LVM - 10

134 14 0
                                    

Happy Reading ✨️

***

Adam berdecak kecil supaya tidak terdengar oleh seseorang di balik sambungan telepon yang ia lakukan sekarang. Ingin sekali Adam menyumpal mulut Fahmi yang terus mengoceh menanyakan keberadaannya—ah bukan, lebih tepatnya keberadaan Cira dan Lili. Mana mungkin Fahmi sepeduli itu kepadanya, sampai-sampai bapak mertuanya begitu cerewet ketika berbicara.

“Kami baru mau berangkat ke bandara, Pak. Udah dulu ya.” Cepat-cepat Adam mematikan sambungannya secara sepihak. Ia sudah tidak tahan lagi berbicara dengan Fahmi yang selalu menyalahkannya.

Lili berlari masuk menghampiri Adam yang sedang menggerutu sembari memainkan ponsel di tangannya. “Pi, ayo balangkat. Sopilna udah ada di depan,” ujar Lili, menarik ujung kemeja yang papinya kenakan.

Dalam seketika ekspresi wajah Adam berubah. Pria itu tampak tersenyum kepada Lili yang kini sudah memegang beberapa koper, agaknya sang putri sudah tidak sabar untuk bepergian. “Suruh Pak Budi bawain semua koper ini ya, Sayang. Papi mau ke kamar dulu manggil Mami.”

Tidak perlu mengeluarkan suara untuk menjawab, Lili segera kembali keluar dan memanggil Pak Budi selaku sopir yang bekerja di rumah nena dan aki-nya. Begitu juga dengan Adam, ia lantas berbalik menaiki tangga dan berjalan menuju kamarnya dan Cira.

Adam membuka pintu, lalu matanya langsung terarah kepada sang istri yang sedang membenahi penampilannya agar terlihat rapi dan memukau. “Pak Budi udah nyampe, Ci,” katanya memberitahu.

Cira mengangguk. Lewat pantulan cermin di depannya, Cira dapat melihat Adam yang bergerak mendekatinya. Tak lama sepasang tangan kekar melingkar di pinggangnya yang ramping. Tidak hanya itu, kecupan-kecupan basah ia dapatkan di lehernya. Cira menggeliat kala salah satu tangan Adam merayap naik dan meremas bongkahan empuknya.

“Ayo kita berangkat, Om. Kasihan Pak Budi kelamaan nungguinnya.”

“Sebentar.”

Sebentarnya Adam tidak dalam artian yang sebenarnya. Buktinya, lidah pria itu mulai menjilati leher Cira dengan gerakan sensual yang hampir saja membuat si empunya mendesah. Oh sial, hal ini tidak boleh terjadi. Bagaimanapun mereka harus lekas berangkat sebelum Fahmi atau Indah kembali meneror dengan pertanyaan ‘udah nyampe mana?’. Maka dari itu Cira menyentak tangan Adam yang masih meliliti tubuhnya dan langsung menjaga jarak dari sang suami.

“Berangkat sekarang,” ucap Cira penuh penekanan di setiap katanya. Adam keluar lebih dulu dari kamar seraya memakai kacamata hitamnya yang semakin menunjukkan bahwa pria itu memiliki paras yang sangat tampan.

Lili memekik senang ketika tubuhnya yang digendong Adam dibawa masuk ke dalam jet pribadi milik Zhafir. Sudah lumayan lama Lili tidak menaiki burung besi keluarga dari papinya ini. Batita itu langsung berlari setelah diturunkan oleh Adam, mengelilingi ruangan yang ada di sana hanya untuk mengabsen apakah ada yang berubah dari sebelumnya atau tidak.

Di saat sang putri sibuk dengan dunianya, Adam mengajak Cira untuk duduk. Beberapa orang pramugari datang dan menyapa keduanya. Salah satu dari mereka bertanya apakah Cira dan Adam butuh sesuatu sebelum pesawat nantinya akan take off.

“Untuk sekarang kami belum pengen apa-apa.” Jawaban Cira setelah menyikut Adam yang sibuk dengan iPad-nya. Ketika para pramugari itu undur diri, Cira mencegah satu di antara mereka. “Bisa tolong Mbak jagain anak saya selama perjalanan?”

“Bisa, Bu.”

Selepas kepergian pramugari tersebut, Cira langsung mengambil ponsel di tas dan memotret dirinya dari berbagai sisi, lalu mengupload satu foto yang paling bagus di Instagram. Tidak lupa juga Cira membuat insta story, di mana ia yang menyandar di bahu Adam. Di setiap postingannya bersama Adam, Cira memang sengaja tidak pernah memperlihatkan wajah pria itu. Cira cuma mengambil beberapa bagian tubuh Adam untuk difoto.

Love Very Much [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang