Ah! Pokoknya Fachrel akan menandai hari ini sebagai hari termenyebalkan seumur hidupnya. Setelah tadi dia harus berboncengan dengan Arka, malah sampai telat segala. Untungnya masih ditolerir untuk bisa mengikuti jam pelajaran pertama. Tapi yang lebih mengesalkan adalah ketika satu sekolah pada akhirnya menjadikan Fachrel dan Arka jadi buah bibir yang beritanya masih hangat dirasa.
Pada akhirnya, rahasia yang dijaga ketat oleh mereka berdua menemui satu titik yaitu, terungkap bahwa mereka telah menjadi saudara.
Entah dapat dari mana fakta itu, dan dari siapa semuanya terbongkar. Arka tidak mau ambil pusing. Toh mungkin ini sudah waktunya terungkap, dia juga tidak mau mencurigai teman-temannya dan menimbulkan masalah yang bisa menyebabkan keretakan hubungan pertemanan mereka. Begitu yang Fachrel dengar tadi pagi, saat dirinya menuntut pendapat pada Arka terkait semudah itu rahasia mereka terbuka ke umum seperti ini.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula, mungkin ungkapan itu sesuai dengan apa yang Fachrel rasakan. Sudah tadi pagi mendapat kesialan bertubi malah sore ini, dia sepertinya akan tertimpa Kemalangan lagi.
Pasalnya, sejak dari 25 menit lalu Fachrel menunggu di pos satpam dekat gerbang, tidak kunjung muncul batang hidung Arka. Niatnya tadi ingin menunggu dikelas, tapi dia urungkan sebab, malas nanti ditanyai ini itu oleh teman-temannya Arka jika bertemu mereka.
Tapi nyatanya, sejak ramainya siswa yang berbondong-bondong pulang, sampai sesepi itu, Arka tidak juga keluar.
Padahal tadi pagi Fachrel masih ingat betul ucapan Arka, didepan Vania.
"Lo pulang sama gue! Tuh! Jadi jangan kelamaan! Kalo nggak lo gue tinggal!"
Begitu kira-kira. Tapi ini apa? Malah Arka yang lupa dengan perkataan nya sendiri sepertinya. Fachrel bisa memastikan ketika dia pulang tadi, dia sudah keluar lebih dulu, dari pada kelas sebelahnya; kelas Arka. Jadi rasanya tidak mungkin Arka pulang duluan.
Kalau tau sampai selama ini dia harus menunggu Arka, Fachrel akan memesan taksi saja.
Jika tidak terpaksa Fachrel juga ogah-ogahan untuk duduk di boncengan Arka!
Mana mendung gelap sudah mulai mengerumuni langit diatas kota. Kalau harus memesan taksi sekarang, agaknya sudah terlanjur menunggu! Jadi membingungkan!
Sejenak angin kencang yang menerpa membawa residu debu jalanan ke arah Fachrel. Dengan cekatan dia menutup hidung dan mulutnya dengan tangan. Angin yang terus berhembus membawa hawa dingin yang mulai dia rasakan.
"Mas, masuk saja! Jangan disitu nanti kena hujan," ajak satpam yang baru kembali dari patroli keliling area sekolah.
"Nggak perlu Pak, saya di sini saja!"
"Tumben belum di jemput, Mas Fachrel? Biasanya pak Bian sudah standby," tanya lelaki berbadan tegap itu sembari menggeser kursi untuk ke arah Fachrel, dengan maksud agar Fachrel bisa duduk dulu.
"Iya, Ayah lagi keluar kota, "Fachrel tersenyum kikuk dengan menarik kursi yang diberikan padanya dan menduduki, "oh ya Pak, tadi di dalam lihat Arka tidak?" Tanya Fachrel kini.
"Oh! Iya sepertinya. Dia ikut bermain futsal tuh sama anak-anak ekskul. Padahal katanya dia nggak ambil ekskul, tapi kok sering ikut futsal."
Fachrel dibuat kesal bukan main mendengar itu semua. Sungguh keterlaluan, bisa-bisanya Arka benar-benar melupakan ucapannya sendiri. Dan membuat Fachrel menunggu sekian lamanya disini! Sudah seperti orang hilang!
Lalu matanya, menoleh kearah jalanan. Sedikit lengang sejenak hingga sedetik kemudian hujan deras mengguyur. Sudah pas sekali! Fachrel harus terjebak disini! Dikala dinginnya hujan dan percikannya yang pias karena terpaan angin membasahi sebagian tubuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined
General FictionHanya karena tidak menunjukkannya, bukan berarti aku baik-baik saja.