20. Wujud Asli

2.1K 180 0
                                    


Bagas berjalan dengan malas kearah kamarnya.

"Capekk woylah disekolah berantem dirumah tarung lagi, badan sakit semua... Menyebalkan.." Bagas mengeluh, membuka kamarnya. Melempar sembarang tasnya, dan mulai rebahan

"Gue lelah mending turu..." Bagas memejamkan matanya, dan mulai memasuki mimpinya.
.

.

.
Hari kini telah malam. Bagas terbangun dari tidurnya melirik kearah jam

"Gila!! Gue tidurnya lama bet...!" Tadi Bagas tertidur jam 4 an dan sekarang dia terbangun jam 11 hampir tengah malam

"Ck sudah lah gue pengen turun mau ambil minum.." tenggorokan Bagas terasa kering. Ia mulai turun menuruni tangga mengambil gelas dan mengisinya dengan air.

"Hahh segar.." Bagas menaruh kembali gelas itu. Menaiki tangga berjalan menuju kamarnya.

Sesaat Bagas membuka pintunya ia dikejutkan oleh satu orang pria di kamarnya. Dengan rambut biru dan tanduk merah dia memunggungi Bagas. Bagas merasa Dejavu disaat begini. Dengan sedikit tenaga Bagas berteriak

"HUWA SAHA LO!!! kok bisa ada dikamar gue hah!!!"

"Da—dan apa-apaan tanduk dikepala Lo itu!!" Bagas bertanya dan mulai berbalik hendak melarikan diri. Sesaat setelah berbalik dan mulai berlari keluar dia menabrak dada tegap seseorang.

Dugh

"Aduh.." Bagas dengan pelan mendongak ke atas melihat siapa yang ditabraknya.

Deg

Bagas dibuat terkejut sekali lagi, dengan kehadiran sosok dihadapannya ini.

"Dan sekarang siapa Lo ke–kenapa ada lingkaran di kepala Lo hah... Lo pada siapa sih..." Bagas kebingungan sebelum akhirnya dia–

Bruk

—Terjatuh. Sebelum kepala Bagas mengenai lantai pria dihadapannya menangkap Bagas dan membawanya ke kamar.

"Em woy ni anak pingsan..." Pria yang membawa Bagas berbicara kepada pria berambut biru itu

"Hah sudah kuduga akan seperti ini..." Pria berambut biru menghela nafasnya.

"Taruh saja dia di kasurnya.." Dia berbicara lagi, dan pria yang membawa Bagas mengangguk dan mulai menaruh Bagas dengan perlahan ke kasurnya.

"So kita harus ngapain ni anak?" Pria yang memiliki lingkaran diatasnya bertanya

"Cukup diam dan tunggu...."

"Diam? Itu membosankan...." Pria tersebut mengeluh.

"Kalau tak mau yasudah Sono pergi aja..." Pria biru tersebut memalingkan mukanya.

"Hah iya iya...."

.

.

.

"Enghhh...ssh badan gue pegal semua..." Bagas terbangun lagi lagi melirik kearah jam.

"Jam 3.."

"Dan gue tadi ngapain ya bisa disini—"

"Wait.. Tadi kan ada orang asing yg ada dikamar gue..." Bagas celingukan melihat sekeliling, dan akhirnya Bagas melihat apa yang dikhawatirkannya

"L–lo siapa??" Bagas terduduk di kasurnya. Bergerak mundur hingga menyentuh dinding. Sedangkan kedua pria tadi terduduk di kursi milik Bagas. Mereka berdiri, berjalan kearah Bagas dengan perlahan. Bagas ketakutan, bukan ketakutan karena takut dipukul tapi dia takut di gituin sama kedua pria tersebut, juga takut karena dia orang asing.

Kini kedua pria tersebut memperhatikan Bagas dengan seksama. Pria berambut biru dengan tanduk membuka mulutnya.

"Santai saja Bagas..."

"Tenang kita ga bakal ngapa ngapain kamu kok" kini giliran pria dengan lingkaran diatasnya yang berbicara.

"Emang gue bakal percaya hah??" Bagas bertanya

"Kalau kita memang mau bikin lu celaka yang pasti lu udah gak ada disini, benar kan Bagas?" Pria berambut hitam dengan lingkaran emas di atasnya kembali berbicara

"Ehmm.... Bener juga..." Bagas mulai sedikit lega, karena ia gak bakal kenapa napa.

"So kalian siapa?? Dari tadi gue tanya gak ada yang jawab ck..." Bagas berdecak, membuat kedua pria tersebut menghela nafas.

"Tuann... Kau pasti tau diriku kan... Cara kita bertemu lagi sama seperti saat kita bertemu pertama kalinya..." Pria berambut biru berbicara

'mangkanya kok gue kayak ngerasa Dejavu...' batin Bagas

"Wait...J-JADI LO ITU CHIKO!!???!!" Teriak Bagas, sedikit load dan akhirnya Bagas paham, pria dihadapannya itu mengangguk. Dia Chiko

"Bentar jadi Lo Chiko, Lo bukan manusia??" Tanya Bagas.

"Mungkin bisa dibilang begitu....."

"Jadi Lo ini seorang...???"

"Saya seorang demon.... Seperti yang anda lihat tuan....Saya memiliki tanduk dikepala saya..." Bagas mengangguk paham. Ia menoleh ke arah samping Chiko melihat kearah pria berambut hitam itu.

"Kalau Lo saha? Bagas bertanya pada pria itu.

"Aku sebenarnya adalah bodyguard pribadi ayahmu itu..."

"Hah bodyguard??.."

"Ya...dan saya seorang angel... Seperti yang kau tau..." Pria tersebut tersenyum miring

'seorang angel tapi menjadi penjaga dari seorang iblis...' batin Bagas sambil menggelengkan kepalanya.

"So siapa nama lu?"

"Saya Kunha Ulmatera.. Panggil saya Kunha saja.." pria berambut hitam—Kunha Ulmatera menaruh tangan kanannya di dada lalu membungkuk

"Okeee?" Bagas terlihat masih bingung dengan keadaannya.

'ya ini bukan lah sesuatu yang baru... Gue bertransmigrasi disini adalah sesuatu yang mustahil jadi bukanlah hal yang mustahil jika ada kejadian yang gue alami seperti ini....' Bagas menghela nafas secara internal.

"Dan maafkan saya tuan tidak bisa muncul saat anda dalam bahaya, sebab saya tidak bisa seenaknya muncul terang terangan dihadapan ayah iblis tersebut...." Terlihat muka Chiko yang menunduk, memunculkan urat urat. Ia menggeram marah, tangannya terkepal, hampir saja akan mengeluarkan darah jika tak segera ditenangkan Kunha.

"Ya kalau itu gue gak terlalu masalahin... Karena gue juga bisa sendiri..." Bagas meyakinkan Chiko. Chiko mengangguk pelan, menenangkan kembali dirinya.

"Sekali lagi saya minta maaf tuan..." Chiko menunduk dengan tangan kanannya yang terkepal di dada.






°°°


One More Chance, BagasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang