LVM - 19

86 17 0
                                    

Happy Reading ✨️

***

“Semua betina emang sama kalau dandan. Lama,” gerutu Adam yang berkali-kali melirik jam tangan mahal pemberian Cira di ulang tahunnya beberapa bulan lalu. Sudah setengah jam Adam menunggu istrinya yang belum keluar-keluar kamar.

Mata pria itu menyorot tajam ke arah tangga, berharap Cira segera muncul dari sana. Bunyi dering ponsel mengalihkan fokus Adam yang kemudian memilih mengangkat panggilan masuk dari seseorang yang sudah lama tidak ia lihat secara langsung sosoknya. Bisa dibilang Adam sedikit rindu kepada orang itu.

“Ya?” Tangan kiri memegang ponsel sementara tangan kanannya pria itu masukkan ke dalam saku celana. Adam tampak sangat berwibawa dengan setelan jas yang mengkilap, ditambah potongan rambutnya yang rapi.

“Malem ini Cira jadi ke acara reuni?”

“Jadi, ini gue lagi nungguin dia.”

“Oh ... kirain nggak.”

“Hmm. Lo sendiri gimana? Nggak bisa dateng?”

Terdengar tawa renyah dari orang yang menghubunginya di balik sambungan telepon. “Lagi sibuk gue sekarang, Bang.”

“Udah kayak gue aja.” Adam menarik sedikit sudut bibirnya. “BTW, jangan lupa pulang. Mama Papa pasti kangen banget sama lo. Kemarin yang pergi Vian, sekarang lo. Nggak ada habis-habisnya orang tua kita nahan rindu sama anaknya.”

“Gue usahain secepatnya kalau urusan gue di sini kelar. Habis ini gue masih ada perlu, gue tutup teleponnya.”

“Oke, take care.

Setelah percakapannya dengan sang adik usai, Adam memasukkan kembali ponsel ke saku jasnya. Saat hendak berbalik, ternyata Cira sudah berdiri di belakangnya dan itu tentu mengejutkan Adam. Debaran jantungnya menggila setiap dirinya dikagetnya seperti ini. “Cira!”

“Ya, Sayang?” sahut Cira disertai kekehan. Wanita itu ikut mengusap-usap dada bidang sang suaminya. “Kenceng banget debarannya. Oh ya, tadi yang telepon Erza, Mas?”

“Iya.” Dalam diam, pria itu mengamati penampilan sang istri yang sangat menawan malam ini. Sebenarnya ia sedikit tidak suka melihat pakaian yang dikenakan Cira, cukup menampilkan lekuk tubuh seksinya. Apalagi belahan gaun yang mencapai paha wanita itu.

“Nanyain apa dia?” tanya Cira. Membenahi sekali lagi penampilannya agar tidak ada yang kurang saat menghadiri acara reuni. Malu juga kalau Cira hanya tampil seadanya di kala dirinya menyandang status sebagai menantu dan istri di keluarga Zhafir.

Adam meraih pinggang ramping Cira dan membuat tubuh keduanya merapat, hingga ia bisa merasakan benda kenyal yang selalu jadi mainannya setiap malam. “Nanyain kamu dateng nggak ke acara reuni.”

“Gitu doang?” Adam mengangguk dengan mata yang tidak berpaling dari wajah cantik di depannya. “Erza pasti nggak dateng ya?”

Raut wajah wanita itu sedikit sedih saat membayangkan sang ipar yang pernah menjadi mantannya tidak bisa hadir. Sementara Adam tampak terusik melihatnya dan di saat yang sama ia bertanya dengan nada cemburunya. “Ngapain kamu pasang ekspresi gitu?! Sedih si Erza nggak bisa dateng ke acara?! Kangen banget kamu sama dia, iya?!”

Seketika Cira tersentak mendengar suara suaminya yang keras. Diangkatnya kepala supaya bisa melihat wajah Adam, ternyata bukan nada suaranya saja yang keras, ekspresinya juga. Menghela napas pelan-pelan, Cira mulai memberi pengertian kepada pria itu. “Kangen sih nggak, Mas. Cuman aku mikirnya gini lho, ini ‘kan acara besar yang diadain sama angkatan SMA kami untuk bersilaturahmi setelah sekian tahun kami nggak ketemu karena kesibukan masing-masing, masa sih Erza nggak mau nyempetin waktu buat hadir? Apa dia nggak kangen sama temen-temennya? Atau barangkali di antara temen-temen kami ada yang kangen sama sosok Erza, misal gengannya dia. Lagian ini reuni akbar pertama di angkatan kami, Mas. Sayang banger kalau nggak hadir.”

Love Very Much [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang