51. Ending (?)

1.8K 115 21
                                    





Hari telah pagi. Tiga orang lelaki saling berpelukan, dengan yang di tengah sebagai yang paling tua. Dua anak lainnya memeluk yang tengah.

Bagas terbangun dari tidurnya. Tersenyum. Pemandangan pertama yang ia lihat. Kedua bocah yang sekarang telah menjadi adiknya. Surya dan Rian. Mereka tampak lucu saat tertidur seperti itu.

Hari ini mungkin akan menjadi hari yang panjang.

Ting tong....

Suara bel terdengar. Masuklah beberapa orang kedalam. Mereka diantaranya. Reus, Alon, Baras, Raffles Khairy dan Luna.

"Selamat pagi gas!!" Reus berucap dengan riang. Yang lain juga ikut menyapa.

"Selamat pagi juga teman teman..." Bagas duduk diikuti oleh kedua bocah yang tadi ikut terbangun.

"Gimana nyenyak?" Alon bertanya.

"Ya.. lumayan lah.." Bagas menjawab dengan nada acuh tak acuh.

Mereka memulai hari dengan mengobrol santai, sesekali diiringi canda tawa. Hari yang baik. Mereka tau itu.

"Bagas...gimana ama keluarga lo? Udah bales dendam?" Raffles bertanya lalu mengambil makanan di meja.

"Ya sudah...cukup puas..." Bagas menyeringai mengingat kembali ke hari penyiksaan dan kematian mereka.

Yang lain yang melihatnya menyeringai, bergidik ngeri. Mereka tidak tau saja kalau Bagas menyiksa mereka dengan kejam.

"Oke oke Alhamdulillah... setidaknya lo udah mulai tenang sekarang....kalau gitu kita pergi ke mall yok!!!" Alon mengajak. Mereka semua mengangguk semangat.
.

.

.

.

Segerombolan orang memasuki wilayah mall. Mall ini cukup luas. Akhirnya mereka akan menghabiskan hari dengan gembira.

"Oke jadi kita berpencar?" Bagas bertanya.

"Boleh...kalau begitu kita akan kumpul di cafe sunmoon..." Alon menyampaikan pendapatnya dan diangguki oleh yang lain.

"Oke deh mari berpencar lalu makan di cafe itu!" Reus dengan cepat langsung memisahkan dirinya dari rombongan.

"Anak yang tidak sabaran...." Alon geleng geleng kepala. Tingkah Reus benar benar di luar bumi. Tidak bisa di prediksi sama sekali.

"Oke kalau gitu met bye..." Bagas melambaikan tangannya. Dia bersama dengan kedua adiknya.

Bagas sekarang berada di toko aksesoris. Dia sekarang tengah menahan senyumannya. Lihatlah kedua adiknya sangat lucu.

Mereka memakai bando kelinci dan kucing. Ah ia tidak tahan. Dengan cepat Bagas mengambil hpnya.

Ckrek
Ckrek
Ckrek
Ckrek

Bagas mengambil banyak foto. Dia menyimpannya di galerinya. Ah, mereka begitu menggemaskan.

Tiba tiba seseorang datang. Dia menepuk pundak Bagas.

Bagas tersentak kaget. Dia menoleh kebelakang. Dia melihat Baras di belakangnya.

"Mau mencobanya?" Baras tersenyum....mmm....licik?

Dia dengan paksa menyeret Bagas menuju ketempat Rian dan Surya berada.

"Kalian..abang kalian ingin ikut bergabung..." Baras tersenyum. Senyumannya makin melebar saat Bagas memelototi dirinya. Bukannya takut tapi Bagas malah semakin menggemaskan di matanya.

'astaga...dia begitu menggemaskan!' batin Baras.

Surya dan Rian memegang tangan Bagas. Menggeretnya untuk duduk bersama mereka. Surya memilih beberapa bando yang mungkin cocok dengan abangnya.

Surya mengangguk pada pilihannya. Dia memakaikan pada Bagas. Bagas pasrah.

"Ahahah! Abang lihat!! Muka abang lucu!! Ahahahahaha!" Tertawanya Rian sedikit membuat hati Bagas kembali naik.

Baras menahan gemas. Ah, dia ingin sekali segera membuat Bagas menjadi adiknya. Namun dia ingat Bagas sudah mempunyai ayah. Harapannya jatuh seketika.

Namun tangan Baras seakan memiliki otak tersendiri. Tangannya mengambil hp. Mematikan suara hpnya. Dan mulai memfoto Bagas secara diam diam.


Hari hari mereka lalui dengan kesenangan. Akhirnya mereka pulang ke apartemen Bagas.

Cklek

Kriettt

Suara decitan pintu terdengar. Suasana sunyi. Tidak ada suara apapun. Ayahnya dan Chiko tidak nampak.

Mereka masuk dengan perasaan gusar.

Bau anyir menyapa hidung mereka. Lantai yang mereka injak terasa becek. Melihat kebawah. Mereka semua bergetar ketakutan. Darah ada di mana mana.















DOR!

"BAGAS!!!"
















































End

Tidak sepenuhnya.


















{•Unlocked: Open Ending•}



One More Chance, BagasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang