Arka melihat Fachrel yang tadi berangkat lebih dulu, ternyata masih sampai didepan gang komplek. Lalu Arka menghentikan motornya disamping tempat Fachrel berdiri. Sebelah kakinya turun menginjak aspal jalanan untuk menjaga keseimbangan.
"Naik!" Titah Arka tanpa melepas helmnya.
Fachrel dengar ucapan Arka, tapi alih-alih menurut, Fachrel justru bersikap seperti tidak ada orang disekitarnya.
"Heh! Cepetan!" Sentak Arka karena kesal diabaikan oleh Fachrel.
Fachrel melirik kearah Arka dengan tatapan yang tidak bersahabat.
"Nggak usah! Gue nggak mau dianggap sebagai orang yang ngerepotin!""Ambekan banget! Kayak cewek aja Lo!" Ujar Arka sembari menyahut dengan cepat ponsel Fachrel yang ada disaku bajunya!
"Balikin! Nggak usah kayak bocah main begini!" Fachrel mencoba merebut, tapi gagal karena dengan cepat Arka mengoper ponselnya ke sebelah tangannya.
Tangan Arka terlampau lebih panjang dari milik Fachrel, hingga Fachrel kesulitan untuk menggapainya.
"Udah naik! Hp Lo gue balikin kalo Lo mau naik dan setelah sampai sekolah!"
Fachrel menatap tajam Arka, tangannya mengepal, wajahnya memerah! Rasanya ingin dia memukul Arka.
Dia ingin menolak, tapi dia tidak bisa membiarkan ponselnya ada pada Arka. Akhirnya dia mengambil helmnya yang kemarin masih tergantung dimotor Arka dan memakainya dikepala.
"Brengsek lo!" Maki Fachrel dengan terpaksa naik di jok belakang Arka.
"Makanya jangan ambekan!" Celetuk Arka.
" Ya lo pikir omongan lo itu enak didengar telinga?" Sahut Fachrel dengan nada yang naik.
"Ya kan gue cuma kasih saran!"
"Tapi saran Lo nggak guna!"
"Dasar Lo aja yang keras kepala!"Balas Arka.
"Gue berpendirian bukan keras kepala!"
"Terserah!" Pada akhirnya Arka yang kembali memilih mengalah karena harus berfokus pada jalanan.
Ada rasa sedikit kesal karena harus kalah argumen dengan Fachrel. Tapi dia lebih senang karena bisa menaklukkan anak itu untuk duduk dibelakangnya. Minimal Fachrel dalam kendalinya sekarang.
Aman, posisi Arka aman dari Omelan Vania.
★★★★
Sial! Fachrel merutuki hujan yang turun sedari siang tadi hingga waktu pulang tiba. Lebih sialnya dia lupa membawa jaket, yang tertinggal di kursi diruang makan tadi pagi. Ah! Ini gara-gara Arka yang membuat Fachrel emosi sampai lupa membawa jacketnya!
Dikala masih banyaknya siswa yang masih didalam kelas menunggu hujan reda. Fachrel melihat sosok Arka di perbatasan kelas. Dia menangkap gerak gerik Arka yang sesekali menoleh kearahnya.
Lalu ponselnya bergetar dari dalam saku. Fachrel mengambil ponselnya, menilik layar ponselnya yang menyala. Nampak sebuah chat atas nama Arka. Rupanya anak itu serius menyimpan nomornya ke dalam ponsel Fachrel.
Lalu Fachrel membuka chat itu.
"Pulangnya nanti kalau udah redaan."
Begitu isi pesannya. Lalu Fachrel tidak membalas selain hanya melihatnya. Lalu menyimpan ponselnya kembali kedalam saku.
Hampir setengah jam lebih, akhirnya yang ditunggu-tunggu terjadi. Hujan itu perlahan mereda. Meskipun sedikit rintik masih turun. Tapi itu tidak lah mengapa, dari pada harus menunggu lebih lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefined
Fiction généraleHanya karena tidak menunjukkannya, bukan berarti aku baik-baik saja.