12. Hukuman

2.7K 230 7
                                    

[peringatan chap ini mengandung kekerasan harap para pembaca tidak meniru tindakan yang ada di chap ini]

[Jika ada yang tak sanggup membaca atau tak nyaman silahkan skip chap ini terimakasih]

Siang yang cerah. Dengan Bagas yang rebahan sambil bermain hpnya.

Bagas duduk di tepi kasur ketika dia merasa firasat yang buruk akan menimpanya

Knock knock

Suara pintu di ketuk dengan halus. Bagas berbicara

"Masuk.." nampak pemuda dengan pakaian rapi mendekati Bagas.

"Halo tuan.. bagaimana dengan sekolahnya?? Apakah baik.." Chiko berbicara sambil memberikan susu vanilla ke Bagas. Bagas dengan senang hati menerimanya. Bagas itu suka sama yang namanya susu apa lagi kalau itu susu vanilla.

"Buruk cukup buruk..." Bagas meneguk susunya dan mulai menghabiskannya hingga tersisa gelas kosong

"Eh kenapa tuan??" Chiko bertanya

"Saudara setan and adek babinya menganggu, gue gak salah apa apa di ajak kelahi, dan akhirnya gue tanganin, and saudara setan sekarat yaaa i don't know mereka akan di bawa kerumah sakit apa gak...dan gue gak peduli tentang itu.." Bagas memberikan gelas kosong ke Chiko.

"Ah baiklah kalau begitu saya pergi dulu ya tuan.."

"Hnn.." Bagas mengangguk dan Chiko segera pergi keluar kamarnya. Selang beberapa menit tiba tiba dua, tidak, lebih dari dua bodyguard masuk ke kamar Bagas

Brak!!!

"Hei hei apa ini!!" Bagas terkejut. Tubuh Bagas dikelilingi oleh banyak bodyguard. Bagas tak bisa melawannya jika sebanyak ini.

"Anda tak perlu tau tuan.. kita di suruh sir Leon untuk membawa anda ke hadapan dia,.." ucap salah satu bodyguard yang memegang Bagas

"Hah!!! Apa apaan!!... jangan main asal kroyok dong!!!" Bagas memberontak namun usahanya gagal, ya jelas lah banyak bodyguard yang memegang tubuh Bagas agar tak memberontak.

Bagas di seret kebawah diikuti bodyguard yang lain. Bagas di bawa menuju ruangan gelap, tidak ada pencahayaan sama sekali, meski saat ini siang, ruangan tersebut gelap gulita tak terlihat apapun.

"Ngab gue tau ini dimana..." Bagas berdecak pelan. Dia tahu dimana dia sekarang.

Tempat penyiksaan.

"Ah anak pembawa sial sudah datang rupanya..." Suara berat seorang pria datang dari gelapnya ruangan. Dia Leon.

"Ck pak tua gak usah sok misterius seperti itu...gue dah tau itu Lo bangsat.." Bagas berdecak berbalik menghadap ke arah datangnya suara

"Anak pembawa sial tak tau diri!!" Lampu perlahan menyala meski tidak terlalu terang. Nampak lah bapak iblis, Leon.

"Apa yang Kau lakukan TERHADAP ANAK ANAK KU HAH!!!...." Leon berteriak, mendekati Bagas dan mencengkram lehernya.

"Shhh uhk.." Bagas tercekik dia tak bisa bernafas

"JAWABB!!" Leon membentak dan menguatkan cengkramannya ke leher Bagas.

"Gue mukul mereka gara gara mereka duluan yang bikin gue ngamuk—"

BUGH!!

BUGH!!

BUGH!!

BUGH!!!!

Empat pukulan mengenai perut Bagas dengan telak. Pukulan yang sangat kencang, Bagas meringis. Cengkraman Leon terlepas. Bagas langsung jatuh dan memegang perutnya

One More Chance, BagasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang