jadi bingung maksudnya..." Owh hohoho sepertinya ketika Bagas menyayangi seseorang ia akan berbicara lembut dan menghilangkan kata gue dan Lo.

"Anu.....bo–boleh gak???" Rian mendongak, meski dia di tatap Bagas dia berusaha tak menatap balik Bagas

"Kalau bicara sama orang kamu harus menatap matanya tapi jangan dengan tatapan tajam ya..." Bagas tersenyum mengusap rambut halus Rian

Rian dia tersipu malu sekaligus sedih secara bersamaan.

"Hmm 'kay.." Rian mengangguk.

"So kita mau kemana??" Bagas bertanya

"Terserah....tapi aku punya saran gimana kalau ke taman aja... lumayan disana juga ada orang jualan hehe..." Rian tersenyum dan bagas hanya terkekeh kecil.

"Boleh tu ayokk.." Bagas berdiri mengambil jaket hitamnya dan berjalan menuju Rian, membawanya pergi keluar.

"Ayo pergi!!" Bagas tersenyum senang dan mereka kemudian pergi luar

Tapi tanpa mereka sadari ada seorang yang sedang mengepalkan tangannya.

"Fu*k  you Bagas...."
.

.

Dua orang kakak dan adik mereka Bagas dan Rian sedang makan camilan sambil duduk di kursi yang tepat mengarah ke arah kolam ikan, tenang itu ada jaraknya kok

"Gimana dek enak gak??" Bagas bertanya pada Rian yang masih asik makan es krim

"Mm enak bang rasa vanilla lagi..." Rian tersenyum, membuat Bagas mengusap rambut Rian sambil tersenyum lembut.

"Eh tapi dek nanti kalo ayah tau kamu nanti di marahin..." Bagas masih mengelus rambut Rian

"Dan juga kenapa kamu libur hari ini??? Bukankah seharusnya kamu masuk ya??" Bagas bertanya

"Ahh..kalau itu Rian ijin untuk gak masuk sekolah bang..hehe.. untuk kata abang yang pertama itu...Rian gak papa kok kan cuman di marahin gak nyampe di pukul kan, kecuali kalau itu abang..." Rian menunduk, es krim yang dimakan Rian sudah habis

"Ehh kok jadi sedih...udh udh kita mau kemana lagi ini hnn?" Bagas bertanya, tangannya turun menuju pundak Rian

"Kemana mana yang penting hati ku senang..." Rian menyengir lucu

"Hah sudahlah ayo kita ke mall biar abang yang traktir okeyy.." Bagas mengacungkan jempolnya dan di balas jempol pemuda yang ada di sampingnya

"Okeyy.." Rian tersenyum lebar

°°°

One More Chance, BagasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang