LVM - 5

215 25 0
                                    

Happy Reading ✨️

***

“Ada kemungkinan Papi pulang malem,” cetus Adam setelah menelan sarapannya, menatap Cira yang sedang menyiapkan sereal untuk Lili. Gadis kecilnya seperti sedang menahan kantuk saat Cira mendekatkan semangkuk sereal. “Semalem kebangun?” tanyanya kepada Lili.

Anggukan lesu dari sang putri menjadi jawaban untuk pertanyaan Adam. “Kalau masih ngantuk nggak usah sekolah ya? Nanti Lili malah ketiduran di sekolah gimana?”

“Ndak, Pi. Pokokna hali ni Yiyi tetep mau sekulah,” kukuh Lili, menggenggam erat sendok. Semalam maminya telah menceritakan banyak hal tentang sekolah, yang mana salah satunya ia akan mendapatkan banyak teman.

Lili senang bahwasanya sebentar lagi ia akan memiliki teman yang banyak. Selama ini yang menjadi teman Lili hanya Nada, itu pun mereka bermainnya ketika ia berkunjung ke rumah Nena dan Aki. Belum lagi kalau Nada sedang sibuk dengan tugas dan teman-teman sekolahnya, sudah pasti Lili dilupakan sejenak oleh adiknya Ian. Lili tidak suka itu, makanya ia berambisi ingin memiliki banyak teman saat di sekolah nanti.

“Yaudah kalau itu keputusan Lili.”

Cira tersenyum sambil mengelus kepala putrinya. “Makannya habisin biar nanti di sekolah nggak laper.” Kemudian duduk di kursi sebelah kiri Adam, kini gilirannya mengambil makanan.

Semenjak statusnya berubah menjadi ibu rumah tangga, Cira tidak lagi mendahulukan kepentingan pribadinya. Sekarang, tugasnya ialah mengurus dan mempersiapkan kebutuhan suami dan anaknya dalam segala hal. Dalam hal makan pun, Cira memilih bagian terakhir setelah memastikan kebutuhan keduanya terpenuhi.

“Mami, emang Lili kebangun jam berapa? Kok Papi nggak tahu.”

Cira melirik sebentar sebelum menjawab, “Jam tiga kayaknya. Lili sendiri yang nyamper ke kamar kita dan ngadu kalau dia habis mimpi buruk.”

“Mimpi dikejar buto ijo?” tebak Adam yang tepat sasaran.

“Iya, Pi. Padahal udah hampir sebulan yang lalu nonton Timun Mas-nya, tapi masih suka mimpiin buto ijo,” desah wanita satu anak itu. Sementara Lili yang menjadi perbincangan kedua orang tuanya tengah fokus menghabiskan sereal. Gadis kecil yang telah cantik menggunakan bando berwarna merah muda di kepalanya merasa tidak terganggu mendengar suara Adam dan Cira.

“Sering nggak mimpinya?” Tiba-tiba Adam diserbu rasa khawatir.

“Nggak. Baru tiga kali sama ini.”

“Ini semua salah Zaky yang ngajakin Lili nonton Timun Mas. Lili sampe mimpi buruk tiga kali gara-gara dia. Ck, padahal hari ini ‘kan pertama Lili sekolah.”

Kalau Cira ingat-ingat, Zaky tidak mengajak Lili menonton Timun Mas. Pada saat itu Zaky mendapatkan tugas dari gurunya untuk menonton cerita rakyat, bebas tanpa ditentukan judul. Karenanya Zaky memilih Timun Mas. Nah, Lili yang kebetulan sedang bermain di rumah Redyna dan Gavin, menghampiri mamangnya yang sedang memegang iPad.

Layar iPad Zaky yang menunjukkan grafik animasi membuat Lili sangat penasaran dengan apa yang ditonton mamangnya itu. Tanpa permisi, Lili ikut bergabung menonton Timun Mas dan bertanya-tanya kepada Zaky tentang salah satu cerita rakyat tersebut. Si bungsu Zhafir itu tidak marah, malah Zaky menjawab lugas pertanyaan sang keponakan.

“Zaky nggak salah. Anak Papi yang salah, Lili terlalu kepo. Kena sendiri ‘kan akibatnya.” Meski enggan, Adam tetap membenarkan ucapan istrinya dalam hati. Cira meminum air putihnya sampai tandas, lalu memerhatikan Adam yang fokus memainkan iPad setelah menghabiskan sarapannya. “Katanya mau pulang malem? Pulang jam berapa?”

Love Very Much [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang